Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Twitter Resmi Gugat Elon Musk ke Pengadilan

Kompas.com - 13/07/2022, 09:30 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Twitter resmi melayangkan gugatan kepada Elon Musk melalui Pengadilan Delaware pada Selasa (12/7/2022) waktu Amerika Serikat.

Orang terkaya di dunia versi Forbes tersebut digugat karena menolak untuk "menghormati kewajibannya" berdasarkan perjanjian akuisisi dengan Twitter.

Melalui gugatan ini, Twitter juga berusaha membuat Elon Musk menyelesaikan kesepakatan pembelian jejaring sosial berlogo burung, senilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 652,6 triliun (kurs Rp 14.833).

"Twitter melakukan tindakan ini untuk mencegah Musk dari pelanggaran lebih lanjut, untuk memaksa Musk memenuhi kewajiban hukumnya, dan untuk memaksa penyelesaian merger setelah memenuhi beberapa kondisi yang belum terselesaikan," tulis Twitter dalam gugatan yang diajukan di Pengadilan Delaware.

Baca juga: Elon Musk Batal Beli Twitter

Dalam sebuah twit, ketua dewan direksi Twitter, Bret Taylor, menegaskan bahwa gugatan tersebut diajukan untuk meminta pertanggungjawaban Elon Musk atas kewajiban kontraktualnya atas akuisisi Twitter.

Tak lama setelah Twitter mengajukan gugatan, Elon Musk menanggapinya dengan sebuah tweet yang berbunyi, "Oh, ironi lol (mengakak)".

Jumlah akun spam jadi dalih pembatalan akuisisi

Setelah ditawar untuk dibeli oleh Elon Musk pada April, harga saham Twitter cenderung anjlok pada Mei hingga Juli ini. Harga saham Twitter turun dari 44,48-50,98 dollar AS pada April ke level 35-40 dollar AS pada Juli.

Dalam gugatannya, Twitter menuduh Elon Musk berusaha membatalkan kesepakatan akuisisi setelah harga saham Twitter anjlok.

Untuk membatalkannya, Musk perlu memenuhi klausa bahwa Twitter menyebabkan "dampak merugikan secara material" atau Twitter telah melakukan pelanggaran kesepakatan.

Nah, dalam gugatan yang diajukan Twitter, Elon Musk disinyalir menggunakan jumlah akun spam dan bot sebagai dalih pembatalan akuisisi Twitter.

Baca juga: 4 Alasan Elon Musk Batal Beli Twitter Rp 652 Triliun

Ilustrasi Elon Musk yang menawar untuk membeli Twitter. TechCrunch/ Bryce Durbin Ilustrasi Elon Musk yang menawar untuk membeli Twitter.
Pada Mei 2022, Elon Musk tiba-tiba mempermasalahkan jumlah akun bot dan spam di Twitter. Padahal, Elon Musk sudah menandatangani perjanjian definitif akusisi Twitter pada 26 April.

Mulanya, Twitter mengeklaim bahwa total akun bot dan spam yang beredar di platformnya hanya 5 persen dari total 226 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active user/mDAU).

Namun, Musk meragukan data tersebut dan memprediksi total akun bot dan spam yang beredar 20 persen dari total pengguna, alias lima kali lebih banyak dari klaim Twitter. Sebab itulah, Musk meminta Twitter membuktikan klaimnya.

Musk mengancam akan membatalkan proses akuisisi Twitter karena Twitter belum juga memberikan data sesuai permintaan Musk.

Hingga Juli, Twitter tidak memberikan data yang diminta Musk. Kubu Musk pun menyimpulkan jumlah akun spam dan bot Twitter tidak dapat diverifikasi.

Hal ini membuat tim Musk ragu untuk membeli Twitter karena tidak dapat mengevaluasi prospek bisnis Twitter ke depannya. Elon Musk lantas mengajukan pembatalan akuisisi Twitter ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) alias SEC pada 8 Juli 2022.

Bagi Twitter, masalah jumlah akun spam dan bot itu hanyalah dalih dari Musk. Pasalnya, menurut Twitter, Elon Musk tidak pernah menanyakan masalah jumlah akun spam dan bot sebelum perjanjian akuisisi diteken.

Baca juga: Twitter Minta Karyawan Tidak Ngetwit soal Pembatalan Akuisisi Elon Musk

Dalam gugatan, Twitter justru menyebut Elon Musk "mempermudah tawaran akusisi" dengan menghapus persyaratan due diligence (audit/uji tuntas) dari perjanjian akuisisi.

Padahal, klausa itu dapat memberikan Elon Musk akses ke informasi non-publik tentang Twitter, termasuk soal jumlah akun bot dan spam.

Karena due diligence dihapus, ini mengindikasikan bahwa sejatinya Twitter tidak berkewajiban memberikan informasi non-publik kepada Elon Musk.

Namun, Twitter tetap memberikan yang diminta Musk, meski tak ada dalam perjanjian akuisisi. Misalnya, memberikan jumlah akun spam dan bot di Twitter, termasuk metodologi perhitungannya.

Twitter juga dilaporkan memberikan Elon Musk akses ke "firehose" atau aliran data real-time tanpa filter yang dihasilkan oleh Twitter.

Twitter diminta setop korek soal sumber pendanaan Elon Musk

Dalam gugatan, Twitter juga memerinci tentang diskusi antara tim Elon Musk dan manajemen Twitter selama beberapa bulan terakhir.

Hal itu termasuk pesan teks yang baru-baru ini dikirim oleh Musk yang memberi tahu CEO dan CFO Twitter untuk berhenti menyelidiki status pembiayaannya untuk akuisisi Twitter.

Elon Musk menawarkan untuk membeli Twitter dengan harga yang fantastis, yaitu senilai 44 miliar dollar AS.

Namun, hingga Musk mengajukan pembatalan akuisisi pada 8 Juli lalu, tidak diketahui secara pasti apakah dia sudah benar-benar memiliki pendanaan yang cukup untuk mengakuisisi Twitter.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Verge, Rabu (13/7/2022), perjanjian akuisisi Twitter dengan Elon Musk memiliki batas waktu hingga 24 Oktober 2022.

Untuk itu, Twitter ingin keluhannya ini didengar Pengadilan Delaware sebelum batas waktu tersebut.

Perusahaan berharap kasusnya dapat diadili hanya dalam empat hari pada pertengahan September, menurut mosi terpisah untuk mempercepat gugatan yang diajukan oleh perusahaan.

Dokumen Twitter tuntut Elon Musk dapat dibaca selengkapnya melalui tautan berikut ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber The Verge
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com