Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

70 Persen Follower Elon Musk di Twitter Adalah Akun Spam

Kompas.com - 23/05/2022, 15:03 WIB
Lely Maulida,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - CEO Tesla, Elon Musk masih menunda proses akuisisi Twitter karena data soal jumlah akun spam pada platform tersebut menurutnya belum jelas.

Alih-alih menganalisis jumlah akun spam Twitter secara umum, dua kelompok riset bernama SparkToro dan Followerwonk menelusuri akun spam dari total pengikut (followers) Twitter Elon Musk yang memiliki handle akun @elonmusk.

Menurut kedua kelompok tersebut, lebih dari 70 persen dari total 93 juta pengikut Elon Musk di Twitter, kemungkinan adalah akun spam atau akun palsu.

Baca juga: Apa itu Akun Bot atau Spam yang Bikin Elon Musk Tunda Beli Twitter?

Secara teknis, SparkToro dan Followerwonk menggunakan sistem yang bernama "17 sinyal peringatan". Sistem ini berjalan berdasarkan algoritma yang memanfaatkan 35.000 akun Twitter palsu yang dibeli oleh SparkToro dan 50.000 akun yang mereka labeli sebagai akun bukan spam.

Apabila salah satu followers Musk banyak dilabeli "peringatan spam", maka mereka akan menilai akun tersebut sebagai akun berkualitas rendah alias palsu.

Setelah benar-benar diterapkan pada semua pengikut Musk di Twitter, sistem itu mendeteksi bahwa 73 persen akun memuat kata kunci yang berhubungan dengan spam pada profilnya.

Sistem itu juga menemukan bahwa 71 persen followers Musk menggunakan lokasi yang tidak sesuai dengan nama tempat yang terdeteksi.

Baca juga: Elon Musk Dituduh Lecehkan Pramugari di Pesawat Jet Pribadi

Sebanyak 41 persen di antaranya juga menggunakan nama akun yang cocok dengan pola spam. Bahkan, 69 persen pengikut akun Twitter Elon Musk, terdeteksi tidak aktif selama lebih dari 120 hari.

Temuan lainnya adalah 83 persen akun yang mengikuti Musk memiliki follower yang sangat sedikit. 78 persen pengikutnya juga mengikuti sangat sedikit akun.

Definisi akun spam 

SparkToro dan Followerwonk mendefinisikan akun spam sebagai "mereka yang tidak rutin menulis twit secara pribadi, mengonsumsi aktivitas di timeline, atau terlibat dalam ekosistem Twitter".

Baca juga: Elon Musk Diminta Tetap Rampungkan Akuisisi Twitter

Namun mereka menyatakan bahwa definisi akun spam versinya mungkin berbeda dengan versi Twitter. Adapun Twitter tidak secara terbuka mengungkapkan bagaimana pihaknya mengklasifikasikan akun spam.

Dalam analisisnya SparkToro berkata bahwa beberapa akun spam versinya tidak begitu dipermasalahkan. Misalnya akun bot yang menghimpun berita atau yang mengetwit foto dan tautan dari restoran di seluruh dunia.

Meski demikian, sebagian besar akun dilabeli spam karena menjajakan proganda dan disinformasi, mendorong upaya phising atau malware, memanipulasi saham dan uang kripto serta mencoba melecehkan pengguna lain.

Baca juga: Elon Musk Debat dengan Jack Dorsey soal Algoritma Twitter

SparkToro pun menyatakan analisisnya bisa saja menyertakan pengguna aktif namun tidak mengetwit apapun, serta melewatkan akun spam yang canggih sehingga tidak terdeteksi.

Sebab, analisis SparkToro dan Followerwonk didasarkan pada dugaan akun spam dengan pendekatan "konservatif", sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Senin (23/5/2022).

Seperti disebutkan di awal, Musk dan Twitter berselisih data soal jumlah akun spam yang beredar di platform mikroblogging tersebut. Hal ini membuat Musk mengancam penundaan proses akuisisi Twitter.

Baca juga: Elon Musk Ancam Tak Lanjutkan Akuisisi Twitter Gara-gara Akun Bot dan Spam

Menurut Musk, ada lebih dari 20 persen akun palsu/spam yang beredar di Twitter. Angka itu lebih besar, bahkan kali lipat lebih besar dari jumlah yang diklaim oleh perusahaan berlogo Larry Bird itu.

Di sisi lain, Twitter meneklaim jumlah akun spam yang beredar di platformnya hanyalah 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active user/mDAU).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com