Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Perusahaan Teknologi yang Melantai di Bursa Saham Sepanjang 2021

Kompas.com - 20/12/2021, 09:10 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjelang pergantian tahun, tak ada salahnya melihat kembali rangkaian peristiwa yang terjadi di dunia teknologi sepanjang tahun 2021.

Salah satu yang menarik dilihat adalah manuver bisnis para pelaku industri teknologi. Sepanjang 2021 ini, sejumlah perusahaan teknologi melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO).

IPO menjadi penanda di  mana perusahaan untuk pertama kali menawarkan sahamnya ke publik. Setelah IPO, perusahaan akan melantai di bursa saham dan publik dapat membeli saham tersebut sehingga perusahaan bisa mendapatkan dana segar.

Sepanjang tahun 2021 ini, KompasTekno mencatat ada sejumlah perusahaan teknologi yang akhirnya melantai di bursa saham.

Berikut KompasTekno rangkumkan 5 perusahaan teknologi yang melakukan IPO dan mencatatkan namanya di bursa sepanjang 2021 ini.

Tak hanya dari luar negeri, dua di antara lima perusahaan teknologi yang ada dalam daftar ini ternyata berasal dari Indonesia. Apa saja?

1. Roblox (Maret 2021)

 Roblox melantai di Bursa Efek New York.NYSE via CNBC Roblox melantai di Bursa Efek New York.
IPO Roblox disebut-sebut sebagai salah satu debut publik yang paling dinanti-nanti untuk perusahaan game di tahun 2021 ini.

Selama ini, Roblox terkenal sebagai platform game online gratis yang memungkinkan pengguna mendesain permainan mereka sendiri, dan memainkan kreasi dari pemain lain ini.

Baca juga: Game Online Anak-anak Roblox Tembus 90 Juta Pengguna Bulanan

Roblox sendiri akhirnya telah resmi melantai di Bursa Efek New York (New York Stock Exchange/NYSE) pada 10 Maret 2021 dengan ticker "RBLX".

Pendaftaran saham Roblox ke bursa saham dilakukan secara langsung (direct listing), bukan melalui IPO konvensional.

Artinya, saham RBLX dijual langsung ke pasar tanpa perantara (underwriters), lebih tepatnya saham ditawarkan ke para karyawan dan pemegang saham yang sudah ada saat ini.

Sementara IPO biasanya membutuhkan peran underwriters untuk menentukan harga sebelum dilempar ke pasar.

Pada hari pertama perdagangan, saham RBLX diperdagangkan di level 69,5 dollar AS. Direct listing Roblox ini membuat kapitalisasi pasar perusahaan tembus 38,26 miliar dollar AS.

Berselang kurang lebih sembilan bulan, saham RBLX telah menunjukkan performa yang postif dengan kenaikan sekitar 36,99 persen.

Menurut pantauan KompasTekno di situs Google Finance, pada sesi perdagangan Kamis (16/12/2021), saham RBLX diperdagangkan di level 95,21 dollar AS per lembar saham.

2. Coinbase (April 2021)

Coinbase melantai di bursa Nasdaq AS.Bloomberg/ Getty Images/ Michael Nagle via CNBC Coinbase melantai di bursa Nasdaq AS.
Perusahaan teknologi kedua yang berhasil melantai di bursa saham adalah Coinbase.

Coinbase sendiri adalah sebuah platform perdagangan sekaligus dompet mata uang kripto, asal Amerika Serikat yang diluncurkan pada Juni 2012 silam.

Coinbase resmi mencatatkan diri ke bursa saham AS di Nasdaq dengan ticker "COIN" pada 14 April 2021 lalu.

Pandaftaran saham tersebut bisa dibilang sebagai salah satu peristiwa yang bersejarah di dunia teknologi, khususnya bagi cryptocurrency.

Pasalnya, Coinbase merupakan platform cryptocurrency pertama yang resmi mencatatkan diri ke bursa saham.

Baca juga: Dompet Mata Uang Kripto Coinbase Resmi Melantai di Bursa Saham

CEO dan salah satu pendiri platform cryptocurrency Luno, Marcus Swanepoel bahkan hingga memuji debut Coinbase di pasar saham tersebut.

Ia menyebutnya, pendaftaran saham Coinbase ini sebagai tonggak utama bagi industri mata uang kripto setelah bertahun-tahun dipandang meragukan oleh regulator dan pasar saham Wall Street.

Sama seperti Roblox, saham Coinbase juga didaftarkan melalui direct listing.

Pada perdagangan perdana, harga saham Coinbase dibuka pada angka 381 dollar AS per saham atau sekitar Rp 5,5 juta (kurs Rp 14.600).

