Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/01/2022, 11:24 WIB
Reska K. Nistanto

Editor

KOMPAS.com -Penggelaran sinyal 5G di Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan menggangu operasional pesawat terbang di bandara.

Pasalnya, pita frekuensi sinyal 5G C-Band yang digunakan di AS, bersinggungan dengan frekuensi radar radio altimeter yang digunakan di pesawat, sebagai alat bantu pendaratan.

Solusi C-Band ini dipilih untuk menghadirkan sinyal 5G di area-area pinggiran (rural), yang belum terjangkau oleh kabel fiber optik. Sementara untuk menggelar kabel optik ke daerah-daerah, operator seluler membutuhkan biaya tinggi.

Lantas, apa hubungannya dengan radio altimeter pesawat?

Ada dua jenis altimeter (alat pengukur ketinggian) yang digunakan di pesawat, pertama altimeter yang menggunakan sensor tekanan barometer. Alat ini mengukur ketinggian (altitude) pesawat yang dihitung dari permukaan air laut.

Baca juga: Menkominfo Pastikan Sinyal 5G di Indonesia Tidak Ganggu Penerbangan

Yang kedua adalah radio altimeter, yang berfungsi mengukur ketinggian pesawat dari daratan di bawahnya. Alat inilah yang disebut oleh asosiasi industri penerbangan AS, bisa terganggu oleh sinyal 5G C-Band tadi.

Sebab, radio altimeter bekerja di pita frekuensi 4,2-4,4 GHz, yang bersinggungan dengan pita frekuensi 5G C-Band yang beroperasi di pita 3,7 GHz - 3,98 GHz.

Cara kerja radio altimeter

Radio altimeter bekerja dengan memancarkan sinyal radio dari pesawat ke daratan, lalu dipantulkan kembali ke pesawat. Kecepatan rambat gelombang sejak dikirim dan diterima kembali oleh pesawat dipakai untuk menentukan ketinggian pesawat dari daratan.

Jika sinyal radio mengalami interferensi, maka dikhawatirkan pembacaan ketinggian pesawat menjadi tidak akurat.

Padahal, alat ini berperan penting untuk keselamatan penerbangan pesawat, seperti mencegah pesawat menabrak bukit/gunung (Controlled Flight Into Terrain/CFIT) saat penerbangan berkabut.

Peringatan aural akan berbunyi di kokpit jika di depan jalur penerbangan ada bukit/halangan, sementara jarak pandang pilot/kopilot di kokpit terbatas. Mereka akan memiliki waktu untuk melakukan manuver evasif.

Baca juga: Layar Kokpit di Ribuan Pesawat Rawan Terganggu Sinyal Ponsel

Selain itu, radio altimeter juga berperan penting dalam fase takeoff dan landing. Komputer pesawat akan memberikan peringatan ketinggian dalam interval tertentu, misal 1.000 feet, 500 feet, 100 feet, 50 feet, dan sebagainya.

Komisi seluler AS, FCC sendiri dalam panduannya telah meminta operator untuk membatasi emisi dan daya yang dipancarkan BTS 5G.

Mereka telah menyediakan jarak (buffer) sebesar 220 MHz antara frekuensi 3,7-3,98 GHz (yang dipakai 5G) dan pita 4,2-4,4 GHz (yang dipakai oleh radio altimeter).

Buffer itu besarannya sudah dua kali lipat dari yang direkomendasikan Boeing pada 2018 lalu.

Halaman:


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com