KOMPAS.com - Drama CEO SpaceX, Elon Musk dengan Twitter soal akuisisi masih bergulir hingga saat ini, utamanya soal selisih paham tentang jumlah akun bot atau spam pada platform microblogging tersebut.
Setelah membatalkan akuisisi dan menggugat balik Twitter, Elon Musk kini menantang Twitter untuk debat publik terkait jumlah akun spam di jejaring sosial tersebut. Tantangan ini disampaikan Musk melalui akun Twitter pribadinya ketika menanggapi cuitan dari Data Analys bernama Andrea Stroppa dengan akun berhandle @Andst7.
Dalam cuitannya soal debat publik, Musk juga menandai akun Twitter CEO Twitter - Parag Agrawal berhandle @paraga.
Baca juga: 70 Persen Follower Elon Musk di Twitter Adalah Akun Spam
"Dengan ini saya menantang @paraga untuk debat publik tentang persentase bot Twitter," cuit Musk dikutip KompasTekno dari akun Twitter pribadinya berhandle @elonmusk.
"Biarkan dia membuktikan kepada publik bahwa Twitter memiliki kurang dari 5 persen pengguna harian palsu atau spam!," imbuhnya.
I hereby challenge @paraga to a public debate about the Twitter bot percentage.
Let him prove to the public that Twitter has <5% fake or spam daily users!
— Elon Musk (@elonmusk) August 6, 2022
Pria terkaya di dunia itu kemudian memposting sebuah polling untuk menanyakan warganet apakah mereka percaya pada klaim Twitter bahwa akun spam pada platform tersebut kurang dari 5 persen dibanding total jumlah pengguna aktif harian yang dihimpun setiap bulan.
Dua opsi yang dapat dipilih warganet pada polling tersebut hanya "Ya" disertai tiga emoji robot dan "Lmaooo no" atau dapat diartikan sebagai jawaban "tidak" dengan ekspresi tawa.
Less than 5% of Twitter daily users are fake/spam
— Elon Musk (@elonmusk) August 6, 2022
Pantauan KompasTekno hari ini, Senin (8/8/2022) survei tersebut menujukkan 64,9 persen pengikut Musk memilih jawaban "tidak" dan 35,1 persen lainnya menjawab "Ya". Meski demikian, survei ini tak akan berpengaruh pada proses hukum antara Elon Musk dengan Twitter yang tengah berjalan di pengadilan.
Elon Musk membatalkan akuisisi Twitter pada 8 Juli lalu. Alasan utama Musk membatalkan akuisisi Twitter yaitu karena data jumlah pengguna situs mikroblogging tersebut.
Menurut Twitter, jumlah akun spam atau bot di platformnya tak sampai 5 persen, dari total pengguna. Sementara menurut Elon Musk, persentase akun spam di Twitter mendekati dua kali lipat dari klaim perusahaan, sehingga jika ditotal, jumlahnya sepertiga dari total pengguna Twitter per bulan Juli.
Baca juga: 4 Alasan Elon Musk Batal Beli Twitter Rp 652 Triliun
Selain itu Musk juga mengeklaim bahwa Twitter tidak memiliki 238 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active users/mDAU). Menurut Musk, jumlah sebenarnya adalah 65 juta, lebih rendah dari jumlah yang diklaim Twitter.
Tak hanya itu, Musk berdalih sebagian besar iklan Twitter hanya ditayangkan pada 16 juta pengguna, jauh lebih rendah ketimbang jumlah yang diklaim perusahaan.
Twitter lantas mengecam klaim Elon Musk dan menilai perkiraan jumlah itu salah karena hanya menggunakan alat sederhana. Bahkan menurut Twitter, alat yang dipakai Musk untuk mengukur jumlah pengguna bot/spam bisa menandai akun Elon Musk sebagai "kemungkinan palsu".
Beberapa hari kemudian setelah Musk mengumumkan pembatalan akuisisi, Twitter bereaksi dengan menggugat Elon Musk dan menuntut pertanggungjawaban atas perjanjian akuisisi.
"Twitter melakukan tindakan ini untuk mencegah Musk dari pelanggaran lebih lanjut, untuk memaksa Musk memenuhi kewajiban hukumnya, dan untuk memaksa penyelesaian merger setelah memenuhi beberapa kondisi yang belum terselesaikan," tulis Twitter dalam gugatannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.