Pada penutupan perdangana hari Rabu (14/4/2021), saham Coinbase diperdagangkan di level 328,28 dollar AS (sekitar Rp 4,8 juta).

Dengan harga tersebut, nilai kapitalisasi pasar Coinbase tercatat mencapai 85,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.250 triliun.

Pada sesi perdagangan Kamis (16/12/2021), saham COIN terpantau diperdagangkan di level 247,17 dollar AS per lembar saham. Atau turun 24,71 persen bila dibandingkan dengan harga saham saat pertama kali diperdagangkan di bursa.

3. Bukalapak (Juli 2021)

CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin pada sesi pencatatan saham BUKA di BEI, Jumat (6/8/2021).YouTube/BEI CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin pada sesi pencatatan saham BUKA di BEI, Jumat (6/8/2021).
Perusahaan teknologi ketiga yang melantai di bursa saham pada tahun 2021 adalah Bukalapak. Nama Bukalapak resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021 dengan kode saham "BUKA".

Peristiwa ini juga menjadi pencapaian tersendiri bagi Bukalapak. Pasalnya, Bukalapak menjadi startup Indonesia dengan status unicorn pertama yang resmi melangsungkan penawaran umum perdana (IPO).

Baca juga: Bukalapak Resmi Melantai di BEI Hari Ini, Saham BUKA Naik 25 Persen

Saham Bukalapak (BUKA) pertama kali ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Rp 850 per lembar saham pada periode 27-30 Juli 2021.

Dalam IPO tersebut, Bukalapak menawarkan paling banyak 25.765.504.851 (sekitar 25,7 miliar) lembar saham kepada masyarakat.

Angka tersebut mewakili 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan setelah IPO. Jika dikalkulasikan, maka jumlah pendanaan yang diterima Bukalapak dalam IPO ini mencapai sekitar Rp 21,9 triliun.

Saat masa penawaran saham tersebut, minat investor terhadap saham BUKA dilaporkan cukup tinggi.

Kabarnya, Bukalapak diestimasi bisa meraup dana hingga 1,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 21,8 triliun (kurs Rp 14.550) setelah melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).

Angka itu didapat setelah perusahaan menetapkan batas atas kisaran awal (indicative price range), yang diungkap oleh tiga orang sumber dalam kepada Reuters.

Bahkan, saking "tingginya" minat investor, salah satu sumber menyebut permintaan pesanan saham di IPO Bukalapak mencapai lebih dari 6 miliar dollar AS (sekitar Rp 87,2 triliun).

Menurut pantauan KompasTekno, setelah IPO, harga saham BUKA sempat menyentuh harga tertinggi ke level Rp 1.110 pada 9 Agustus 2021.

Namun, setelah itu, harga saham Bukalapak konsisten mengalami penurunan. Pada akhir sesi perdagangan Jumat (17/12/2021), saham BUKA ditutup di level Rp 466 per lembar saham atau turun 23,61 persen dari harga saat saham pertama kali diperdagangkan di bursa.

4. Mitratel (November 2021)

Anak usaha Telkom, Mitratel, memiliki portofolio berupa lebih dari 28.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Dok. Humas Telkom Anak usaha Telkom, Mitratel, memiliki portofolio berupa lebih dari 28.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Perusahaan teknologi Indonesia yang menyusul Bukalapak melakukan IPO adalah Mitratel (PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk).

Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) yang bergerak di bisnis menara telekomunikasi itu, resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham MTEL pada 22 November 2021.

Saham MTEL ditawarkan dengan harga Rp 800 per lembar saham. Adapun jumlah saham yang dilepas ke publik ialah sebanyak 23,4 miliar lembar saham dengan nilai keseluruhan mencapai Rp 18,7 triliun.

Hampir sebulan pasca IPO, saham MTEL kini diperdagangkan di level Rp 785 per lembar saham, pada akhir sesi perdagangan Jumat (17/12/2021).

Baca juga: Pengalihan 6.050 Menara BTS Telkomsel ke Mitratel Rampung

Sedikit tentang Mitratel, sejak berdiri pada 2008, anak usaha Telkom ini telah mengelola lebih dari 28.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Selain bisnis utamanya di bidang menara telekomunikasi, Mitratel juga melakukan ekspansi portfolio jasa turunan menara seperti project solutions, managed services, Fiberisasi dan digital services untuk mengakselerasi iklim digital di Indonesia.

5. Grab (Desember 2021)

Platform layanan on demand, Grab, menampilkan foto perwakilan mitra asal Indonesia di Menara NASDAQ, New York, Amerika Serikat (AS), Kamis (2/12/2021).Dok Humas Grab Platform layanan on demand, Grab, menampilkan foto perwakilan mitra asal Indonesia di Menara NASDAQ, New York, Amerika Serikat (AS), Kamis (2/12/2021).
Lalu, di penghujung 2021 ini, Grab akhirnya resmi resmi melantai di bursa saham Nasdaq, New York, Amerika Serikat pada Kamis (2/12/2021).

