Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Alasan Elon Musk Batal Beli Twitter Rp 652 Triliun

Kompas.com - Diperbarui 12/07/2022, 07:35 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - CEO Tesla, Elon Musk mengumumkan bahwa dia batal merampungkan transaksi pembelian atau akuisisi Twitter senilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 652,6 triliun (kurs Rp 14.833).

Hal ini disampaikan Musk melalui kuasa hukumnya dalam sebuah dokumen yang dikirimkan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) alias SEC belum lama ini.

Dalam dokumen SEC disebutkan bahwa Musk tidak jadi membeli membeli media sosial berlogo "burung" tersebut karena Twitter melanggar sejumlah peraturan ketika proses negosiasi berlangsung.

Baca juga: Twitter Minta Karyawan Tidak Ngetwit soal Pembatalan Akuisisi Elon Musk

Lantas, apa alasan Elon Musk batal membeli Twitter? Setidaknya ada dua alasan utama dan dua alasan eksternal lainnya yang melatarbelakangi Musk membatalkan kesepakatan akuisisi Twitter.

1. Jumlah akun bot dan spam tak jelas

Alasan utama dibalik pembatalan akuisisi ini adalah karena jumlah akun robot (bot) dan akun palsu (spam) di Twitter yang tak bisa diverifikasi oleh Elon Musk.

Seperti diketahui, Musk pertama kali menawar untuk membeli Twitter pada 13 April 2022. Lalu, pada 26 April, Twitter mengumumkan bahwa pihaknya telah menandatangani perjanjian definitif untuk diakuisisi oleh Elon Musk.

Dengan ditandatanganinya perjanjian definitif itu, artinya Elon Musk telah resmi membeli jejaring sosial yang didirikan oleh Jack Dorsey itu. 

Namun, pada Mei 2022, Twitter dan Musk berselisih soal data akun bot dan spam yang beredar di platform mikroblogging itu.

Mulanya, Twitter mengeklaim bahwa total akun bot/spam yang beredar di platformnya hanya 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active user/mDAU).

Baca juga: Elon Musk Ancam Tak Lanjutkan Akuisisi Twitter Gara-gara Akun Bot dan Spam

Namun, Musk meragukan data tersebut dan memprediksi total akun bot/spam yang beredar 20 persen dari total pengguna, alias lima kali lebih banyak dari klaim Twitter. Sebab itulah, Musk meminta Twitter membuktikan klaimnya.

Musk mengancam akan membatalkan proses akuisisi Twitter karena Twitter belum juga memberikan data sesuai permintaan Musk.

Pada Juli 2022 ini atau berselang hampir dua bulan sejak Musk pertama kali meminta data terkait jumlah akun spam dan bot, Twitter masih belum dapat memenuhinya.

"Selama hampir dua bulan, Musk telah meminta data dan informasi yang diperlukan untuk 'membuat penilaian independen terhadap prevalensi akun palsu atau spam di platform Twitter,'” tulis kuasa hukum Musk, dikutip KompasTekno dari CNBC, Senin (11/7/2022).

"Namun, Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi ini," imbuh Musk via tim legalnya.

Di samping itu, tim legal Musk menyebutkan bahwa Twitter juga terkadang mengabaikan dan menolak permintaan keterbukaan informasi bisnis Twitter yang diajukan Musk dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan.

Halaman:
Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com