Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/07/2022, 14:02 WIB
Caroline Saskia,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Elon Musk mengumumkan batal merampungkan transaksi pembelian Twitter. Salah satu alasannya, Musk menuding Twitter "tidak transparan", terutama soal jumlah data akun bot dan spam yang ada di platform mikroblogging itu.

Sebelum bos Tesla itu membatalkan transaksi, Twitter mengeklaim bahwa mereka telah menghapus lebih dari satu juta akun bot/spam setiap harinya, sebagaimana dihimpun dari Reuters.

Informasi ini diungkap untuk memberikan kejelasan bahwa perusahaan berlogo Twitter itu serius menumpas akun bot dan spam, sekaligus menjawab keraguan Musk.

Selisih data soal akun bot dan spam yang beredar di Twitter memang sempat menjadi perdebatan antara pihak Twitter dan Elon Musk.

Baca juga: Elon Musk Batal Beli Twitter

Mulanya, Twitter mengeklaim bahwa total akun bot/spam yang beredar di platformnya hanya 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetosasi (monetizable daily active user/mDAU).

Tapi, Musk meragukan data tersebut dan memprediksi total akun bot/spam yang beredar adalah 20 persen dari total pengguna, alias lima kali lebih banyak dari klaim Twitter.

Karena masih ragu, Musk meminta Twitter untuk membuktikan klaimnya. Akan tetapi, pihak Musk mengatakan Twitter tak kunjung memberikan data yang diminta, hingga akhirnya Musk memutuskan untuk membatalkan transaksi pembelian Twitter bernilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 638 triliun (kurs hari ini).

Baca juga: Rencana Elon Musk Beli Twitter Terancam Batal

Sebelumnya,CEO twitter, Parag Agrawal telah membuat utas (thread) untuk menjelaskan metodologi penghitungan jumlah akun bot di Twitter.

Menurut Agrawal, Twitter mengandalkan tenaga manusia untuk mengulas ribuan akun untuk memastikan apakah akun tersebut termasuk bot/spam atau bukan.

Namun, Agrawal mengatakan dirinya tidak bisa memberikan informasi lebih spesifik karena berkaitan dengan data pribadi pengguna Twitter.

"Sayangnya, kami ragu bila estimasi spesifik ini bisa ditampilkan secara eksternal, karena membutuhkan informasi publik dan pribadi," kata Agrawal dalam utasnya.

Baca juga: Elon Musk Tunda Pembelian Twitter gara-gara Akun Bot, Bos Twitter Menjelaskan

Tumpas akun bot jadi prioritas

Ketika mengumumkan rencananya untuk membeli Twitter bulan April lalu, Musk menyampaikan beberapa prioritas yang akan direalisasikannya. Salah satunya adalah menumpas peredaran akun bot yang ada di Twitter.

"Apabila penawaran kami ke Twitter berhasil, kami akan memerangi bot spam," tulis Musk melalui akun Twitternya dengan handle @elonmusk kala itu.

Lebih lanjut, Musk ingin memastikan bahwa pengguna Twitter, benar-benar manusia, bukan mesin bot yang bisa "ngetwit" otomatis.

Baca juga: Resmi Beli Twitter, Elon Musk Janji Bakal Tumpas Akun Bot

Bot sendiri adalah akun Twitter yang dikelola software dan diprogram dapat meniru tugas pengguna Twitter, termasuk untuk menyukai postingan hingga berkomentar secara otomatis.

Biasanya, akun bot Twitter bertujuan untuk meningkatkan engagement suatu akun atau topik tertentu, hingga memperluas basis pengguna. Tidak jarang, akun bot juga sengaja "diternak" untuk menggiring suatu isu hingga menjadi trending teratas (trending topic).

Musk memang sudah lama geram dengan sebaran bot dan spam. Salah satunya saat dia mengatakan prihatin dengan bot kripto yang mengunggah twit penipuan, sehingga menjebak para investor.

Baca juga: Elon Musk Ancam Tak Lanjutkan Akuisisi Twitter Gara-gara Akun Bot dan Spam

Kendati demikian, kala itu Musk belum menjelaskan bagaimana dia akan mengejawantahkan keinginannya itu.

Sebetulnya, Twitter sudah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisasi akun bot dengan merilis beberapa fitur.

Salah satunya dengan memberikan tanda khusus pada akun bot, sehingga semua pengguna akan menyadari jika suatu twit diposting oleh akun spam tersebut.

Dengan begitu, pengguna Twitter bisa mempertimbangkan apakah akan menaggapi postingan dari akun bot seperti menyukai, me-retweet, atau hanya membiarkannya berlalu dari linimasa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com