Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Berjaya, BlackBerry Kenapa Tumbang?

Kompas.com - 16/02/2022, 17:45 WIB
Soffya Ranti,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di era tahun 2000-an, BlackBerry pernah menjadi merek ponsel paling populer. Kepopulerannya saat itu menggeser dominasi merek Nokia yang sudah berjaya bertahun-tahun.

Setalah tahun 2010, kejayaan BlackBerry mulai menunjukan tanda-tanda meredup. Tidak butuh waktu lama, beberapa tahun kemudian, dominasi ponsel BlackBerry di pasar ponsel global, benar-benar anjlok.

Puncaknya, pada tanggal 4 Januari 2022, perusahaan asal Kanada itu menghentikan seluruh dukungan sistem operasi BlackBerry OS.

Itu artinya, semua ponsel dan tablet BlackBerry yang menjalankan sistem operasi tersebut, terutama model lawas, tidak bisa lagi digunakan.

Baca juga: Hilangnya Identitas BlackBerry

Masih banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menyebabkan bisnis ponsel BlackBerry tumbang? Apakah karena kesalahan strategi atau ada faktor lain?

"Kualat" dengan iPhone, kalah saing dari Android

Salah satu faktor besar yang mempengaruhi kebangkrutan bisnis ponsel BlackBerry adalah persaingan ponsel pintar alias smartphone yang semakin sengit. Terutama setelah kelahiran iPhone (Apple) generasi pertama di tahun 2007 dan smartphone Android (Google) pertama di tahun 2008.

Tampaknya, BlackBerry tidak cakap mengantisipasi kompetisi yang sengit. Saat Steve Job memperkenalkan iPhone, BlackBerry sempat menganggap remeh.

Mereka malah mengabaikannya dan menganggap iPhone sebagai ponsel yang disempurnakan dengan fitur terbaru dan ditargetkan pada konsumen yang lebih muda.

Sementara BlackBerry, kala itu memiliki pangsa pasar khusus untuk bisnis dan korporat. Namun, pemikiran itu justru berbuah tulah.

iPhone yang saat itu membawa sejumlah terbosoan dibanding kebanyakan ponsel, seperti inovasi layar sentuh dan koneksi internet, justru menuai sukses besar hingga merebut pasar utama Blackberry, yakni para pebisnis.

BlackBerry Storm, ponsel pertama BlackBerry yang sepenuhnya layar sentuh. Ponsel ini diposisikan untuk menyaingi iPhone.BlackBerry BlackBerry Storm, ponsel pertama BlackBerry yang sepenuhnya layar sentuh. Ponsel ini diposisikan untuk menyaingi iPhone.

Seakan tidak mau kalah, Blackberry pun mencoba mengeluarkan inovasi terbaru dengan memperkenalkan Storm pada tahun 2018.

BlackBerry Storm adalah salah satu ponsel Blackberry dengan mengembangkan fitur layar sentuh mirip iPhone.

Walaupun awal penjualannya diklaim cukup tinggi, namun Blackberry Storm menerima banyak keluhan mengenai kinerja perangkat, seperti browsernya yang lelet dan layar sentuh yang mudah nge-lag.Hal tersebut menjadi salah satu faktor penurunan pangsa pasar Blackberry.

Pada tahun 2012 pangsa pasar Blackberry di Amerika Serikat semakin turun dan hanya menguasai 7,3 persen pasar ponsel di Amerika.

Ini berbanding terbalik dengan Google dan Apple yang masing-masing mengeklaim 53,7 persen dan 35 persen pangsa pasar di wilayah yang sama saat itu.

Penurunan tersebut tentu saja mempengaruhi perubahan yang cepat pada saham perusahaan. Penurunan saham Blackberry paling mencolok terjadi di kuartal pertama tahun 2014, dimana sahamnya turun hingga 30 persen.

Baca juga: Selamat Tinggal BlackBerry OS dan Ponsel BlackBerry Lawas

BlackBerry dinilai gagal menyadari bahwa smartphone akan berkembang lebih dari sekadar perangkat komunikasi yang menjadi pusat hiburan seluler serba ada.

Ilustrasi pendapatan BlackBerry dari tahun keuangan 2004 - 2021Statista.com Ilustrasi pendapatan BlackBerry dari tahun keuangan 2004 - 2021

Blackberry hanya terpaku pada perangkat ponsel "mewah" -atau harga mahal- yang dilengkapi e-mail, hingga lupa menyajikan fitur terbaik dan ramah untuk penggunanya.

Sementara itu Apple dan Google, justru lebih berfokus mengembangkan perangkat seluler yang lebih memudahkan pengguna.

