Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Aset NFT Bikin Boros Energi Listrik?

Kompas.com - 28/01/2022, 12:02 WIB
Lely Maulida,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Algoritma konsensus sendiri adalah mekanisme dalam sistem blockchain untuk menyetujui adanya tambahan data baru. Dalam hal ini adalah tanda terima digital yang akan dicatat di dalam blockchain tersebut.

Sementara proof of work adalah proses di mana para penambang bersaing satu sama lain untuk menjadi orang pertama yang dapat memvalidasi tanda terima digital di dalam blockchain.

Baca juga: Elon Musk Sindir Fitur Pajang NFT Bikinan Twitter

Untuk menjadi menjadi orang pertama yang memverifikasi, penambang harus memecahkan algoritma rumit.

Untuk memecahkan algoritma rumit itu diperlukan perangkat atau komputer yang mumpuni, karena pemrosesan data harus dilakukan dengan cepat.

Inilah yang membutuhkan banyak energi untuk melakukan validasi terhadap tanda terima digital NFT di sebuah blockchain.

Ethereum membutuhkan sekitar 48 kWh untuk mencetak NFT menggunakan proses proof of work. Energi ini setara dengan kebutuhan daya rumah di Amerika Serikat (AS) selama 1,5 hari.

Analis memperkirakan dalam proses jual beli NFT di jaringan Ethereum, rata-rata mengonsumsi daya sekitar 75 KWh untuk satu transaksi transaksi secara keseluruhan.

Menurut NFTexplained, rata-rata rumah di semua negara bagian AS menghabiskan energi sekitar 30 kWh per hari.

Dengan asumsi tersebut, diperkirakan NFT di jaringan Ethereum menggunakan 2,5 kali lebih banyak listrik dibanding rata-rata rumah di AS per harinya.

Dengan algoritma proof of work, para miner atau penambang kripto bersaing untuk melakukan validasi NFT dengan memperebutkan hak untuk membuat block dalam sistem blockchain di waktu bersamaan.

Mereka bersaing untuk mendapatkan komisi yang disebut "biaya gas" di mana besaran komisi tersebut bergantung pada jumlah pengguna yang bertransaksi di jaringan Ethereum.

Artinya, semakin banyak orang yang terlibat, semakin tinggi pula komisi yang didapatkan.

Baca juga: Ada Bug di OpenSea, Hacker Borong NFT Bernilai Tinggi dengan Harga Murah Meriah

Namun, hanya ada satu penambang yang dapat memecahkan teka teki algoritma di blockchain.

Mereka yang sukses memecah teka teki algoritma akan mendapatkan komisi, sementara penambang lainnya yang kalah cepat, tidak mendapat komisi sama sekali.

Penambang yang tidak beruntung, di mana jumlahnya lebih banyak, hanya berkontribusi terhadap pemborosan energi dalam jumlah yang besar.

Jadi pada dasarnya, proses pertukaran data yang melibatkan ribuan penambang untuk memverifikasi transaksi secara bersamaan inilah yang membutuhkan banyak energi.

Ada yang lebih hemat energi

Ada pula NFT yang dicetak di blockchain lain dengan algoritma konsesus proof of stake yang membutuhkan lebih sedikit energi.

Proof of stake berbeda dengan proof of work. Jika dalam proses proof of work para penambang berebut untuk menjadi orang pertama yang memecahkan teka teki algoritma, dalam proses proof of stake hanya ada satu penambang yang sudah ditentukan untuk melakukan validasi.

Dengan kata lain, tidak ada penambang yang berkompetisi untuk melakukan validasi transaksi seperti proof of work sehingga dianggap lebih hemat energi.

Baca juga: Mengapa NFT Foto Selfie Ghozali Ada yang Mau Beli Mahal?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com