Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Induk Google "Cuan" berkat Moncernya Bisnis Iklan

Kompas.com - 03/02/2022, 07:01 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Alphabet, perusahaan induk Google, menutup tahun 2021 dengan rapor hijau. Pasalnya, Alphabet dilaporkan mendulang cuan besar berkat layanan periklanan di mesin pencarian Google Search dan YouTube.

Menurut laporan kuartal IV-2021 yang berakhir pada 31 Desember 2021, Alphabet berhasil membukukan pendapatan sebesar 75,3 miliar dollar AS atau setara Rp 1.074 triliun.

Angka tersebut mencerminkan kenaikan 32 persen dari tahun ke tahun (year-over-year/YoY).

Dari pendapatan tersebut, induk Google ini berhasil mendulang keuntungan senilai 20,6 miliar dollar AS (kira-kira hampir Rp 294 triliun), tumbuh sekitar 26 persen YoY.

Dalam periode yang sama pada tahun 2020, Alphabet tercatat mencetak profit sebesar 15,2 miliar dollar AS.

Baca juga: Pendapatan Alphabet Naik Berkat YouTube dan Google Search

Secara keseluruhan, pendapatan Alphabet pada kuartal IV-2021 ini dilaporkan menggenapi pendapatan tahunan induk Google untuk tahun 2021 menjadi 257 miliar dollar AS (sekitar Rp 3.663 triliun).

Pendapatan tahun 2021 itu digadang-gadang menjadi pendapatan tertinggi yang pernah dicapai Alphabet selama ini, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Verge, Kamis (3/2/2022).

Sebelumnya, pendapatan tahunan tertinggi dalam sejarah Alphabet dicapai pada 2020, saat itu pendapatan tahunannya untuk tahun 2020 mencapai 182,5 miliar dollar AS (setara Rp 2.600 triliun).

Berikut gambaran pendapatan tahunan induk Google yang terus mengalami pertumbuhan selama satu dekade terakhir, sebagaimana dihimpun dari Statista.

Grafik pendapatan induk Google, Alphabet selama 10 tahun terakhir.Statista Grafik pendapatan induk Google, Alphabet selama 10 tahun terakhir.
"Cuan" berkat Iklan Google Search dan YouTube

Performa bisnis Alphabet yang moncer pada kuartal IV-2021 ini didongkrak oleh kenaikan pendapatan dari berbagai lini bisnis perusahaan, terutama pada layanan periklanan Google atau disebut juga Google Advertising.

Dalam perincian pendapatan kuartal IV-2021, bisnis Google Advestising tercatat membukukan pendapatan sebesar 61,2 miliar dollar AS atau hampir Rp 872,4 triliun.

Angka tersebut naik dari pendapatan bisnis Google Advertising periode yang sama tahun 2020 yang hanya sebesar 46,1 miliar dollar AS (kira-kira Rp 657,2 triliun).

Bisnis Google Advertising sendiri berasal dari tiga jenis produk, yaitu Google Search, YouTube ads, dan Google Network.

Baca juga: Alphabet Kini Bernilai Rp 13.650 Triliun

Dari ketiganya, iklan di Google Search masih memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan perusahaan, yaitu pendapatannya mencapai 43,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 617,3 triliun).

Sementara iklan yang berasal dari YouTube ads dan Google Network masing-masing secara berturut-turut mengumpulkan pendapatan sebesar 8,6 miliar dollar AS (sekitar 11,4 triliun) dan 9,3 miliar dollar AS (kira-kira Rp 132,5 triliun).

Selain Google Advertising, pendapatan Alphabet juga termasuk dari lini bisnis Google Cloud dan layanan Google lainnya. Pada periode ini, keduanya mencetak pendapatan senilai 13,6 miliar dollar AS atau setara Rp 193,8 triliun.

Perincian pendapatan induk Google untuk kuartal IV-2021 bisa disimak selengkapnya melalui tautan berikut ini.

Untung di tengah gugatan hukum

Rapor hijau Alphabet kali ini dicapai justru di tengah berbagai gugatan hukum yang tengah dihadapi perusahaan.

Menurut laporan outlet media Cnet, Alphabet sendiri setidaknya sedang menghadapi pengawasan peraturan dan sejumlah tuntutan hukum yang diajukan, baik dari jaksa agung federal maupun negara bagian AS.

Musababnya ialah perusahaan raksasa teknologi yang berbasis di Mountain View, California, AS, ini dianggap menggunakan kekuatannya untuk memonopoli dan mematikan persaingan di pasar.

Baca juga: Mengenal Alphabet, Induk Google yang Dipimpin Sundar Pichai

Saat ini, regulator dan jaksa dilaporkan sedang menyelidiki praktik bisnis dari segala produk bikinan Google, mulai dari toko aplikasi Google Play Store hingga sistem operasi (OS) Android yang disebut-sebut merupakan OS ponsel paling dominan di dunia.

Departemen Kehakiman AS juga menuduh Google memblokir mesin pencarian pesaing untuk menjadi opsi pencarian default di ponsel yang menjalankan OS Android.

Alphabet juga dilaporkan menghadapi dua tuntutan hukum lain yang diajukan oleh kelompok jaksa agung negara bagian AS. Google telah membantah tuduhan dalam gugatan tersebut, sebagaimana dihimpun dari Cnet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Verge
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com