Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

kolom

Awas Keselamatan Penerbangan Turun

Kompas.com - 21/12/2021, 11:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Krisis penerbangan nasional Indonesia seperti tidak ada habis-habisnya. Belum habis pemberitaan soal maskapai penerbangan dan bandara yang rugi sehingga susah bayar utang, hari ini muncul lagi data terkait keselamatan penerbangan nasional yang memprihatinkan.

Tidak main-main, datanya berasal dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), satu-satunya komite di Indonesia yang bertugas menginvestigasi kecelakaan transportasi, dan memberikan rekomendasi pada berbagai pihak agar tidak terjadi lagi kejadian kecelakaan yang serupa.

KNKT termasuk lembaga kredibel yang dimiliki Indonesia yang telah berhasil melakukan investigasi berbagai kecelakaan transportasi darat, laut, udara dan kereta api yang dipercaya oleh dunia internasional.

Dalam paparan laporan akhir tahun KNKT yang dilakukan pada Senin, 20 Desember 2021, selama tahun 2020 dan 2021 atau di masa pandemi covid-19, tren kecelakaan dan kejadian serius dalam penerbangan meningkat tajam dibanding dengan tahun-tahun sebelum pandemi.

Bahkan tren peningkatan ini sudah dimulai sejak tahun 2019 atau sebelum pandemi. Dan tren kecelakaan penerbangan di Indonesia itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan tren kecelakaan global.

Baca juga: Bandara Internasional Kertajati Akan Difungsikan untuk Perawatan Pesawat

Pada tahun 2017 ada 9 kecelakaan di Indonesia, tahun 2018 (12 kecelakaan), tahun 2019 (8 kecelakaan) dan di tahun 2020 dan 2021 masing-masing 9 kecelakaan. Namun patut diingat bahwa sejak tahun 2019 jumlah penerbangan menurun.

Bahkan pada 2020 dan 2021 jumlah penerbangan menurun tajam hingga tinggal sepertiga dibanding tahun sebelumnya karena efek pandemi Covid-19.

Tahun 2017 ada 829 ribu penerbangan, tahun 2018 ada 875 ribu penerbangan, tahun 2019 turun menjadi 729 ribu penerbangan, tahun 2020 turun lagi menjadi 402 ribu penerbangan. Sedangkan tahun 2021 ini diprediksi jumlahnya lebih kecil dari tahun 2020 karena banyaknya pembatasan mobilitas masyarakat.

Tren kecelakaan (accident dan serious incident) per satu juta penerbangan yang dihitung KNKT sejak tahun 2017 yaitu 3,9 (2017); 2,7 (2018); 4,2 (2019); 6,5 (2020); dan 5,4 (2021). Sedangkan tren global yaitu 2,4 (2017); 2,6 (2018); 2,9 (2019); dan 3,8 (2020). Tren tahun 2021 sampai saat ini belum dirilis oleh Organisasi Penerbangan Internasional (ICAO).

Tentu saja ini menimbulkan kekhawatiran, pertanyaan dan sekaligus tanda tanya besar. Jika jumlah penerbangan menurun, seharusnya tren kecelakaan juga menurun. Namun ini justru terjadi kebalikannya. Ada apa ini sebenarnya? Apakah ini artinya penerbangan di Indonesia tidak selamat?

Perawatan pesawat

Menurut KNKT, kejadian kecelakan penerbangan di Indonesia tahun 2021 ini sebagian besar diawali dari adanya kerusakan pada pesawat.

Kemungkinan ada kaitannya dengan pandemi di mana banyak pesawat yang diparkir dalam waktu lama dan maskapai kesulitan biaya untuk merawat pesawat. Namun KNKT tidak bisa memastikan mengingat selama pandemi gerak mereka juga terbatas untuk meneliti hal tersebut.

Teknisi melakukan perawatan pesawat di Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, Tangerang, Banten, Kamis (13/8/2015).KOMPAS / HENDRA A SETYAWAN Teknisi melakukan perawatan pesawat di Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, Tangerang, Banten, Kamis (13/8/2015).

Seharusnya perawatan pesawat merupakan kewajiban maskapai penerbangan berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh ICAO dan pabrik pesawat yang kemudian diadopsi menjadi peraturan keselamatan penerbangan nasional oleh pemerintah Indonesia.

Perawatan ini juga diawasi secara ketat oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan melalui inspektur-inspekturnya. Inspektur yang akan menyatakan pesawat tersebut laik atau tidak laik terbang.

