Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Bakti Cari Investor untuk Satelit HTS Satria Berikutnya

Kompas.com - 02/03/2022, 13:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Proses pembangunan simultan antara perangkat langit (satelit) dan perangkat bumi (pusat kontrol dan stasiun bumi) dapat menyakinkan bahwa operasion Satelit Multi Fungsi (SMF) Satria 1 akan diluncurkan pada triwulan 2 tahun 2023. Menkominfo Johhny G Plate sebut Satria akan beroperasi mulai 17 November 2023.

Kini satelit HTS (high throughput satellite) yang terbesar kelima di dunia dengan kapasitas 150 GB itu sedang dibangun di pabrik satelit Thales Alenia Space, Perancis, sementara pembangunan 11 stasiun bumi sudah berjalan sesuai rencana.

Ke-11 lokasi itu adalah Batam, Cikarang, Banjarmasin,Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika dan Jayapura.

Cikarang akan menjadi lokasi untuk Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer (PSCC – primary satellite control center), NOC (network operation control), dan gerbang proyek Satria, dengan backup di stasiun bumi Banjarmasin.

Pembangunan dimulai tahun lalu yang diharapkan siap digunakan sebelum satelit diluncurkan roket Falcon 9 milik SpaceX , lalu dilontarkan ke ketinggian 36.500 km di atas permukaan bumi.

Satelit multifungsi beda dengan satelit yang umum dioperasikan saat ini, yang cakupannya (footprint) seluas hamparan bumi yang ada di bawah satelit, seperti satelit Telkom yang cakupannya mulai Australia Utara, Asia Timur dan Selatan hingga Papua. Sementara SMF/HTS cakupannya berbentuk spot-spot mirip cakupan BTS (base transceiver station) yang dioperasikan operator seluler.

Cakupan SMF atau HTS bukan dihitung dari luas hamparan bumi, namun banyaknya titik yang disasar. Satelit Satria 1 akan mencakup 150.000 titik di bumi yang terentang dari Sabang hingga Merauke, sebagian besar untuk kawasan 3T (terdepan, terluar dan tertinggal).

Satria 1 akan menghubungkan 93.900 titik di bumi berupa sekolah/pesantren, 3.700 Puskesmas, 3.900 pusat-pusat keamanan, 47.900 kantor desa/kelurahan dan kecamatan dan 600 titik lain.

Namun dengan kapasitas 150 GB belum semua kawasan terliput sinyal satelit, sebab satu desa bisa terdiri dari kawasan permukiman yang terpencar-pencar yang dibatasi hutan, jurang, gunung dan bukit, bahkan beda pulau.

Jajagi Starlink

Distribusi data Satria 1 pun baru sekitar 1,14 GB per pengguna per bulan, setara dengan 2 jam konferensi video, kata Dirut Bakti (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia), Anang A Latif.

Kalau dari satelit Satria 2a dan 2b yang berkapasitas 300 GBPS, tiap pengguna bisa dapat 2,29 GB, dan dengan Satria 3 berkapasitas 500 GB, jatahnya naik jadi 3,82 GB.

Bandingkan dengan pelanggan Telkomsel yang menurut data tahun 2019, rata-rata pelanggannya mengonsumsi data sampai 5,2 GB/bulan, naik 54,7 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini diprediksi akan naik jadi 41 GB sampai 50 GB pada 2023.

Beruntung, Satria 1 dibiayai kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), Kementerian Kominfo lewat Bakti dengan konsorsium swasta, PT PSNT (Pasifik Satelit Nusantara Tiga) yang disokong AIIB (Asian Infrastructure Investment Bank).

Bank ini mengucurkan bantuan 150 juta dollar AS sementara jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membangun, mengorbitkan, dan pengadaan stasiun bumi mencapai 540 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,8 triliun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com