Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Buruk dari Industri Chipset, Krisis Berlanjut dan Semakin Parah

Kompas.com - 11/04/2022, 10:10 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semenjak pandemi Covid-19 merebak, stok komponen chip semikonduktor global dilaporkan mengalami kelangkaan. Sehingga berimbas pada industri mobil listrik, peralatan rumah tangga, hingga bisnis smartphone

Krisis chip global ini diprediksi masih akan berlanjut pada tahun 2022, bahkan kemungkinan akan semakin parah karena kurangnya pasokan komponen alat untuk produksi chip.

Sebenarnya, untuk mengatasi krisis pasokan chip global ini, sejumlah vendor pembuat chip terkemuka seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), United Microelectronics Corp (UMN), Intel, dan Samsung Electronics sudah berencana untuk mengoperasikan pabrik chip baru pada 2023 mendatang.

Baca juga: Pengiriman PC Naik di Tengah Krisis Chip

Tujuannya, dengan adanya tambahan pabrik baru, vendor diharapkan bisa menggenjot dan menambah kapasitas produksi chip buatannya untuk memenuhi permintaan pasar.

Namun, rencana yang disiapkan untuk keluar dari krisis chip itu juga tampaknya bakal terganggu gara-gara kurangnya pasokan komponen peralatan pembuat chip.

Komponen alat produksi chip langka

Ketika membangun pabrik chip baru, vendor otomatis ikut membutuhkan seluruh peralatan  pembuat chip yang baru untuk ditempatkan di lokasi pabrik anyarnya.

Menurut laporan outlet Nikkei Asia, kabar buruknya, permintaan untuk peralatan produksi chip juga tengah melonjak, sehingga kekurangan suku cadang pun tak terhindarkan.

Walhasil, sejumlah komponen alat produksi chip seperti lensa, katup, pompa, mikrokontroler, plastik rekayasa, hingga modul elektronik dilaporkan ikut langka.

Baca juga: Bos Intel Prediksi Kelangkaan Chip Berlangsung hingga 2023

Karena komponennya langka, pembuat alat produksi chip terkemuka seperti Applied Materials, KLA, Lam Research, dan ASML telah memperingatkan klien (vendor chip) bahwa mereka harus menunggu hingga 18 bulan atau 1,5 tahun untuk bisa mendapatkan peralatan untuk membuat chip.

Waktu tunggu sendiri dapat diartikan sebagai jeda waktu yang dihitung dari saat alat produksi chip dipesan hingga dikirimkan ke klien (vendor chip).

Untuk lebih jelasnya, data di bawah menunjukkan 11 komponen peralatan chip yang langka, dan estimasi waktu pengirimannya kepada klien.

Misalnya, valves (katup) diprediksi baru bisa dikirim ke klien dalam jangka waktu 13-15 bulan. Sementara pengiriman komponen alat chip seperti sensor dan mikrokontroler diestimasikan mencapai 9-10 bulan.

Baca juga: Prediksi Bos Cisco soal Kelangkaan Chipset di Dunia

Padahal menurut data Nikkei Asia,sebelum pandemi Covid-19 merebak, waktu pengiriman komponen alat chip ke klien rata-rata hanya memakan waktu 3 bulan atau bahkan lebih cepat.

Daftar waktu pengiriman komponen peralatan chip yang langka.Nikkei Asia Daftar waktu pengiriman komponen peralatan chip yang langka.
Sumber yang dekat dengan masalah ini juga mengatakan kepada Nikkei Asia, untuk beberapa peralatan pengujian chip yang dibuat oleh KLA, kini memiliki waktu tunggu lebih dari 20 bulan atau 1,8 tahun.

Bahkan, peralatan yang digunakan untuk membuat substrat (bahan dasar yang membawa chip sebelum dipasang pada papan sirkuit tercetak) saat ini memiliki waktu tunggu hingga 30 bulan atau 2,5 tahun.

Padahal tahun lalu, waktu tunggu alat untuk membuat substrat itu hanya berkisar 12-18 bulan saja.

Baca juga: Bisnis Semikonduktor Raup Untung di Tengah Kelangkaan Chip

Sebagai perbandingan, waktu tunggu alat produksi chip pada 2019, rata-rata jauh lebih cepat, yakni hanya sekitar 3-4 bulan saja.

Tak heran, bila saat ini, orang-orang yang dekat dengan isu ini mengatakan bahwa krisis peralatan produksi chip yang terjadi sekarang adalah yang "terburuk dalam beberapa dekade terakhir".

Jadwal produksi massal chip terganggu

Dengan masa tunggu diprediksi 1,5-2,5 tahun, vendor chip TSMC, United Microelectronics Corp., Intel, dan Samsung Electronics kemungkinan besar akan ikut terlambat mendapatkan mesin pembuat chip untuk pabrik barunya, yang mana rencananya akan dioperasikan pada 2023 mendatang.

Menurut salah satu sumber, TSMC dilaporkan prihatin dengan keterlambatan pengiriman dari pembuat alat chip kepada perusahaannya. TSMC juga mengonfirmasi bahwa hal itu sudah mempengaruhi jadwal produksi massal chip bikinannya di Amerika Serikat, Taiwan, hingga Jepang.

United Microelectronics Corp juga mengonfirmasi bahwa rencana ekspansi perusahaan dengan mengoperasikan pabrik chip baru tahun depan, juga terganggu karena adanya kelangkaan komponen untuk alat produksi chip.

Baca juga: MacBook dan iPad Kena Imbas Kelangkaan Chip Global

"Menurut kunjungan kami ke pemasok alat chip, kekurangan komponen yang dialami mereka masih memburuk dan baru akan mulai membaik pada paruh kedua tahun 2022," kata CFO United Microelectronics Corp, Liu Chi-tung.

Meski waktu tunggu pengiriman alat produksi chip menjadi sangat lama, vendor chip tampaknya tidak bisa melakukan banyak hal. Dengan kata lain, vendor chip harus bersabar hingga peralatatan produksi chip yang dipesannya itu dikirimkan ke perusahaannya.

Pasalnya, menurut beberapa eksekutif di industri semikonduktor, mengganti komponen atau bahan peralatan chip yang langka saat ini dengan komponen alternatif yang lain, bukanlah solusi jangka pendek yang tepat.

Karena, setiap komponen alternatif harus melalui proses verifikasi yang panjang untuk memastikan kontinuitas dan kualitas produksinya, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Nikkei Asia, Minggu (10/4/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com