Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elon Musk Ingin Twitter Bisa seperti TikTok dan WeChat

Kompas.com - 20/06/2022, 07:05 WIB
Lely Maulida,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - CEO Tesla, Elon Musk belum lama ini berbincang dengan karyawan Twitter untuk kali pertama secara virtual. Ia memaparkan sejumlah rencana yang ia canangkan setelah ia menyelesaikan proses akuisisi Twitter.

Salah satu pernyataan Musk yang menarik dalam kesempatan itu yakni ingin membuat Twitter seperti TikTok dan WeChat. Menurut Musk, Twitter harus seperti kedua aplikasi tersebut jika ingin menjangkau satu miliar penguna.

Dalam praktinya, Twitter harus menawarkan lebih banyak kegunaan dan memastikan orang-orang terhibur serta mendapat informasi. Dia lantas menyontohkan aplikasi WeChat yang menggabungkan media sosial dengan layanan pembayaran, game hingga ride hailing.

"Tidak ada WeChat yang sama di luar China. Pada dasarnya Anda hidup dengan WeChat di China. Jika kita bisa menciptakannya di Twitter, kita akan sukses besar," katanya kepada karyawan Twitter.

Baca juga: Karyawan SpaceX Sebut Elon Musk Bikin Malu Perusahaan

Di samping WeChat, Musk juga memuji algoritma TikTok yang dinilai tidak membosankan. Menurutnya, Twitter dapat melakukan hal yang sama bahkan lebih baik dalam hal menampilkan berita.

"Saya kira Twitter bisa jauh lebih baik dalam menginformasikan masalah penting," imbuhnya, dikutip KompasTekno dari The Verge, Senin (20/6/2022).

Untuk mewujudkannya, Musk juga berkata bahwa Twitter harus berkontribusi pada peradaban yang lebih kuat dan tahan lama serta lebih mampu memahami realitas.

Dalam kesempatan yang sama, Musk menegaskan bahwa ia ingin Twitter lebih didasarkan pada langganan dan pembayaran agar pengguna mendapat diversifikasi.

Menurut The Verge, secara umum pernyataan Musk dalam pertemuan virtual itu menunjukkan bahwa ia akan membuat perubahan signifikan di Twitter jika akuisisinya berhasil.

Baca juga: Twitter dan Elon Musk Digugat Para Pemegang Saham, Ada Apa?

Musk juga berkata ingin membuat Twitter lebih disiplin secara finansial dan akan terlibat dalam pengembangan produk serta bisnis perusahaan.

Proses akuisisi Twitter terkendala bot

Sejak Mei lalu, akuisisi Twitter oleh Elon Musk ditunda. Sebab, orang terkaya du dunia tersebut ingin memastikan jumlah akun bot di Twitter.

Musk bahkan mengeklaim kalau jumlah akun spam Twitter sekitar 20 persen, empat kali lipat dibanding jumlah yang diklaim Twitter, yaitu sekitar 5 persen.

Terlepas dari ditundanya proses tersebut, Musk menyatakan berkomitmen untuk tetap membeli Twitter dan akan melanjutkan prosesnya setelah jumlah akun spam lebih jelas.

Atas tindakan Musk tersebut, dewan Twitter merilis pernyataan yang meminta Musk menghormati perjanjian merger.

"Dewan dan Musk menyetujui transaksi dengan harga 54,20 per lembar saham. Kami percaya perjanjian ini untuk kepentingan terbaik bagi semua pemegang saham. Kami bermaksud untuk menutup transaksi dan menegakkan perjanjian merger," demikian pernyataan dewan Twitter dikutip KompasTekno dari Gizmodo.

Baca juga: Gara-gara Akun Bot, Elon Musk Ancam Batal Beli Twitter

Menurut CNN Business, kata "menegakkan perjanjian" dalam pernyataan itu menyiratkan bahwa Twitter siap menuntut Musk dan mendesaknya menindaklanjuti akuisisi. Sebab, jika Musk tidak melanjutkan perjanjian, dia harus membayar biaya penalti senilai 1 miliar dolar AS atau setara Rp 14,6 triliun.

Agar Musk melanjutkan akuisisi, dewan Twitter juga merekomendasikan para pemegang saham memberikan suara yang menunjukkan dukungan merger.

Dalam dokumen proxy kepada Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange Commission/SEC) AS, dewan Twitter pun mengatakan pihaknya bertekad untuk menyelesaikan kesepakatan "secepat mungkin".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Verge
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com