Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

kolom

Ayo Bantu Garuda!

Kompas.com - 22/11/2021, 13:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mulai dari restrukturisasi operasional dengan misalnya menghitung secara tepat dan proporsional jumlah kebutuhan armada, rute, jumlah penerbangan dan tentu saja jumlah sumber daya manusia sehingga operasional penerbangannya menjadi lebih efektif dan efisien dengan tingkat keterisian pesawat yang lebih tinggi dan tarif menguntungkan.

Hal ini terlihat mudah, namun ternyata sulit dilakukan di Garuda. Garuda adalah BUMN yang salah satu tugasnya adalah membantu program kerja pemerintah, terutama dalam soal menjaga konektivitas transportasi di Indonesia yang wilayahnya berbentuk kepulauan ini, serta tugas-tugas lain.

Misalnya saja, pemerintah membuat bandara baru atau ingin mengaktifkan sebuah bandara yang selama ini tidak ada penerbangan. Jika maskapai swasta tidak ada yang mau menerbangi, tentu tugas ini akan diemban oleh Garuda atau minimal anak perusahaanya, yaitu Citilink.

Jika pemerintah membuat kerja sama dengan negara lain yang salah satunya adalah kerja sama bidang penerbangan. Tentunya tugas ini juga akan diemban oleh Garuda. Padahal sebagai penerbangan pioner, tentu saja tidak akan langsung bisa menguntungkan.

Perlu beberapa bulan atau bahkan bisa jadi akan selalu rugi, namun hubungan antar negara berjalan baik.

Restrukturisasi ini sebenarnya pernah berkali-kali dilakukan Garuda. Yang terakhir di tahun 2018-2019 di mana Garuda juga berencana memangkas beberapa rute dan frekuensi penerbangan yang tidak menguntungkan.

Namun tentu saja pemerintah tidak serta-merta menyetujuinya karena akan mengurangi konektivitas transportasi di rute-rute tersebut.

Garuda juga bertugas untuk menstabilkan harga tiket penerbangan nasional. Anda tentu masih ingat peristiwa di tahun 2018-2019 di mana maskapai ramai-ramai menaikkan harga tiketnya. Untuk menurunkannya dan menahan gejolak masyarakat, pemerintah kembali mengutus Garuda untuk menurunkan harga.

Garuda sebagai maskapai full service dan mempunyai reputasi yang sangat baik adalah pemimpin harga penerbangan. Jika Garuda menurunkan harga tiket, maskapai lain pasti akan mengikuti. Namun dengan harga tiket yang turun, Garuda akan kesulitan menutupi biaya karena pendapatnnya menurun.

Jadi jika saat ini pemerintah menyetujui Garuda melakukan restrukturisasi internal, itu suatu langkah maju.

Selain itu restrukturisasi utang dengan lessor juga harus terus dilakukan. Untuk itu harus dikondisikan Garuda sebagai maskapai yang mempunyai posisi yang kuat di nasional Indonesia maupun global. Pernyataan-pernyataan yang kontraproduktif dari pemerintah sudah seharusnya dihindari. Sedangkan utang-utang ke pihak lain, biar saja diselesaikan melalui PKPU.

Dan yang tak kalah penting adalah penyisiran di sumber daya manusianya untuk good corporate governance (tata kelola perusahaan) yang lebih baik sehingga bisa melakukan kinerja efektif dan efisien sesuai visi dan misi perusahaan. Karyawan yang melakukan korupsi harus dibabat habis dan kasus-kasusnya harus dituntaskan.

Namun demikian dalam menyisir SDM yang dianggap bermasalah ini harus mengikutkan petugas yang benar-baner paham soal industri penerbangan. Jangan sampai orang-orang yang sudah menjalankan prosedur penerbangan dengan benar namun tetap disalahkan dan disingkirkan karena dianggap tidak sesuai dengan prosedur non penerbangan.

Restrukturisasi eksternal

Harus diketahui bahwa kondisi keuangan maskapai penerbangan nasional, tidak hanya Garuda, sebelum pandemi Covid-19 sudah sangat berat. Anda bisa memeriksanya melalui laporan keuangan maskapai yang sudah melantai di bursa saham atau melalui pemberitaan di periode tahun itu.

Pekerja melakukan bongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Jumat (9/4/2021)ANTARA FOTO/AMPELSA Pekerja melakukan bongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blangbintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Jumat (9/4/2021)

Hal ini ditengarai karena ferkuensi penerbangan pada rute-rute tertentu yang melebihi kebutuhan pasar sehingga terjadi perang harga.Terjadinya pandemi tambah memperparah kondisi keuangan maskapai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com