Jika pesawat dinyatakan tidak laik terbang, maka tidak boleh ada seorangpun yang menerbangkan atau menyuruh menerbangkan. Jika dilanggar, maka konsekuensi ada 2 yaitu kecelakaan dan pidana.

Baca juga: Mengapa Bengkel Pesawat Itu Penting?

Jadi adanya pandemi tidak bisa menjadi permakluman bahwa keselamatan penerbangan boleh menurun. Dalam kondisi apapun, keselamatan penerbangan adalah hal yang utama.

Dengan demikian banyaknya kerusakan pesawat yang beroperasi yang menyebabkan kecelakaan penerbangan memang menimbulkan tanda tanya, kenapa pesawat itu boleh terbang? Apakah ada ketidakdisiplinan dari maskapai, atau kecerobohan dari inspektur?

Audit Internasional

Untuk mengetahui jawabannya, ada baiknya pemerintah Indonesia melakukan lagi audit keselamatan penerbangan. Audit keselamatan penerbangan yang paling kredibel tentu saja yang dilakukan oleh ICAO sebagai satu-satunya organisasi penerbangan sipil internasional di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Bengkel perawatan pesawat milik Lion Air di BatamKOMPAS.com / Aprilia Ika Bengkel perawatan pesawat milik Lion Air di Batam

ICAO mempunyai sistem audit yang dinamakan Universal Safety Oversight Audit Program (USOAP) yang dilakukan pada 8 bidang yaitu terkait aturan (legislasi); struktur organisasi penerbangan (pemerintah); lisensi personil penerbangan; operasional pesawat; kelaikan pesawat; bandar udara; navigasi penerbangan; serta investigasi kecelakaan dan serius insiden penerbangan.

Hasil audit USOAP adalah nilai effective implementation (EI) di mana nilai rata-rata dunia adalah 60 persen. Indonesia telah beberapa kali melakukan USOAP yaitu di tahun 2014 dengan nilai 45 persen, tahun 2016 (51 persen) dan 2017 (80,34 persen).

Jika mengacu pada hasil audit tahun 2017, keselamatan Indonesia memang bisa dikatakan sudah di atas keselamatan penerbangan global. Pada tahun 2017 dan 2018, tren kecelakaan penerbangan nasional juga tidak berbeda jauh dengan tren global.

Namun tren kecelakaan pesawat itu meningkat pesat sejak tahun 2019 sampai sekarang. Untuk itu sudah saatnya pemerintah Indonesia melakukan USOAP lagi agar mengetahui secara persis, ada apa sebenarnya dengan keselamatan penerbangan Indonesia.

Apa penyakit di penerbangan Indonesia sehingga bisa dicari jalan pemecahannya dengan pedoman-pedoman yang benar dan sesuai.

Baca juga: Bisnis Perawatan Pesawat Bakal Moncer usai Covid-19

Pemerintah tidak perlu takut jika nanti ternyata nilai EI-nya turun dan lebih rendah dari rata-rata global. Justru hal itu bisa menjadi bahan koreksi dan memperbaiki diri dengan standar yang jelas, dan bukan dengan mengira-kira.

Jika nanti nilainya ternyata masih tetap di atas rata-rata, tentu itu juga akan menambah kepercayaan diri penerbangan nasional untuk menjaga keselamatan penerbangan. Bahkan bisa dijadikan promosi ke dunia internasional bahwa penerbangan Indonesia dalam kondisi yang baik-baik saja.

Perlu diingat bahwa keselamatan penerbangan menyangkut banyak nyawa manusia. Satu kecelakaan pesawat biasanya langsung merenggut banyak nyawa manusia.

Jika mengacu pada hasil penelitian dari asosiasi maskapai penerbangan nasional (INACA) bahwa penerbangan nasional akan mulai pulih dari hantaman pandemi Covid-19 pada tahun 2022 atau dalam hitungan hari saja.

Bayangkan jika saat penerbangan berkurang saja tren kecelakaan meningkat, bagaimana nanti jika penerbangan mulai bertambah?

Jika tidak segera ditangani serius, tentu ini ibarat berjudi dengan waktu. Jangan sampai nyawa penumpang pesawat Indonesia menjadi taruhannya. ***

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

Gadget
Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat 'Ngetwit'

Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat "Ngetwit"

Software
Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

e-Business
8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

e-Business
Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Internet
CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

e-Business
'Fanboy' Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

"Fanboy" Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

e-Business
WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

Software
Steam Gelar 'FPS Fest', Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Steam Gelar "FPS Fest", Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Game
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com