Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bill Gates Sebut NFT dan Kripto sebagai "Greater Fool Theory", Apa Maksudnya?

Kompas.com - 16/06/2022, 12:45 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Dalam beberapa kesempatan, pendiri raksasa teknologi Microsoft, Bill Gates, mengungkapkan bahwa dirinya enggan melakukan investasi pada aset kripto, termasuk Bitcoin dan Non-Fungible Token (NFT).

Baru-baru ini, Gates kembali menegaskan penolakannya terhadap investasi NFT, dengan menyebutnya sebagai "Greater Fool Theory".

Hal itu diungkapkan Bill Gates saat berbicara dalam sebuah acara tentang perubahan iklim yang diselenggarakan oleh outlet media TechCrunch.

"Sebagai sebuah aset, NFT itu 100 persen didasarkan pada Greater Fool Theory—di mana seseorang akan membayar lebih tinggi untuk aset itu daripada saya," kata Gates.

Baca juga: Bill Gates Ogah Investasi Kripto, Ini Alasannya

Tak hanya itu, Gates pun ikut menyindir Bored Ape Yacht Club, NFT gambar kera yang memiliki harga tinggi.

"Jelas, gambar digital monyet yang mahal akan sangat membuat dunia lebih baik," gurau Gates sambil menyindir.

Bukannya aset kripto seperti Bitcoin atau NFT, Bill Gates menegaskan bahwa dia lebih suka berinvestasi dalam aset dengan hasil nyata, seperti pertanian, pabrik, atau perusahaan tempat mereka membuat produk, sebagaimana dihimpun The Verge, Kamis (16/6/2022).

Baca juga: Aset NFT Kera Bosan Senilai Rp 5,2 Miliar Raib

Apa itu "Greater Fool Theory"?

Lantas, apa maksud dari "The Greater Fool Theory" yang Gates labelkan pada aset NFT?

"The Greater Fool Theory" adalah sebuah gagasan bahwa seseorang dapat menghasilkan uang dengan membeli aset yang nilainya terlalu tinggi (overvalued) dan menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan di kemudian hari.

Teori ini percaya bahwa akan selalu memungkinkan untuk menemukan seseorang yang bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk aset overvalued.

Seorang investor yang menganut kepada Greater Fool Theory akan membeli aset yang berpotensi mencapai nilai terlalu tinggi tanpa memperhatikan nilai fundamentalnya.

Baca juga: Bill Gates Ternyata Pakai Ponsel Lipat, tapi Bukan Buatan Microsoft

Pendekatan "Greater Fool Theory" terbilang spekulatif karena didasarkan pada keyakinan bahwa seorang investor dapat menghasilkan uang dengan bertaruh (gambling) pada harga aset di masa depan.

Investor penganut "Greater Fool Theory" juga percaya bahwa mereka akan selalu dapat menemukan "investor yang lebih naif" yang bersedia membayar lebih tinggi dari yang investor lain lakukan.

Namun, bila ada krisis, aset tersebut akan mengalami aksi jual besar-besaran yang menyebabkan penurunan yang cepat dalam nilai aset.

Selama aksi jual, investor penganut "Greater Fool Theory" bisa kehilangan banyak uang jika investor tersebut menjadi orang terakhir yang memegang aset overvalued tersebut dan tidak dapat menemukan pembeli, sebagaimana dihimpun Hartford Funds.

Baca juga: Positif Covid-19, Bill Gates Jalani Isolasi Mandiri

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber The Verge
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com