KOMPAS.com - Pekan lalu, CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, mengatakan bahwa ia menunda pembelian Twitter yang nilainya mencapai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 635 triliun.
Hal tersebut dipicu oleh jumlah akun spam alias akun bot di Twitter. Diketahui bahwa jumlah akun palsu di Twitter adalah sekitar lima persen dari keseluruhan total akun yang aktif menampilkan iklan (monetizable daily active user/mDAU).
Elon Musk tampaknya meragukan angka tersebut. Jumlah akun palsu yang beredar di Twitter bisa saja lebih besar.
Terkait hal tersebut, CEO Twitter, Parag Agrawal, menjelaskan panjang lebar bagaimana pihaknya memberantas akun spam di Twitter. Hal ini disampaikan Parag melalui sebuah utas yang diunggah melalui handle @paraga.
Menurut dia, tim Twitter selalu berupaya untuk memperbarui kebijakan dan sistemnya demi memberantas akun bot secara berkala.
Baca juga: Elon Musk Tertarik Kerja Sama dengan Indonesia lewat Tesla dan SpaceX
Selain sistem, Parag juga mengeklaim bahwa pihaknya melibatkan sebuah tim untuk menindak akun-akun yang bermasalah. Hal ini bertujuan supaya Twitter bisa mengenali mana akun pengguna asli dan mana akun bot, sehingga tidak salah blokir.
Each human review is based on Twitter rules that define spam and platform manipulation, and uses both public and private data (eg, IP address, phone number, geolocation, client/browser signatures, what the account does when it’s active…) to make a determination on each account.
— Parag Agrawal (@paraga) May 16, 2022
"Setiap keputusan blokir yang dilakukan tim kami didasarkan pada aturan kebijakan Twitter yang mendefinisikan akun spam dan manipulasi platform," jelas Parag dalam rangkaian unggahan Twitter melalui handle @paraga.
"Kami juga menggunakan data publik dan pribadi (misalnya, alamat IP, nomor telepon, geolokasi, jenis browser, apa yang dilakukan akun saat aktif, dan lain sebagainya) untuk menentukan apakah sebuah akun merupakan akun bot atau bukan," imbuh Parag.
Musk lantas mengunggah twit lainnya yang mempertanyakan nasib para pengiklan, di mana mereka tentunya tidak menginginkan iklan yang tampil di Twitter dilihat oleh para akun spam atau bot dan tidak mencapai targetnya.
Baca juga: Bill Gates: Elon Musk Bakal Memperburuk Twitter
So how do advertisers know what they’re getting for their money? This is fundamental to the financial health of Twitter.
— Elon Musk (@elonmusk) May 16, 2022
"Jadi, bagaimana para pengiklan di Twitter mengetahui bahwa mereka berinvestasi di platform yang tepat? Tentunya pertanyaan ini menjadi salah satu hal yang mendasar untuk bisnis Twitter yang sehat di masa depan," tutur Musk.
Sebelumnya, Musk sendiri memang kerap mempermasalahkan banyaknya akun bot di Twitter. Bahkan, saking banyaknya akun kripto yang menggunakan nama Musk, ia sempat menyebut bahwa masalah ini menjadi isu yang "paling menyebalkan" di Twitter.
Hal ini menjadi satu alasan mengapa ia ingin membeli Twitter, di samping keinginan untuk mewujudkan kebebasan berpendapat (free speech) di platform tersebut, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari CNBC, Selasa (17/5/2022).
"Prioritas utama saya adalah memberantas akun spam dan pasukan bot di Twitter," ungkap Musk beberapa waktu lalu.
Meski pembelian Twitter ditunda, Elon Musk masih berkomitmen untuk mencaplok media sosial tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.