Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sebab Harga Makanan di "Ojol Food" Lebih Mahal di Aplikasi Dibanding Resto

Kompas.com - Diperbarui 29/06/2022, 07:56 WIB
Kevin Rizky Pratama,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

"Harga masing-masing menu makanan (SKU) yang tertera di aplikasi pelanggan ditetapkan oleh masing-masing resto," kata Rosel Lavina, VP Corp Affairs Food & Groceries kepada KompasTekno, Senin (27/6/2022).

Sementara pihak GrabFood, enggan mengomentari biaya layanannya yang dikeluhkan mahal oleh pengguna. Namun, perusahaan menyatakan bahwa harga makanan dalam aplikasi sepenuhnya ditentukan oleh merchant.

"Grab sebagai penyedia layanan pengiriman makanan menyerahkan harga makanan yang ditampilkan di fitur GrabFood sepenuhnya kepada mitra merchant. Para mitra merchant bebas untuk menetapkan harga menu sesuai dengan strategi bisnis atau promosi yang sedang
mereka terapkan," kata Hadi Surya Koe, Head of Marketing GrabFood, Grab Indonesia kepada KompasTekno.

Baca juga: Pengamat: GoFood-GrabFood Ciptakan Ketergantungan, Tetap Dipakai Meski Harganya Jadi Normal

Andalkan promo, namun sampai kapan?

Karena harga yang dianggap makin mahal oleh pengguna, mereka pun kini mengandalkan promo-promo di platform OjolFood macam GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood.

Terkait promo ini, Pengamat Marketing & Managing Partner Inventure, Yuswohady menjelaskan, selama ini, startup selalu berorientasi pada traction (momentum perkembangan startup untuk meningkatkan penjualan dan menambah basis pelanggan), bukan keuntungan (profitable).

Baca juga: Grab Dikabarkan Beli Jaringan Toko Grosir Malaysia Rp 6 Triliun

Untuk mengejar traction, menurut Yuswohady, startup menggunakan cara-cara yang instan, yaitu strategi harga murah. Caranya dengan memangkas harga dengan menyediakan berbagai promo, seperti diskon, cashback, hingga gratis ongkos kirim.

Hal inilah yang dilakukan oleh Gojek, Grab, dan Shopee terhadap layanan pesan antar makanan di platformnya masing-masing.

"Pemangkasan harga itu dilakukan dengan subsidi yang didapatkan dari investor, yakni melalui bakar duit itu sebenarnya," kata Yuswohady.

"Sebab, yang nama strategi harga murah, itu selalu memangkas profit dan itu nggak akan sustainable. Ada satu titik dimana strategi burning money itu akan dihentikan, yakni ketika duitnya sudah nggak ada dan tuntutan untuk untung menjadi urgent. Nah, sekarang ini terjadi itu," lanjut Yuswohady.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com