Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Seperti Ghozali Everyday? Berikut Cara Membuat NFT di OpenSea

Kompas.com - 13/01/2022, 18:55 WIB
Zulfikar Hardiansyah,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Ghozali Everday sebagai salah satu penjual NFT (non-fungible token) di platform OpenSea tengah menjadi bahan pembicaraan, setelah harga NFT miliknya melambung tinggi.

NFT milik Ghozali Everyday berupa foto selfie dirinya selama 4 tahun, yang diambil sejak ia berusia 18 tahun, hingga kini 22 tahun. Foto selfie itu tersedia di OpenSea dengan jumlah 933 foto. Semua foto itu dapat dibeli dengan mata uang kripto Ethereum (ETH).

Harga beli dari NFT Ghozali Everday awalnya hanya berkisar 0,0001 ETH (sekitar Rp 45.000) per foto. Kini, harga harga tersebut melambung setelah banyak kolektor NFT yang menawar.

Satu foto selfie Ghozali Everday saat ini berada di harga sekitar 0,3 ETH atau Rp 14 Juta. Kenaikan harga yang fantastis dari satu foto itu tentu sangat menggiurkan untuk diikuti.

Namun sebelum mengikuti jejak Ghozali Everyday, sebenarnya apa itu NFT, bagaimana harganya bisa melambung, dan bagaimana cara menjualnya?

Cara kerja NFT

NFT bisa dikatakan sebagai lahan baru bagi orang yang ingin mencari penghasilan dari transaksi digital. Permintaan dan penawaran NFT dari tahun ke tahun kian meningkat. Ini bisa dilihat dari laporan DappRadar, pengembang aplikasi yang menggunakan skema blockchain.

Baca juga: Aset NFT Wajib Dilaporkan di SPT Pajak, Apa Kata Investor?

DappRadar mengumumkan jika volume penjualan NFT mencapai sepanjang tahun 2021 telah mencapai 25 miliar dolar AS (sekitar Rp 357 triliun). Angka tersebut mengalami jauh peningkatan dibanding tahun 2020, yang berada di angka 95 juta dolar AS (Rp 1,3 triliun).

Sementara itu, penjual NFT juga mengalami peningkatan dari tahun 2020 hanya terdapat 545.000 penjual, kemudian di tahun 2021 menjadi sekitar 28,6 juta penjual.

Melihat angka tersebut, tentu semakin membuat penasaran soal apa itu NFT. NFT sendiri merupakan bagian dari teknologi blockchain yang serupa dengan mata uang kripto. Namun, NFT ini berupa sertifikat digital untuk menjustifikasi kepemilikan dari suatu barang.

Sedikit informasi, blockchain merupakan sistem penyimpanan data digital yang memungkinkan pengguna bisa saling transfer data secara rahasia melalui skema enkripsi dalam kriptografi.

Skema itu bisa mengkonversi data menjadi mengonversikan informasi menjadi kode rahasia sebelum dikirim sehingga data tidak bisa dilacak dan dimiliki oleh pengguna lain yang tidak memiliki datanya.

Data dalam blockchain itu bermacam-macam, salah satunya adalah mata uang kripto seperti Ethereum, Bitcoin, dan sebagainya, yang mungkin telah banyak diketahui orang. Namun, bentuk data dalam sistem blockchain itu kian berkembang.

Seperti data blockchain yang kini tengah popular, yakni sertifikat digital dalam NFT. Sebagaimana telah disebut di atas, sertifikat digital pada NFT ini biasanya ditanamkan pada gambar, foto, video, atau karya-karya seni digital lainnya.

Baca juga: Anak 12 Tahun Jual NFT Emoji Ikan Paus, Laku Rp 5 Miliar

Ketika karya seni digital itu menjadi NFT, yang mana berarti telah dienkripsi dalam blockchain, maka karya seni digital itu tidak dapat diduplikasi oleh orang yang bukan pemilik aslinya.

Sederhananya, NFT bisa dikatakan seperti sertifikat fisik hak cipta yang dapat menjamin keaslian suatu karya seni, bedanya NFT berupa sertifikat digital. Dari titik cara kerja NFT ini, mungkin bisa dibayangkan secara kasar mengapa harga NFT bisa melambung.

Alasan paling mendasar dari pertanyaan tersebut adalah karena tidak ada penguasaan dan dominasi dalam skema perdagangan NFT. Dengan kata lain, tidak ada aktor dominan yang bisa mengendalikan harga di NFT.

Peneliti di Alan Turing Institute menyebut bahwa terdapat heterogenitas yang sangat luar biasa besar dalam perdagangan NFT. Banyak karya seni digital NFT yang tersedia tapi tidak ada yang menguasai penentuan nilai atau harganya.

Nilai atau harga dari NFT sepenuhnya dibuat antara penjual dan pembeli bukan ditentukan pihak ketiga, seperti pada perdagangan konvesional yang membutuhkan campur tangan pemerintah atau perusahaan besar.

Skema perdagangan barang seperti ini mungkin mirip seperti skema perdagangan karya seni. Nilai satu lukisan dihasilkan dari hubungan yang kompleks antara penjual dan pembeli.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com