Pada tahun keuangan 2012, RIM masih dapat mencatat pendapatan sekitar 18 miliar dollar AS (sekitar Rp 258 triliun bila menggunakan kurs saat ini).
Namun pada tahun keuangan 2013, RIM kehilangan pendapatan sebesar 7 miliar dollar AS (sekitar Rp 100 triliun bila menggunakan kurs saat ini), atau total pendapatannya di tahun 2013 menjadi sekitar 11 miliar dollar AS (Rp 157 triliun bila menggunakan kurs saat ini).
Padahal, RIM sangat percaya saat itu dengan kehadiran lini BlackBerry 10 bakal merebut pangsa pasar ponsel pintar dari iOS dan Android.
Namun nahas, hingga kini angka pendapatan RIM atau yang kini disebut BlackBerry Limited terus mengalami penyusutan.
Sebelum BlackBerry Limited menutup OS, perusahaan ini telah melepaskan layanan khas yang dimilikinya yakni BBM. Sebagaimana disebut di awal, BBM merupakan aplikasi yang menyediakan layanan pesan instan khusus bagi pengguna perangkat BlackBerry OS.
Namun di tahun 2013, seiring dengan popularitas Android dan iOS, BlackBerry mengumumkan bahwa BBM akan tersedia juga untuk ponsel-ponsel tersebut.
Tepatnya pada 21 September 2013, BBM resmi tidak menjadi layanan khas yang jadi andalan BlackBerry OS.
Alasan BlackBerry melepas BBM untuk sistem operasi lain karena melihat potensi pasar untuk aplikasi pesan instan yang bisa digunakan di berbagai perangkat.
"Dengan lebih dari satu miliar ponsel Android, iOS, dan BlackBerry yang beredar di pasaran, dan tidak adanya platform mobile messaging yang sangat dominan, ini benar-benar waktu yang tepat untuk membawa BBM ke pengguna Android dan iPhone," kata Wakil Presiden Eksekutif BlackBerry Messenger, Andrew Bocking dalam pernyataan tertulis saat itu.
Baca juga: BBM Dilepas, Pedagang Roxy Prediksi Android Makin Laris
Kurang lebih berselang setahun setelah BBM dapat digunakan untuk multi sistem operasi, BlackBerry berencana menjual BBM di tahun 2014. Rencana ini juga beriringan dengan tren berbagai pengembang aplikasi pesan instan yang menjual layanannya saat itu.
Misal, WhatsApp yang menjual layanannya ke Facebook (sekarang Meta) dengan nilai sebesar 19 juta dollar AS (sekitar Rp 272 miliar bila menggunakan kurs saat ini). Rencana untuk menjual BBM itu datang dari pernyataan CEO BlacBerry, John Chen pada stasiun televisi CNBC.
"Jika ada seseorang datang kepada saya dengan 19 miliar dollar AS, saya pasti akan menjualnya. Maksudnya, saya akan merekomendasikan dewan direksi untuk mengambil itu," kata Chen.
Rencana itu akhirnya terwujud di tahun 2016, BBM resmi dimiliki oleh perusahaan asal Indonesia, yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek), dengan nilai perjanjian sebesar 207,5 juta dollar AS (sekitar Rp 2,7 triliun dengan kurs saat itu).
Namun, BBM yang dikembangkan Emtek tak bertahan lama. Pada 2019, perusahaan resmi mengumumkan bahwa BBM ditutup dan tidak dapat digunakan.
BBM yang ditutup itu merupakan versi konsumer atau yang umum digunakan publik. Sedangkan BBM versi enterprise atau untuk kalangan bisnis, masih tersedia di toko aplikasi iOS dan Android hingga kini.
Dengan ditutupnya BBM versi konsumer yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, BlackBerry seakan kehilangan identitas khasnya.
Berlanjut dengan penutupan BlackBerry OS yang baru saja diumumkan, akhirnya menjadi pelengkap hilangnya identitas khas BlackBerry.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.