Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zuckerberg Jadi Batu Sandungan untuk Meta, Nama Baru Facebook

Kompas.com - 03/11/2021, 20:05 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Facebook Inc. telah resmi melakukan rebranding dengan nama baru, yakni Meta Platforms Inc. Meski dinamai ulang, struktur perusahaan tidak akan berubah dan akan tetap sama seperti sebelumnya.

Mark Zuckerberg tetap memimpin perusahaan induk Meta Platform Inc. yang menaungi Facebook, WhatsApp, dan Instagram, dengan jabatan sebagai pendiri dan CEO Meta.

Analis menilai, keberadaan sosok Mark Zuckerberg di tengah aksi rebranding ini justru bakal menjadi batu sandungan bagi citra perusahaan Meta yang baru.

Bahkan, kolumnis di outlet media Marketing Week, Mark Ritson terang-terangan menyebut Zuckerberg bakal menjadi masalah branding untuk Meta.

Baca juga: Resmi, Facebook Berganti Nama Menjadi Meta

"Dia telah menjadi masalah branding Facebook selama satu dekade. Dan dia akan menjadi masalah branding terbesar untuk Meta hari ini," tulis Ritson.

CEO agensi brand Superion, Jim Prior, juga setuju bahwa brand pribadi Zuckerberg dapat berdampak negatif pada Meta.

"Brand perusahaan apa pun, bakal ada hubungan kuat yang tak terhindarkan dengan reputasi, kepribadian, dan kinerja pemimpinnya - dan itu terutama terjadi di perusahaan yang dipimpin oleh pendiri," kata Prior kepada Insider.

"Jadi, ya, citra pribadi Zuckerberg akan dikaitkan dengan Meta. Lalu kritikan atau kejadian negatif apa pun yang menimpa Zuck bakal memengaruhi merek perusahaan," lanjut dia.

Dengan kata lain, tak peduli apapun nama perusahaannya, selama Zuckerberg masih terlibat di dalamnya, perusahaan itu bakal terus diasosiasikan dengan citra pribadi Mark Zuckerberg.

Bakal susah tinggalkan citra Facebook

Ilustrasi logo Meta dan Facebook.CHRIS DELMAS via BBC INDONESIA Ilustrasi logo Meta dan Facebook.
Saat pengumuman rebranding, Zuck sendiri mengungkapkan tujuan perubahan nama Facebook Inc. menjadi Meta ini adalah agar perusahaan memiliki nama sesuai visi masa depannya, yaitu membangun "metaverse".

Selain itu, penamaan ulang juga bertujuan untuk melepaskan citra Meta sebagai perusahaan media sosial yang selama ini melekat ke perusahaan Facebook Inc.

Baca juga: Facebook Ingin Kembangkan Metaverse, Apa Itu?

Namun, menurut Helen Edwards, seorang pakar branding dan salah satu pendiri firma marketing Passionbrand, kehadiran Zuckerberg secara terus menerus sebagai CEO bakal mempersulit Meta untuk memisahkan masa lalu perusahaan dari visi masa depannya.

Ini karena Zuck sudah menjadi sosok yang melekat, baik dari produk media sosial yang didirikannya (Facebook) hingga perusahaan induk Facebook, WhatsApp, dan Instagram yang dipimpinnya (Facebook Inc).

"Mark Zuckerberg sendiri adalah wajah perusahaan. Entah itu Meta atau Facebook, tudingan media sosial akan kembali kepadanya, bukan kepada brand," kata Edwards.

"Dia sangat terkait dengan keduanya - untuk memberikan Meta yang terbaik, dia mungkin perlu mundur sebagai wajah bisnis dan mencari orang lain untuk mewakili merek tersebut," tambahnya, dihimpun KompasTekno dari Business Insider, Rabu (3/11/2021).

Rebranding Faceook Inc mirip dengan keputusan Google pada tahun 2015 saat mendirikan perusahaan induknya, Alphabet, yang disertai dengan perubahan susunan perusahaan. Google menjadi salah satu unit usaha yang bernaung di bawah Alphabet.

