Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Internet 5G di Indonesia, Cakupan Terbatas dan Kecepatannya Masih 4G

Kompas.com - 24/01/2022, 09:01 WIB
Bill Clinten,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Layanan internet 5G di Indonesia secara komersil diluncurkan pertama kali oleh Telkomsel pada akhir Mei 2021, diikuti oleh Indosat Ooredoo pada bulan berikutnya, yaitu sekitar Juni 2021 lalu.

Meski demikian, layanan penerus 4G tersebut saat ini hanya bisa digunakan secara terbatas di sejumlah wilayah saja.

Di antaranya seperti beberapa titik residensial di Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya, hingga Medan untuk Telkomsel, serta beberapa area tertentu di Jakarta, Surakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Makassar untuk Indosat.

Keterbatasan wilayah ini membuat perkembangan internet 5G di Tanah Air terkesan lambat. Hal ini disampaikan pengamat teknologi dan gadget dari komunitas Gadtorade, Lucky Sebastian.

"Sampai sekarang (Januari 2022), perkembangan 5G di Indonesia terasa lambat. Misalnya, kita lihat cakupan kota yang menjadi kota perdana diluncurkannya 5G, sampai sekarang tidak bertambah," ungkap Lucky ketika dihubungi KompasTekno belum lama ini.

"Telkomsel sebagai pionir, misalnya, saat peluncuran merilis layanan 5G di sembilan kota, dan sekarang juga tetap sama, itupun belum semua bagian kota yang ter-cover, tetapi masih sebagian kecil dari beberapa daerah di dalam kota," imbuh Lucky.

Baca juga: Ketika Bos Xiaomi Indonesia Tepati Janji "5G" dalam 5 Hari

Keterbatasan 5G ini sendiri dirasakan oleh YouTuber gadget bernama Allesa dari kanal YouTube K2G. Meski tinggal di kawasan Jakarta, ia mengaku belum bisa menikmati layanan 5G di daerahnya.

"Sebagai orang yang tinggal di Jakarta dan memakai smartphone 5G, jujur saya pribadi belum pernah mendapatkan sinyal 5G. Pernah sekali saya mendapatkan sinyal 5G, namun itu sekadar sinyalnya saja, secara kecepatan masih setara 4G," ungkap Allesa kepada KompasTekno.

Baca juga: Kominfo Akan Lelang Frekuensi 700 MHz untuk 5G Tahun Ini

5G terkesan dipaksakan dan jadi gimik

Ilustrasi 5GIstimewa Ilustrasi 5G

Berangkat dari keterbatasan 5G di Indonesia, pengamat teknologi dan gawai dari situs web Ponselmu.com, Herry SW, bahkan berpendapat bahwa kehadiran 5G di Tanah Air terkesan "dipaksakan".

Disebut dipaksakan lantaran frekuensi yang ideal untuk 5G hingga saat ini masih dipakai untuk berbagai layanan, baik untuk televisi analog maupun untuk satelit.

"Kalau saya amati, komersialisasi 5G di Indonesia masih seperti dipaksakan. Telkomsel sepertinya ingin mengejar mengejar momen ulang tahun, sementara Indosat hanya karena tidak mau kalah," ujar Herry kepada KompasTekno.

Baca juga: Ini Harga Paket Internet 5G Telkomsel

Karena keterbatasan ini pula, Herry mengatakan bahwa kehadiran 5G saat ini seperti menjadi gimik marketing.

Sehingga, konsumen di pasar mungkin bisa dibingungkan dengan kehadiran ponsel 5G dan ketersediaan jaringannya, padahal cakupan 5G saat ini sangat terbatas.

"Sebetulnya harus ada edukasi yang lebih benar kepada konsumen awam bahwa 5G di Indonesia itu masih tahap awal. Edukasi ini bisa dilakukan secara sinergi antara operator, regulator, dan produsen ponsel," kata Herry.

Terlepas dari keterbatasan 5G, Herry menyebut bahwa ada "angin segar" bagi perkembangan layanan tersebut di Indonesia, terutama setelah Menteri Kominfo Johnny G Plate meminta para operator untuk mematikan layanan 3G untuk perluasan 4G beberapa waktu lalu.

Penghapusan layanan 3G sendiri, menurut Herry, bisa digunakan untuk memperluas layanan 4G ke beberapa pelosok Tanah Air, sekaligus bisa mempercepat proses transisi ke jaringan selanjutnya, yaitu 5G.

Baca juga: Telkomsel Mulai Matikan 3G, Begini Cara Tukar SIM Card 4G

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com