Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Theranos, Cerita Penipuan Miliarder Wanita Muda Elizabeth Holmes

Kompas.com - 08/01/2022, 10:03 WIB
Zulfikar Hardiansyah,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Elizabeth Holmes kembali jadi pembicaraan setelah pengadilan di California menyatakan ia bersalah atas empat dari 11 tuntutan terkait penipuan teknologi kesehatan, yang membawanya pada ancaman hukuman 20 tahun penjara.

Secara garis besar, tuntutan tersebut dilayangkan ke Holmes sebagai buntut dari tindakan penipuannya kepada investor, terkait startup teknologi kesehatan Theranos yang digarap Holmes sejak 19 tahun lalu.

Putusan bersalah ini tentu menjadi sandungan bagi ide masa muda Holmes di industri teknologi. Namun, sebenarnya siapakah sosok Elizabeth Holmes ini? bagaimana perjalanannya hingga ia diputus bersalah?

Awal mula ide Theranos

Elizabeth Holmes lahir pada 3 Februari 1984, ia mengeyam pendidikan tinggi di Stanford University, Amerika Serikat (AS), dengan jurusan teknik kimia.

Baca juga: Pendiri Startup Teknologi Medis Theranos Divonis Bersalah atas Kasus Penipuan

Saat masih kuliah di tahun 2002, ia memiliki ide untuk menciptakan alat tes yang bisa mendeteksi segala penyakit, hanya dengan setetes darah. Ide ini disampaikan pada profesornya di Standford University, Phyllis Gardner.

Namun, Gardner menyebut bahwa ide Holmes itu mustahil diwujudkan. Pendapat Gardner tampaknya tidak diindahkan oleh Holmes. Kemudian pada 2003, Holmes tidak melanjutkan kuliahnya di Standford University.

Bebarengan dengan itu, Holmes mendirikan perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di bidang teknologi kesehatan, yang diberi nama Theranos dan berlokasi di Palo Alto, California. Dengan Theranos, Holmes menggarap ide yang ia cetuskan saat kuliah.

Theranos merupakan perusahaan yang menciptakan alat pendeteksi segala penyakit, hanya dengan setetes darah. Untuk mewujudkan ide ini, Holmes menggandeng Ian Gibbons, ahli kimia asal Inggris yang jadi kepala lab Theranos.

Miliarder termuda

Saat mendirikan Theranos pada 2003, Holmes masih berusia 19 tahun, dan berani mengaku telah memiliki paten alat yang diklaim dapat mendeteksi berbagai jenis penyakit dengan setetes darah.

Klaim itu sontak menjadi harapan baru bagi dunia kesehatan, karena alat yang digaungkan Theranos, membuat tes darah bisa berjalan dengan biaya yang murah dalam waktu yang singkat.

Banyak pemodal ventura dari kalangan konglomerat Amerika Serikat yang menanamkan investasi pada Theranos kala itu, sebut saja seperti mantan Menteri luar Negeri AS, Henry Kisinger dan pendiri perusahaan teknologi Oracle, Larry Ellison.

Logo Theranos di depan kantornya di Silicon Valley.Twitter.com/Theranos Logo Theranos di depan kantornya di Silicon Valley.

Dibantu oleh Larry Ellison dan Don Lucas, seorang pemodal ventura di Sillicon Valley, Holmes berhasil mengumpulkan banyak modal. Puncaknya di tahun 2014, Theranos berhasil memiliki total nilai aset sebesar 9 miliar dollar AS (Rp 128 triliun).

Dengan capaian tersebut, Theranos menyandang status sebagai perusahaan Unicorn yang  disejajarkan dengan perusahaan teknologi yang tumbuh besar di Silicon Valley, seperti Google, Apple, NetFlix, dan sebagainya.

Baca juga: Startup Yogyakarta Arutala Gunakan Konsep Metaverse untuk Pelatihan Medis

Tidak hanya Theranos yang mendapat nama, melainkan juga Holmes selaku pendiri dan CEO-nya. Holmes mendapat predikat sebagai perempuan miliarder termuda di dunia oleh majalah Forbes pada 2014, di mana usianya saat itu menginjak 30 tahun.

Holmes kala itu juga berhasil mencatatkan kekayaan pribadi bersih sekitar 4,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 64 triliun jika menggunakan kurs saat ini). Selain itu, Holmes juga mendapat predikat "The next Steve Jobs" dari majalah bisnis, Inc.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com