Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zuckerberg Jadi Batu Sandungan untuk Meta, Nama Baru Facebook

Kompas.com - 03/11/2021, 20:05 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Rebranding Faceook Inc mirip dengan keputusan Google pada tahun 2015 saat mendirikan perusahaan induknya, Alphabet, yang disertai dengan perubahan susunan perusahaan. Google menjadi salah satu unit usaha yang bernaung di bawah Alphabet.

Baca juga: Ganti Nama Jadi Meta, Facebook Tetap Punya Masalah yang Sama

Kala itu, pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, secara bertahap mulai "menjaga jarak" dari perusahaan setelah restrukturisasi Alphabet. Dua founder Google tersebut secara resmi mengundurkan diri empat tahun kemudian pada tahun 2019.

Sementara, Zuckerberg sendiri telah mengisyaratkan bahwa ia justru ingin banyak terlibat dalam masa depan Meta. Dalam sebuah wawancara dengan The Information, Zuckerberg bahwa ia tidak memiliki rencana untuk mundur dari perannya sebagai CEO perusahaan.

"Saya benar-benar menjalankan perusahaan dari hari ke hari," kata Zuckerberg.

Zuckerberg sosok pimpinan banyak skandal

Sosok Zuckerberg yang disebut dapat menjadi ancaman bagi Meta tak bisa dilepaskan dari kinerja Zuck ketika memipin Facebook Inc. selama 17 tahun terakhir.

Selama dipimpin Zuck, Facebook sering kali terlibat skandal, entah itu soal politik, privasi, hingga kebocoran data.

Bahkan pada tahun 2018, Facebook tercatat terlibat dalam 20 skandal sekaligus. Salah satu mega skandal Facebook pada 2018 adalah Kebocoran data Cambridge Analytica.

Baca juga: Cambridge Analytica Disebut Curi Data 50 Juta Pengguna Facebook

Ketika itu, data pengguna Facebook diambil melalui aplikasi kepribadian bernama #yourdigitallife. Data tersebut disinyalir digunakan untuk kepentingan politik demi memenangkan Donald Trump dalam kontestasi pemilu AS tahun 2016.

Skandal lainnya adalah Facebook disebut lalai dalam melindungi data pribadi pengguna, serta tak mampu menghadang intervensi Rusia dalam mencampuri urusan politik Amerika Serikat.

Meski dibanjiri masalah serius, Zuck kala itu mengaku tetap bangga dengan perkembangan yang dilakukan jejaring sosialnya untuk terus maju selama 2018.

Sebelum pengumuman rebranding Meta pada Oktober lalu, Facebook juga terlibat skandal baru setelah dokumen internal Facebook dibocorkan oleh Frances Haugen, seorang mantan karyawan Facebook yang memutuskan untuk menjadi whistleblower.

Dokumen internal yang bocor itu di antaranya mengungkapkan masalah terbesar Facebook, seperti mengenai hate speech dan misinformasi di media sosialnya.

Baca juga: Mantan Karyawan Ungkap Facebook Utamakan Profit ketimbang Keamanan Pengguna

Ada pula dokumen yang mengungkap bagaimana penggunaan platform media sosial Facebook oleh pelaku human trafficking (perdagangan manusia).

Namun, yang banyak menarik perhatian ialah dokumen internal yang mengungkap hasil penelitian terkait bahaya platform keluarga Facebook, tepatnya Instagram, bagi pengguna muda.

Dalam dokumen internal yang dibocorkan Haugen, Facebook sebenarnya mengetahui bahwa Instagram memiliki dampak buruk dan berbahaya (toxic) terhadap remaja, khususnya anak gadis yang sering membanding-bandingkan penampilan di media sosial itu.

Haugen menuduh, meski tahu dampak buruk yang dihasilkan oleh layanannya, Facebook memilih bersikap abai dan lebih memilih profit ketimbang keamanan penggunanya.

Zuckerberg sendiri telah membantah tuduhan Haugen tersebut.

Baca juga: Mark Zuckerberg Bantah Tuduhan Facebook Utamakan Profit ketimbang Pengguna

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com