Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Jaringan 5G Tumbuhkan Tiga Bidang Besar

Kompas.com - 25/04/2022, 07:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pola kehidupan manusia selama dua tahun terakhir, dimulai saat pandemi Covid-19, mengalami perubahan, gaya hidup berkumpul dan bertatap muka secara langsung telah tergantikan. Pertemuan keluarga memanfaatkan aplikasi online meeting, karyawan lebih betah bekerja di rumah dan terbukti efisien.

Skala operasi bisnis digital meningkat pesat, perusahaan yang lena, berstatus pingsan, melakukan shifting ke bisnis berbasis online.

Bidang kesehatan tumbuh signifikan, mengajak para tenaga kesehatan bermain digital. Masuk rumah sakit saja harus tercatat dan terdata, sehingga data pengunjung direkam perusahaan.

Sejumlah bidang melakukan otomasi agar proses produksi tetap berjalan, namun dapat dikendalikan dari jauh. Polisi meminimalisasi petugas di lapangan, digantikan peran kamera ETLE, yang kemungkinan akan membawa pemantauan lalu lintas jalanan berbasis artificial intelligence (AI).

Namun ini masih baru tahap awal. Ditandai kenyamanan manusia dalam menjalankan beberapa sisi kehidupannya secara lebih praktis, nyaman dan ekonomis.

Di balik itu mustahil kita dapat beraktivitas tanpa tersedianya jaringan broadband. Jaringan 4G yang mengakomodir trafik data saat ini tidak akan memadai lagi dalam waktu dekat.

Kecepatan rata-rata unduhan broadband di Indonesia (menurut GSMA) yang sebesar 14,78 Mbps sudah tidak cukup mentransmisi berbagai aktivitas. Pada beberapa kawasan, khususnya sektor bisnis dan industri, kebutuhannya telah meningkat, sejumlah korporasi butuh jaringan yang 10 kali lipat lebih cepat.

Kecepatan tinggi diperlukan dalam rangka cost efficiency, mengefisienkan biaya. Bertahan di jaringan seperti 4G/LTE, ongkos yang harus dikeluarkan lebih tinggi, akibat produktivitas yang rendah.

DSS tidak bisa permanen

Bagi industri, 4G/LTE tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan yang terus bergerak cepat dalam ranah digital, mereka perlu evolusi jaringan yang mampu menjadi katalisator proses produksi.

Sebuah jaringan yang memiliki ciri kapabilitas high-bandwith dan tingkat latensi yang jauh lebih rendah, sehingga proses transformasi digital pun mengalami perubahan.

Terlebih bila bicara tentang Revolusi Industri 4.0, kesiapan jaringan bandwith berkapabilitas tinggi jadi prasyarat yang harus dipenuhi.

Kehadiran 5G seperti yang telah disiapkan oleh operator seperti Telkomsel (yang paling agresif dan melakukan ekspansi) setidaknya menjadi pintu masuk bagi evolusi jaringan supercepat di Indonesia. Berkali-kali Telkomsel melakukan ujicoba termasuk terakhir saat berlangsung MotoGP di Mandalika, NTB.

Telkomsel telah menggunakan gelombang tinggi milimeterband di 26 GHz, yang menyemburkan kapasitas unduh di atas 6 GB. Ini merupakan real 5G.

Namun operator lain belum sepenuhnya menjalankan pada spektrum 5G. Operator memanfaatkan DSS (dynamic spectrum sharing), spektrum yang sama digunakan untuk teknologi berbeda, 5G dan 4G secara dinamis, selain menggunakan teknologi MIMO (multiple input multiple output).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com