Khususnya dalam berkirim e-mail dan berbagai fitur pendukung pengguna lainnya seperti penjelajahan web.

Kurangnya inovasi dan aplikasi

Faktor penting lain yang menjadi penyebab runtuhnya kejayaan era BlackBerry adalah revolusi teknologi ponsel. Banyak pihak menilai Blackberry gagal dalam mendorong dan mengembangkan revolusi smartphone.

Pilihan desain ponsel BlackBerrry cenderung kurang memiliki inovasi terbaru dan terkesan tua dibandingkan berbagai produk smartphone lain seperti Apple, Samsung, LG dan Panasonic.

Meskipun BlackBerry pernah mengembangkan desain ponselnya dengan mengeluarkan Blackberry Storm, namun hal ini masih dirasa kalah saing dengan berbagai smartphone lainnya.

Tak hanya itu, Blackberry juga terlambat dalam mengembangkan toko aplikasi mereka sendiri. Hal tersebut membuat pengguna menjadi terbatas dalam memiliki berbagai fitur aplikasi dalam smartphone.

Baca juga: Sistem Operasi BlackBerry Resmi Dihentikan Awal 2022

Tidak seperti iOS atau Android yang memiliki App Store dan Play Store, di mana toko aplikasi iniselalu memberikan update dalam perkambangan aplikasi, sehingga memudahkan pengguna untuk mengunduh dan memasang berbagai aplikasi di ponselnya. 

Ilustrasi BBM Money pada ponsel BlackBerryBlackBerry Ilustrasi BBM Money pada ponsel BlackBerry

Sistem enkripsi yang kurang "tegas"

Dari segi keamanan, dilansir dari idropnews Rabu (16/02/22) sistem enkripsi pada ponsel Blackberry sebenarnya sudah cukup bagus. Hanya saja, implementasinya kurang "tegas".

Dengan kata lain, BlackBerry masih membuka celah bagi pihak tertentu untuk bisa membuka "kunci" enskripsi. Ini berbeda dengan implementasi enkripsi milik WhatsApp atau Telegram yang benar-benar menolak pembukaan enkripsi, termasuk jika diminta penegak hukum.

Di sistem enkripsi milik BlackBerry, negara dapat menuntut atau memaksa perusahaan untuk membukanya. Salah satunya India, yang pernah menuntut akses penuh ke sistem Blackberry untuk melacak penjahat.

Hal tersebut membuat pengguna ragu pada sistem keamanan yang dimiiliki Blackberry dan mulai beralih pada ponsel lain.

Itulah beberapa kesalahan Blackberry yang membuat pangsa pasarnya terus turun hingga resmi menutup sistem operasinya pada awal tahun 2022.

Blackberry sendiri didirikan pada tahun 1984 dengan nama perusahaan sebelumnya bernama Research in Motion di Waterloo, kota Toronto. Perusaahaan ini memperkernalkan ponsel Blackberry pertamanya pada tahun 1999.

Setelah sistem operasi Blackberry resmi berhenti 4 Januari 2022 lalu, pihak Blackberry pun pidah haluan menjadi perusahaan yang fokus dalam layanan keamanan cerdas yang memenuhi permintaan perusahaan atau pemerintah di seluruh dunia.

Meskipun begitu, masih ada aplikasi yang tetap berfungsi dan tersedia di platform lain di luar Blackberry OS yaitu aplikasi instan BBM Enterprise dan BBM Enterprise for Individual Use (BBMe).

BlackBerry 5G yang Gagal sebelum Diluncurkan

Kendati masa kejayaannya telah usai, BlackBerry masih ingin menjajal peruntungan di era konektivitas 5G.

Tahun lalu, pemilik lisensi BlackBerry, OnwardMobility sesumbar bahwa ponsel 5G Bl;ackBerry akan diluncurkan. Namun rencana itu mati sebelum terealisasi. Ponsel BlackBerry 5G, gagal sebelum diluncurkan.

Kabar tersebut berasal dari laporan pendiri forum CrackBerry, Kevin Michaluk. CrackBerry adalah situs populer di internet yang berisi informasi dan diskusi seputar perangkat BlackBerry.

Baca juga: Nasib Ponsel 5G BlackBerry, Mati Sebelum Dirilis

Dalam laporan tersebut, Michaluk mengatakan bahwa BlackBerry telah membatalkan perpanjangan lisensi penggunaan merek tersebut, setelah mereka menjual paten ponselnya kepada Catapult IP Innovations.

Paten itu dijual seharga 600 juta dolar AS (sekitar Rp 8,6 triliun) beberapa waktu lalu.
Kabar tebraru menyebut bahwa BlackBerry kini tengah berbenah diri dan mencoba menjauh dari bisnis smartphone.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com