Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Facebook dan Google Cemaskan Detik Kabisat yang Bisa Picu Kekacauan Internet

Kompas.com - Diperbarui 28/07/2022, 07:42 WIB
Bill Clinten,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Sumber CNET,Meta

Tidak disebutkan apakah detik kabisat ini akan benar-benar dihilangkan di masa depan atau tidak.

Sementaraa itu, untuk mewujudkan inisiatif penghapusan detik kabisat, Google, Microsoft, Meta, dan Amazon turut menggandeng dua lembaga dunia yang berhubungan dengan standar informasi global. 

Mereka adalah National Institute of Standards and Technology (NIST) yang berlokasi di AS, serta Bureau International de Poids et Mesures (BIPM) yang berlokasi di Perancis.

Kehadiran dua lembaga ini diperlukan lantaran standar waktu dunia sejatinya tak ditentukan oleh perusahaan teknologi, melainkan oleh regulator yang mengawasi jam dunia.

Baca juga: Layanan TI yang Jadi Korban Detik Kabisat 2012

Kekacauan yang pernah terjadi gara-gara leap second

Seperti disebutkan di atas, leap second pernah ditambahkan sebanyak 27 kali ke dalam TAI sepanjang sejarah. Dengan kata lain, sudah banyak kejadian atau kekacauan di internet yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut.

Salah satunya adalah tumbangnya Reddit, Mozilla, LinkedIn, Yelp, hingga layanan pemesanan pesawat Amadeus ketika detik kabisat ditambahkan pada 2012 lalu.

Ada pula Cloudflare, layanan internet global untuk mempercepat sekaligus mengamankan transfer data di internet, yang mengalami kekacauan besar-besaran pada 2017 lalu.

Baca juga: 30 Juni Waktu Melambat, Internet Dunia Bakal Kacau?

Akibat penambahan detik kabisat, sistem Cloudflare mengalami kekeliruan waktu dan menumbangkan sejumlah situs web dan berbagai platform digital yang mengandalkan Cloudflare pada saat itu.

Seperti diketahui, sistem komputer biasanya dirancang secanggih mungkin untuk menghitung dan memproses angka-angka. Namun, kebijakan yang dibuat manusia, seperti leap second tadi, sejatinya bisa membuat komputer dan internet keliru dan berujung kekacauan.

Selain leap second, kebijakan penghitungan waktu serupa buatan manusia juga pernah membuat sistem komputer kacau. Salah satu yang paling populer adalah masalah (bug) yang dikenal sebagai "Y2K" atau "Year 2000" pada 1999-2000 lalu.

Baca juga: Gara-gara Typo, Sebagian Internet Dunia Tumbang

Bug Y2K

Pada akhir tahun 1999, bug Y2K sempat menimbulkan kekacauan di banyak database komputer ketika tahun beganti dari 1999 menjadi tahun 2000.

Pasalnya, banyak pihak yang membuat database tersebut hanya menyertakan dua digit nomor akhiran di tiap tahun saja, misalnya "80" untuk tahun 1980, "99" utuk tahun 1999, dan lain sebagainya.

Kemudian, setelah berganti tahun menjadi 2000, sistem database otomatis akan kacau dan penghitungan matematika di database tersebut juga akan ikut keliru. Sebab, sistem akan membaca tahun "00" alih-alih "100", sehingga seolah terbaca mundur.

Di samping bug Y2K, ada pula bug yang bakal muncul di tahun 2038, di mana sistem penanggalan dan waktu komputer akan "kembali ke masa lalu" setelah 19 Januari 2038 pukul 03:14:07 waktu UTC.

Baca juga: Mengenal Jaringan Kabel Bawah Laut, Jalan Tol Internet Dunia

Anomali tersebut disebabkan oleh sistem komputer 32-bit yang tidak bisa menangani informasi biner atau angka yang lebih banyak dari yang telah ditentukan.

Solusi terkait masalah 2038 di sistem 32-bit ini konon tidak ada, namun berbagai sistem modern 64-bit kini disebut  sudah diperbarui demi membuat komputer bisa mencatat informasi waktu hingga miliaran tahun ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber CNET,Meta
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com