Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Negara-negara di Dunia Makin Rajin Minta Data Pengguna ke Google, Facebook dkk

Kompas.com - 10/08/2022, 14:00 WIB
Caroline Saskia,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber Forbes

KOMPAS.com - Pemerintah negara-negara di dunia diketahui kian aktif meminta data pengguna kepada sejumlah platform besar seperti Google, Facebook, hingga Microsoft.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan perusahaan privasi, Surfshark, tahun 2020 merupakan tahun yang menunjukkan peningkatan paling signifikan dibanding 2013 hingga 2019.

Tercatat ada sebanyak 1.288.823 akun yang datanya diminta oleh pemerintah secara global pada 2020 lalu. Angka tersebut naik sekitar hampir 40 dari tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut dikarenakan maraknya kejahatan online selama pandemi Covid-19.

“Pertumbuhan kejahatan dunia maya (secara) besar-besaran pada 2020 berjalan beriringan dengan peningkatan oermintaan data yang diterima perusahan-perusahaan teknologi besar,” ujar ketua peneliti Surfshark, Agneska Sablovskajai, dikutip dari Forbes, Rabu (9/8/2022).

Baca juga: Twitter Tambal Celah Keamanan yang Bikin Data 5,4 Juta Akun Bocor

Penelitian tersebut mengumpulkan data melalui dua metodologi, yakni dengan pengumpulan jumlah permintaan yang diterima perusahaan dari pemerintah/pihak berwenang, dan jumlah akun yang ditentukan di dalam aplikasi ataupun layanan.

Untuk mengetahui jumlah permintaan yang diterima, Surfshark menggunakan laporan transparansi yang dipublikasikan oleh perusahaan besar seperti Apple, Google, Facebook, dan Microsoft.

Jumlah akun yang dikumpulkan itu akan dianalisis dan dibagi menjadi lima klasifikasi, seperti permintaan data yang dipenuhi perusahaan, permintaan yang dipublikasikan secara keseluruhan atau sebagian, persentase permintaan yang diberikan, akun yang ditargetkan dalam permintaan data, dan akun yang diminta per 100.000 orang di setiap negara.

Meski data tersebut berasal dari 177 negara, peringkat yang dijabarkan hanya mencantumkan 137 negara saja karena penelitian ini memprioritaskan negara dengan jumlah di atas 1 juta penduduk.

Negara dengan jumlah di bawah angka tersebut diasumsikan tidak terlalu memberi dampak signifikan karena tidak mencapai 1 persen dari populasi global.

Amerika Serikat paling banyak minta data

Sepanjang 2013 hingga 2020, Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat pertama dengan permintaan sebanyak 1.936.748 pengguna. Artinya, ada permintaan data sekitar 585 akun per 10.000 penduduk.

Posisi kedua ada Jerman, dengan 531.633 permintaan data pengguna. Disusul oleh Inggris di peringkat ke tiga dengan 486 akun per 100.000 penduduk, atau sekitar 409.850 data.

Baca juga: China Alami Kasus Pencurian Data Terbesar dalam Sejarah

Perusahaan yang beroperasi di Inggris tercatat telah memberikan data 267.000 akun pengguna ke pemerintah.

Selanjutnya, ada dari negara India, Turki, Rusia, dan Pakistan yang turut melakukan pemintaan data paling banyak, yakni hampir 200.000 akun.

Ilustrasi media sosial. Dok. SHUTTERSTOCK Ilustrasi media sosial.

Masih dalam laporan yang sama, perusahaan yang dimintai oleh pemerintah telah memenuhi permintaan tersebut dari 2013 hingga 2020 lalu. Apple, dalam konteks ini, menjadi perusahaan yang paling transparan dalam memberikan data sejak 2016 sampai sekarang.

Berdasarkan statistik, Apple memenuhi 85 persen permintaan pihak yang berwenang.

Halaman:
Sumber Forbes
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

Gadget
Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat 'Ngetwit'

Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat "Ngetwit"

Software
Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

e-Business
8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

e-Business
Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Internet
CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

e-Business
'Fanboy' Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

"Fanboy" Harap Bersabar, Apple Store di Indonesia Masih Sebatas Janji

e-Business
WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

WhatsApp Rilis Filter Chat, Bisa Sortir Pesan yang Belum Dibaca

Software
Steam Gelar 'FPS Fest', Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Steam Gelar "FPS Fest", Diskon Game Tembak-menembak 95 Persen

Game
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com