Di samping itu, Instagram turut menguji coba fitur "Settings checkup", sebuah cara baru yang dapat mendorong pengguna remaja untuk memperbarui pengaturan keamanan dan privasi mereka, sebagaimana dihimpun dari blog resmi Instagram, Jumat (26/8/2022).
Di Settings checkup, pengguna remaja dapat mengontrol siapa saja yang dapat membagikan ulang konten mereka, siapa saja yang dapat mengirim pesan dan menghubungi mereka, konten apa yang dapat mereka lihat, dan bagaimana mereka dapat mengatur waktu yang mereka habiskan di Instagram.
Belakangan ini, Instagram terpantau rajin menggulirkan fitur-fitur baru yang berfokus pada pengguna muda Instagram.
Pada Juni lalu, Instagram juga meluncurkan fitur baru bernama "Parental Control". Fitur tambahan ini dapat digunakan orang tua untuk memperketat pengawasan anak remajanya dalam bermain media sosial tersebut.
Dengan fitur Parental Control, orangtua diharapkan bisa memantau jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada anaknya, seperti perisakan (bullying), misalnya. Orang tua juga dapat bisa mengatur waktu untuk membatasi penggunaan Instagram oleh anak-anak mereka.
Instagram juga memiliki fitur "Take a Break". Dengan fitur ini, pengguna akan mendapat notifikasi untuk rehat sejenak.
Baca juga: Instagram Uji Coba Fitur Baru yang Mirip Medsos BeReal
Pengguna juga didorong agar melakukan kegiatan lain selain bermedia sosial. Hal ini dilakukan perusahaan guna untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental dan kesejahteraan dalam hidup semua pengguna.
Rangkaian fitur yang berfokus pada keamanan dan kesehatan mental pengguna Instagram ini agaknya merupakan respons Instagram dalam menanggapi tuduhan dari whistleblower (pelapor) Frances Haugen.
Tahun lalu, Haugen membocorkan dokumen internal Facebook (induk Instagram sebelum berubah nama menjadi "Meta"). Dokumen itu memuat hasil riset internal terkait pengaruh Instagram terhadap pengguna muda.
Berdasarkan riset itu, Facebook/Instagram dituduh mengetahui bahwa Instagram memiliki dampak buruk dan berbahaya (toxic) terhadap remaja, khususnya anak gadis yang sering membanding-bandingkan penampilan di media sosial itu.
Haugen menuduh, meski tahu dampak buruk yang dihasilkan oleh layanannya, Facebook memilih bersikap abai dan lebih memilih profit ketimbang keamanan penggunanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.