Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film "Downfall" di Netflix Soroti MCAS Boeing Penyebab Lion Air JT610 Jatuh

Kompas.com - 24/02/2022, 09:45 WIB
Reska K. Nistanto

Editor

KOMPAS.com - Film dokumenter "Downfall: The Case Against Boeing" telah tayang di Netflix. Film ini mengisahkan dua kecelakaan pesawat B737 MAX buatan Boeing, yang dioperasikan oleh Lion Air (JT610) dan Ethiopian Airlines (ET302).

Pesawat Boeing 737 MAX Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan pada tanggal 29 Oktober 2018, sesaat setelah take off dari bandara Soekarno-Hatta, hingga menewaskan 189 penumpang dan kru.

Selang enam bulan kemudian, pesawat Ethiopian Airlines ET302 jatuh pada 10 Maret 2019, menggunakan jenis pesawat yang sama, B737 MAX, menewaskan 157 penumpang dan kru.

Baca juga: 11 Menit yang Menentukan, Mengenang Kecelakaan Lion Air JT610 Tiga Tahun Lalu

Hasil investigasi kedua kecelakaan ini menunjukkan fitur MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) di B737 MAX menjadi faktor yang berkontribusi pada kecelakaan.

Film Downfall di Netflix pun salah satunya menyoroti fitur MCAS ini, fitur yang ditambahkan Boeing di pesawat B737 MAX.

Pesawat generasi terbaru Boeing 737 MAX 8 saat terbang untuk pertama kalinya di Renton, Washington, Amerika Serikat, 29 Januari 2016. Pesawat ini merupakan seri terbaru dan populer dengan fitur mesin hemat bahan bakar dan desain sayap yang diperbaharui.AFP PHOTO/GETTY IMAGES/STEPHEN BRASHEAR Pesawat generasi terbaru Boeing 737 MAX 8 saat terbang untuk pertama kalinya di Renton, Washington, Amerika Serikat, 29 Januari 2016. Pesawat ini merupakan seri terbaru dan populer dengan fitur mesin hemat bahan bakar dan desain sayap yang diperbaharui.

Asosiasi pilot di Amerika Serikat (AS) dan di berbagai belahan dunia, mengaku baru mengetahui fitur otomatisasi di pesawat Boeing 737 MAX 8, setelah kecelakaan Lion Air JT610.

Boeing sendiri baru mengeluarkan buletin keselamatan, tentang bagaimana cara mengatasi masalah jika timbul anomali akibat fitur otomatisasi tersebut.

MCAS atau Maneuvering Characteristics Augmentation System bekerja secara otomatis, meski pesawat terbang manual (autopilot mati).

Tujuannya sebenarnya mulia, yakni memproteksi pesawat dari manuver yang berbahaya, seperti mengangkat hidung pesawat terlalu tinggi, yang bisa mengakibatkan stall.

Namun, fitur otomatisasi ini belum banyak diketahui pilot-pilot B737 MAX kala itu, karena tidak tercantum dalam buku manual operasi. Hanya setelah terjadi anomali dan peristiwa Lion Air JT610 terjadi, Boeing baru menjelaskan fitur ini.

Baca juga: Peringatan dari Boeing, Jadi Petunjuk Penyebab Sriwijaya Air SJ182 Jatuh?

Mengapa MCAS di B737 MAX harus dipasang? Dalam dokumenter Downfall di Netflix, diceritakan Boeing mendesain B737 MAX dengan memasang mesin di sayar yang lebih besar dan lebih hemat biaya.

737 MAX juga didesain memiliki landing gear yang lebih pendek, sehingga pesawat lebih ceper. Karena ini, Boeing memasang mesin sedikit agak ke depan dan lebih tinggi dibanding varian B737 NG (versi sebelumnya).

Boeing juga memperpanjang roda pendaratan depan (nose landing gear) 8 inci. Ubahan-ubahan itu, diklaim Boeing mampu memangkas konsumsi bahan bakar sebesar 14 persen.

Perubahan posisi mesin di sayap ini, membuat karakteristik pesawat B737 MAX berbeda dari keluarga 737 sebelumnya (classic: -300, -400, -500, dan Next Generation/NG).

Relokasi mesin yang sedikit ke depan dan ke atas, serta thrust (daya dorong) yang lebih besar, membuat hidung pesawat cenderung mendongak (pitch up) saat terbang.

Baca juga: 4 Kesamaan Fakta Kecelakaan Pesawat Ethiopian ET302 dan Lion Air JT610

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com