Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/11/2021, 19:09 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baterai jenis lithium-ion adalah salah satu komponen penting yang digunakan di berbagai jenis perangkat, seperti, ponsel, laptop, kamera, hingga mobil listrik.

Kabar buruknya, bahan baku untuk pembuatan baterai lithium-ion, yaitu logam lithium, terancam habis dalam 5 hingga 10 tahun mendatang. Untuk itu, perlu ditemukan alternatifnya.

Hal ini disampaikan oleh ilmuwan Stanley Whittingham dalam diskusi panel energi berkelanjutan di World Laureates Forum keempat di Shanghai, China.

Whittingham adalah salah satu dari tiga penemu baterai lithium-ion, yang menerima Penghargaan Nobel tahun 2019 untuk bidang Kimia.

Baca juga: 4 Penyebab Baterai Ponsel Berkurang Meski Tak Digunakan

Karena bahan baku lithium terancam punah, Whittingham mendesak agar dunia mulai mencari bahan baku alternatif untuk untuk membuat paket baterai yang dapat diisi ulang.

Sejumlah perusahaan sedang mengembangkan teknologi baterai pengganti lithium, misalnya Contemporary Amperex Technology Limited, or CATL yang memperkenalkan baterai sodium-ion pada Juli lalu.

Pabrikan gadget seperti Samsung juga mengembangkan baterai dengan material graphene yang disebut lebih unggul dibanding lithium karena bisa dibuat tips dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk isi ulang.

Baca juga: Samsung Kembangkan Graphene, Baterai Baru Pengganti Lithium?

Steven Chu, pemenang Hadiah Nobel Fisika 1997 dan mantan menteri energi Amerika Serikat, mengatakan bahwa bahan lain seperti graphite dan silikon juga bisa menjadi pengganti lithium di baterai. 

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Yicai Global, Kamis (4/11/2021), selain mencari alternatif, Whittingham mengatakan, proses daur ulang baterai lithium-ion juga harus segera dimulai.

Sebab, karena keterbatasan bahan baku dan permintaan yang masih tinggi, harga baterai lithium-ion mungkin bakal naik di masa depan.

Proses daur ulang baterai lithium-ion ini juga penting, kata Whittingham, karena jenis baterai ini menggunakan bahan baku logam lain, seperti kobalt dan nikel. Bila tidak bisa didaur ulang, baterai ini justru akan menghasilkan limbah dan mencemari lingkungan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com