Baca juga: Ganti Nama Jadi Meta, Facebook Tetap Punya Masalah yang Sama

Kala itu, pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, secara bertahap mulai "menjaga jarak" dari perusahaan setelah restrukturisasi Alphabet. Dua founder Google tersebut secara resmi mengundurkan diri empat tahun kemudian pada tahun 2019.

Sementara, Zuckerberg sendiri telah mengisyaratkan bahwa ia justru ingin banyak terlibat dalam masa depan Meta. Dalam sebuah wawancara dengan The Information, Zuckerberg bahwa ia tidak memiliki rencana untuk mundur dari perannya sebagai CEO perusahaan.

"Saya benar-benar menjalankan perusahaan dari hari ke hari," kata Zuckerberg.

Zuckerberg sosok pimpinan banyak skandal

CEO Facebook Mark Zuckerberg saat memberikan kesaksian di depan senat atas skandal kebocoran data pengguna Facebook oleh Cambridge Analytica.Brendan Smialowski / AFP CEO Facebook Mark Zuckerberg saat memberikan kesaksian di depan senat atas skandal kebocoran data pengguna Facebook oleh Cambridge Analytica.
Sosok Zuckerberg yang disebut dapat menjadi ancaman bagi Meta tak bisa dilepaskan dari kinerja Zuck ketika memipin Facebook Inc. selama 17 tahun terakhir.

Selama dipimpin Zuck, Facebook sering kali terlibat skandal, entah itu soal politik, privasi, hingga kebocoran data.

Bahkan pada tahun 2018, Facebook tercatat terlibat dalam 20 skandal sekaligus. Salah satu mega skandal Facebook pada 2018 adalah Kebocoran data Cambridge Analytica.

Baca juga: Cambridge Analytica Disebut Curi Data 50 Juta Pengguna Facebook

Ketika itu, data pengguna Facebook diambil melalui aplikasi kepribadian bernama #yourdigitallife. Data tersebut disinyalir digunakan untuk kepentingan politik demi memenangkan Donald Trump dalam kontestasi pemilu AS tahun 2016.

Skandal lainnya adalah Facebook disebut lalai dalam melindungi data pribadi pengguna, serta tak mampu menghadang intervensi Rusia dalam mencampuri urusan politik Amerika Serikat.

Meski dibanjiri masalah serius, Zuck kala itu mengaku tetap bangga dengan perkembangan yang dilakukan jejaring sosialnya untuk terus maju selama 2018.

Sebelum pengumuman rebranding Meta pada Oktober lalu, Facebook juga terlibat skandal baru setelah dokumen internal Facebook dibocorkan oleh Frances Haugen, seorang mantan karyawan Facebook yang memutuskan untuk menjadi whistleblower.

Dokumen internal yang bocor itu di antaranya mengungkapkan masalah terbesar Facebook, seperti mengenai hate speech dan misinformasi di media sosialnya.

Baca juga: Mantan Karyawan Ungkap Facebook Utamakan Profit ketimbang Keamanan Pengguna

Ada pula dokumen yang mengungkap bagaimana penggunaan platform media sosial Facebook oleh pelaku human trafficking (perdagangan manusia).

Namun, yang banyak menarik perhatian ialah dokumen internal yang mengungkap hasil penelitian terkait bahaya platform keluarga Facebook, tepatnya Instagram, bagi pengguna muda.

Dalam dokumen internal yang dibocorkan Haugen, Facebook sebenarnya mengetahui bahwa Instagram memiliki dampak buruk dan berbahaya (toxic) terhadap remaja, khususnya anak gadis yang sering membanding-bandingkan penampilan di media sosial itu.

Haugen menuduh, meski tahu dampak buruk yang dihasilkan oleh layanannya, Facebook memilih bersikap abai dan lebih memilih profit ketimbang keamanan penggunanya.

Zuckerberg sendiri telah membantah tuduhan Haugen tersebut.

Baca juga: Mark Zuckerberg Bantah Tuduhan Facebook Utamakan Profit ketimbang Pengguna

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com