Di Nasdaq, perusahaan SuperApp terbesar di Asia Tenggara, Grab Holdings tercatat denan kode (ticker) saham "GRAB".

Saat perdagangan perdana, saham GRAB dibuka di level 13 dollar AS per saham. Selang beberapa menit setelah debut di Nasdaq, saham Grab naik 18 persen di pasar Amerika Serikat, dirangkum dari Reuters.

Pasca IPO, saham GRAB terpantau "merah". Menurut pantauan KompasTekno di situs Nasdaq, saham Grab ditutup dilevel harga 7,25 dollar AS pada sesi perdagangan Kamis (17/12/2021).

Mulusnya perjalanan Grab melantai di bursa Nasdaq tak lepas dari aksi merger yang dilakukan Grab dengan Altimeter, sebuah perusahaan akuisisi bertujuan khusus/cek kosong (SPAC) yang berbasis di AS.

Valuasi Grab tembus 40 miliar dollar AS setelah aksi korporasi ini.

Baca juga: Grab Dikabarkan Beli Jaringan Toko Grosir Malaysia Rp 6 Triliun

Selain itu, merger Grab-Altimeter dilaporkan mencetak nilai private investment in public equity (PIPE) sebesar 4 miliar dollar AS atau setara Rp 57,3 triliun.

Investasi itu berasal dari investor seperti Tamasek, BlackRock, Counterpoint Global (Morgan Stanley Investment Management), Fidelity International, Janus Henderson Investors, dan masih banyak lainnya. Sementara itu, perusahaan asal Indonesia yang turut membekingi Grab ialah Djarum, Emtek, dan Sinar Mas.

Menurut Nasdaq, angka pendapatan kotor dan PIPE yang dicatatkan Grab ini menjadi yang terbesar yang pernah dicetak perusahaan asal Asia Tenggara, ketika debut di pasar saham AS.

Itu dia beberapa perusahaan teknologi yang melantai di bursa saham pada 2021 ini.

Perusahaan teknologi yang disebut siap IPO 2022

Tahun 2022 mendatang, sudah ada tiga nama perusahaan teknologi asal Indonesia yang diyakini kuat bakal masuk dalam bursa saham, yaitu GoTo, Traveloka, dan Tiket.com.

1. GoTo

GoTo, perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia dikabarkan akan melakukan dual listing, yakni di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan New York.

Menurut rumor terakhir, IPO GoTo akan dilakukan pada awal tahun 2022 mendatang, menunggu perubahan regulasi di BEI untuk perusahaan yang melakukan IPO.

Salah satunya adalah terkait penerapan dual class of share dengan multiple voting shares (MVS).

MVS merupakan salah satu jenis saham yang memperbolehkan memiliki lebih dari satu hak suara untuk tiap lembar sahamnya. Biasanya, satu hak suara hanya dimiliki tiap lembar saham atau disebut dengan Ordinary Share.

Baca juga: Jelang IPO, GoTo Kantongi Pendanaan Rp 18,5 Triliun

Pada November lalu, GoTo juga sudah mengantongi dana sebesar 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,5 triliun dalam penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO.

2. Traveloka

Traveloka, perusahaan penyedia layanan pemesanan tiket dan hotel, sebenarnya dirumorkan bersiap melantai di bursa saham Amerika Serikat tahun 2021 ini.

Namun, mendekati penghujung tahun 2021, IPO Traveloka belum juga terlaksana. Kemungkinan pencatatan nama Traveloka ke bursa saham bakal dilakukan tahun depan.

Menurut informasi beredar, penawaran umum perdana (IPO) Traveloka akan melalui perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau SPACs (special purposes acquisition companies).

Baca juga: Fitur Pay Later Traveloka Akan Dibawa ke Thailand dan Vietnam

CEO Traveloka, Ferry Unardi pada Februari lalu mengatakan, listing di bursa dengan mekanisme SPAC merupakan cara yang sangat efisien.

Ferry melanjutkan, Traveloka juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah resmi melantai di bursa AS.

3. Tiket.com

Tiket.com perusahaan pemesanan tiket hotel dan perjalanan juga bakal melangsungkan IPO pada 2022 mendatang.

Baca juga: Tiket.com Berencana Masuk Bursa Saham, Kapan Melantai?

Hal ini diungkap oleh CEO Tiket.com, George Hendrata dalam sebuah wawancara dengan outlet media Kr-Asia pada November lalu.

Sayangnya, George tidak memberikan detail lebih lanjut soal IPO Tiket.com. Kita tunggu saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com