KOMPAS.com - Setelah Facebook dan Microsoft, kini giliran perusahaan semikonduktor raksasa Intel yang akhirnya membagikan visi perusahaan terkait metaverse.
Dalam sebuah postingan di laman resmi Intel, SVP dan General Manager of the Accelerated Computing Systems and Graphics Group Intel, Raja Koduri mengatakan bahwa metaverse kemungkinan besar bakal menjadi masa depan komputasi, setelah world wide web (WWW) dan mobile.
Namun, teknologi yang ada saat ini masih belum mampu untuk mewujudkan visi dari metaverse itu sendiri. Menurut Koduri, untuk mewujudkan metaverse dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari teknologi yang sudah ada saat ini.
Baca juga: Akuisisi RTFKT, Nike Siap Jual Sneakers Virtual di Metaverse
Koduri mengungkapkan, metaverse saat ini dipahami sebagai sebuah konsep dunia virtual dan augmented reality (realitas ganda) yang kaya, real-time, dan saling terhubung secara global yang akan memungkinkan miliaran orang untuk bekerja, bermain, berkolaborasi dan bersosialisasi dengan cara yang benar-benar baru.
Semua hal itu bakal ditampilkan secara real-time berdasarkan data sensor yang menangkap objek 3D dunia nyata, gerakan, audio, dan banyak lagi. Data sensor itu terpasanng di beberapa perangkat, seperti headset Virtual Reality (VR) dan sarung tangan haptic.
Baca juga: Ramalan Bill Gates, Meeting Online Bakal Digelar di Metaverse
Untuk menampilkan itu semua di metaverse, kata Koduri, dibutuhkan transfer data bandwidth super tinggi, latensi sangat rendah, dan model dunia virtual yang bersinambung, berisi elemen nyata serta simulasi.
"Dalam skenario ratusan juta pengguna hadir secara bersamaan di metaverse, Anda akan segera menyadari bahwa infrastruktur komputasi, penyimpanan, dan jaringan kami saat ini tidak cukup untuk mewujudkan visi tersebut," kata Koduri.
Ia mengatakan, untuk mewujudkan metaverse, seluruh saluran internet akan membutuhkan peningkatan besar, termasuk bagi produk-produk Intel sendiri.
"Untuk menghadirkan kemampuan komputasi yang benar-benar persisten dan imersif di metaverse, dalam skala besar dan dapat diakses oleh miliaran manusia secara real-time, dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari yang ada saat ini," kata Koduri.
Baca juga: Nike dan Dyson Mulai Masuk Dunia Virtual Metaverse
Masalahnya, peningkatan hingga 1.000 kali lipat itu tidak bisa dicapai hanya melalui hardware saja.
Sebab, menurut Koduri, berdasarkan Hukum Moore, kapasitas komputasi pada hardware hanya akan meningkat delapan atau 10 kali lipat dalam lima tahun mendatang.
Peningkatan itu masih sangat jauh dari kemampuan komputasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan metaverse yang bisa diakses oleh miliaran manusia secara langsung.
Hukum Moore atau Moore’s Law merupakan acuan di industri semukonduktor yang menyebutkan bahwa jumlah transistor di dalam integrated circuit (inti chip) bakal berlipat ganda setiap dua tahun.
Transistor sendiri adalah blok-blok kecil di dalam produk semikonduktor yang bertugas untuk mentenagai dan menopang kinerja produk tersebut. Artinya, secara teori, jika jumlah trasistor yang disertakan di dalam produk semikonduktor semakin banyak, maka performa produk itu juga akan semakin mumpuni.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.