Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Startup Yogyakarta Arutala Gunakan Konsep Metaverse untuk Pelatihan Medis

Kompas.com - 06/01/2022, 14:31 WIB
Kevin Rizky Pratama,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Teknologi metaverse yang dipopulerkan oleh perusahaan induk Facebook, Meta, semakin ramai diperbincangkan publik.

Demi mempercepat adopsi dan manfaat metaverse di Indonesia, sebuah startup berbasis virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), PT Arutala Digital Inovasi (Arutala) memanfaatkan konsep metaverse ini untuk sarana pelatihan.

Arutala menggunakan teknologi VR dan AR untuk menciptakan dunia virtual, yang dipakai untuk pelatihan di bidang medis dan engineering.

CEO Arutala, Indra Haryadi menjelaskan bahwa saat ini tenaga kesehatan (nakes) tengah dihadapkan dengan risiko besar saat sedang bertugas di tengah pandemi.

Baca juga: Intel soal Metaverse: Teknologi Saat Ini Belum Mampu Mewujudkannya

Indra menilai bahwa nakes rentan tertular virus Covid-19 yang bisa saja tersebar lewat prosedur pelatihan memandikan pasien secara langsung di rumah sakit.

Melihat adanya kasus ini, Arutala berinisiatif untuk membangun ruang simulasi virtual dengan menggabungkan teknologi VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality) khusus bagi nakes yang sedang menjalani pelatihan.

Adapun ruang simulasi yang dimaksud diberi nama Bathing Patient VR. Seperti namanya, produk berbasis teknologi VR ini menyajikan kebutuhan simulasi memandikan pasien yang bisa dipakai oleh nakes.

"Alih-alih harus pergi ke rumah sakit, kami hadirkan rumah sakit kepada para nakes untuk kemudahan praktikum. Tentu hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi pelatihan melalui apa yang kita sebut teknologi VR dan AR," ujar Indra dirangkum KompasTekno dari Antara News, Kamis (6/1/2022).

Indra mengklaim bahwa Bathing Patient VR dirancang dengan kondisi yang benar-benar menyerupai keadaan di rumah sakit.

Baca juga: Ramalan Bill Gates, Meeting Online Bakal Digelar di Metaverse

Selama proses pelatihan berlangsung, nakes tetap diberikan edukasi yang sama seperti ketika menjalankan training di rumah sakit.

Hanya saja, nakes tidak perlu menghabiskan sabun dan mencuci kembali alat-alat peraga seperti yang digunakan saat praktikum secara langsung.

Dengan demikian, risiko penularan virus dapat ditekan dan jumlah biaya yang diperlukan dapat berkurang, mengingat pelatihan dapat dilakukan secara virtual.

"Dengan menciptakan ruang baru melalui teknologi VR dan AR, kita dapat menekan angka risiko dan biaya di pelatihan pada kedua sektor tersebut untuk mencapai hasil yang optimal," jelas Indra.

Selain dapat menekan risiko penyebaran virus, bentuk pelatihan ini juga sejalan dengan pengembangan konsep dunia virtual Metaverse yang hadir di Indonesia.

Sebelumnya, teknologi Bathing Patient VR sudah terlebih dahulu diuji coba oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com