Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rawan Muncul Challenge Berbahaya, Pengamat Sebut Syarat Live Streaming Perlu Diperketat

Kompas.com - 26/07/2022, 11:40 WIB
Caroline Saskia,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Syarat live streaming perlu diperketat

Challenge live streaming yang berbahaya memang menjadi tantangan sendiri bagi platform media sosial. Menurut pengamat media sosial dan CEO Komunikonten Hariqo Wibawa Satria, paltform perlu membatasi dan memperketat syarat fitur live streaming untuk membendung challenge yang berbahaya.

Menurut Hariqo, syarat kreator untuk melakukan live streaming, masih cukup lemah dan mudah dikelabuhi. Dia menyontohkan syarat live streaming di TikTok. Di TikTok, hanya kreator yang memiliki minimal 1.000 pengikut (followers), yang bisa melakukan live streaming.

Baca juga: Apa Itu Blackout Challenge yang Bikin TikTok Digugat?

Persyaratan tersebut dinilai Hariqo masih cukup lemah. Sebab, kreator bisa saja mengakalinya, misalnya dengan membeli followers.

Syarat usia juga dinilai perlu dibatasi. Sebab, usia dinilai berpengaruh terhadap pemahaman pengguna media sosial tentang sebuah challenge yang viral. Ketika pengguna yang mendaftar berusia di bawah 18 tahun, kemugkinan mereka akan menyetujui semua hal karena memiliki pemahaman yang terbatas.

“Ketika anak dengan usia tersebut ( di bawah 18 tahun) mengadakan live streaming dengan kemampuan keterbacaan yang terbatas, modal pemahaman UU ITE yang terbatas, apa yang mereka lakukan ketika menggunakan fitur live streaming? Itulah mengapa menurut saya, fitur live streaming tidak bisa diberikan ke sembarang orang,” tegas Hariqo.

Baca juga: Begini Cara TikTok Menangkal Challenge Berbahaya

Hariqo mengusulkan agar ada batasan usia, baik untuk streamer yang menggelar live streaming maupun penonton.

"Misalnya untuk mengurangi penggunaan live streaming konten berbahaya, anak-anak di usia 17 tahun ke bawah, sebaiknya tidak diperbolehkan mengakses live streaming," kata Hariqo.

Selain itu, Hariqo juga menyarankan adanya peningkatan pengawasan secara manual.
Menurutnya, sistem kecerdasaan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memfilter konten berbahya saja, tidak cukup.

"Enggak bisa semata mengandalkan AI, memang harus dicek manual juga," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com