Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Menumpuk E-mail Ikut Mempengaruhi Perubahan Iklim?

Kompas.com - Diperbarui 19/04/2022, 09:40 WIB
Kevin Rizky Pratama,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber BBC

"Konsumsi energi untuk menghapus e-mail akan sangat kecil, sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan e-mail spam kemungkinan besar memiliki dampak pengurangan karbon yang dapat diabaikan," ungkap Megawaty kepada KompasTekno.

Hingga saat ini, Megawaty mengaku bahwa Google, sebagai pemilik layanan e-mail Gmail, terus menambah jumlah komputasi yang dilakukan pada data center perusahaan.

Baca juga: Hari Bumi, Google Doodle Bagi-bagi Tips Merawat Lingkungan

Menurut Megawaty, upaya penambahan jumlah komputasi ini tidak terelakkan, mengingat tingginya peningkatan aktivitas online, terlebih dalam dua tahun terakhir saat pandemi.

"Karena Google Meet dan Duo telah menyelenggarakan lebih dari satu triliun menit panggilan video pada tahun 2020, misalnya, kami harus memastikan bahwa pengadaan energi terbarukan kami terus berjalan," imbuh Megawaty.

Meski demikian, Megawaty menyebut bahwa Google senantiasa mengurangi jumlah energi yang digunakan, yakni dengan menghadirkan daya komputasi sekitar tujuh kali lebih banyak dengan jumlah daya listrik yang tetap sama alias tidak meningkat.

Megawaty memaparkan bahwa sejak tahun 2007, Google telah mengoperasikan layanan berbasis cloud yang bebas karbon.

"Pada tahun 2007, kami menjadi perusahaan besar pertama yang mencapai netralitas karbon. Ini berarti bahwa layanan yang kami sediakan, termasuk penggunaan Gmail oleh konsumen dan perusahaan, memiliki jejak karbon bersih nol," kata Megawaty.

Baca juga: Google Earth Buktikan Perubahan Iklim Itu Nyata

Mengacu pada laporan bertajuk "Google Environmental Report 2020", Google mengeklaim bahwa layanan Gmail dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan hingga 98 persen, dibandingkan dengan layanan e-mail yang dijalankan melalui server lokal.

Hingga pada tahun 2017, Google mengeklaim bahwa pihaknya telah menjadi salah satu perusahaan yang menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharui.

Alih-alih menggunakan bahan bakar berupa batu bara, Google telah mengimplementasikan teknologi pembangkit listrik tenaga angin dan surya.

"Pada tahun 2017, kami melangkah lebih jauh dan menjadi perusahaan pertama seukuran kami yang mencocokkan 100 persen konsumsi listriknya dengan energi terbarukan. Kami terus melakukan ini setiap tahun sejak itu," lanjut Megawaty.

Sebagai salah satu upaya dalam melestarikan lingkungan, Google turut menyumbangkan dana sebesar 5,75 miliar dolar AS di tahun 2020.

Adapun dana tersebut digunakan untuk membuat obligasi sumber dana proyek-proyek baru yang bertanggung jawab terhadap lingkungan atau sosial.

Komitmen terhadap pelestarian lingkungan ini nampaknya akan terus berlanjut. Pada tahun 2030, Google bertujuan untuk menjalankan bisnis dengan energi bebas karbon.

"Ini adalah tujuan keberlanjutan terbesar kami, dengan kompleksitas praktis dan teknis yang sangat besar. Kami adalah perusahaan besar pertama yang melakukan ini, dan kami bertujuan untuk menjadi yang pertama mencapainya," jelas Megawaty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com