Di India, persaingan tarif di industri telko dimainkan tiga dari enam operator yang pangsa pasarnya beda tipis. Jio, si bungsu, menjadi nomor satu tetapi pangsa pasarnya hanya 37 persen, disusul Airtel (30 persen) dan Vodafone Idea/Vi (23 persen).
Selain sadar perang tarif tanpa ujung, pendapatan pun tak akan meningkatkan capex yang masif pada teknologi jaringan. Pada akhir 2021 Airtel menaikkan tarif, mencoba keluar dari kompetisi tidak sehat.
Airtel mampu memahami pola konsumsi pelanggannya dan data ini jadi bekal operator di bawah Barthi Enterprise itu menentukan keputusan. Langkah Airtel diikuti Vi dan Jio.
Konsumsi data rata-rata per pengguna 16 GB per bulan, saat tepat menaikkan tarif untuk menyehatkan industri. “Mampu mengembalikan modal untuk tumbuh ke lebih banyak bidang teknologi, meluncurkan lebih banyak jaringan, dan menjadi model keberlanjutan yang lebih layak di masa depan,” tutur bos Airtel Sunil Bharti Mittal.
Masing-masing operator melakukan langkah strategis, punya satu keinginan yang sama, ARPU pada 2022 harus bisa 200 rupee (sekitar Rp 40.000), dan terus menanjak di 2023, 300 rupee (Rp 57.000-an). Jauh dari saat ini yang hanya 150 rupee (Rp 28.000).
Dengan postur ARPU demikian, Airtel percaya diri ancang-ancang mengembangkan jaringan 5G-nya. Tahun silam uji coba dilakukan, bahkan mitranya siap membangun Open-RAN (radio access network), sementara Jio berambisi merangkai jaringan 5G di 1.000 kota di India.
Aplikasi dan konten
Jio sebagaimana yang dilakukan Telkomsel mengembangkan aplikasi dan konten. Strategi menyiapkan aplikasi ini sudah dimulai sejak lima tahun silam dan terus ajeg bertambah.
Aplikasi Jio merambah e-health, fintech, streaming movie, messenger, mengakomodir jutaan pelanggan penggemar televisi. Menyediakan aplikasi diharapkan meningkatkan penggunaan data dan meningkatkan trafik.
Pengembangan jaringan 5G gencar dilakukan India, paket-paket 5G disiapkan dengan harga yang tidak berbeda jauh dengan paket 4G. China Telecom yang membangun 5G sejak 2019 mencatat pelanggan migrasi dari 4G ke 5G ada 131 juta hingga Juni 2021.
Kenaikan kelas 36 persen pelanggannya ini membuat ARPU-nya ikut naik sampai 2,9 persen, kata Ke Ruiwen, CEO China Telcom.
Peningkatan penggunaan data pelanggan juga digalakkan operator di beberapa negara tetangga. Menurut OpenSignal, kenaikan paling drastis selama pademi Covid-19 terjadi di Malaysia, 35,2 persen hingga 2021.
Kini, rata-rata pemakaian data warga Malaysia sebanyak 19,5 GB/bulan. Sementara menurut catatan Telkomsel, konsumsi data pelanggan mereka pada 2019 sebesar 5,2 GB/bulan kini mendekati 41 GB/bulan yang akan menjadi 50 GB di 2023. ***
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.