KOMPAS.com - Pendiri Twitter, Jack Dorsey, mengungkapkan penyesalannya terbesarnya, terkait perusahaan yang ia dirikan. Melalui sebuah kicauan di Twitter, Dorsey mengatakan bahwa ia menyesal menjadikan Twitter sebagai perusahaan.
Penyesalan itu ia lontarkan dalam kicauan balasan untuk pengguna lain yang bertanya padanya. Pengguna dengan handle @ruudii2 bertanya kepada Dorsey apa tujuannya membuat Twitter dan apakah Twitter sudah seperti yang ia inginkan.
Dorsey melalui akun Twitter pribadinya dengan handle @Jack lantas menjawab bahwa ia menyesal menjadikan Twitter sebagai sebuah perusahaan.
"Masalah terbesar dan penyesalan terbesar saya adalah menjadikannya (Twitter) sebuah perusahaan," tulis Dorsey.
Baca juga: Mengenal Fitur Komunitas yang Tengah Ramai di Twitter, Mirip Grup Facebook
The biggest issue and my biggest regret is that it became a company.
— jack (@jack) August 25, 2022
Mantan CEO Twitter juga ditanya terkait seperti apa operasional Twitter yang dia inginkan. Dorsey lantas menjawab bahwa Twitter seharusnya menjadi "protokol" dan tidak boleh dimiliki oleh negara atau perusahaan lain.
Yang dimaksud protokol adalah bahwa Twitter menjadi semacam patokan yang tidak dikelola oleh satu entitas.
Praktik ini seperti e-mail yang dapat digunakan siapa saja, terlepas dari penyedia layanan emailnya yang berbeda, sehingga siapa pun dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan e-mail.
Saat ini sendiri Twitter masih bergelut dengan kesepakatan akuisisi bersama CEO SpaceX, Elon Musk. Pria terkaya di dunia itu awalnya berencana mengakuisisi Twitter senilai 44 miliar dollar AS atau setara Rp 651 triliun.
Bila akuisisi itu dirampungkan sesuai kesepakatan, maka Jack Dorsey akan menerima komisi 978 juta dollar AS (Rp 14,4 triliun), sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Reuters, Sabtu (27/8/2022).
Setelah 16 tahun berkecimpung di perusahaan, Jack Dorsey resmi hengkang dari kursi dewan direksi Twitter per Rabu (25/5/2022). Pengunduran diri Dorsey bertepatan dengan diadakannya pertemuan bersama jajaran pemegang saham perusahaan.
Baca juga: Twitter Umumkan Fitur Podcast, Akan Hadir di Spaces Versi Baru
Keputusan ini sebenarnya sudah direncanakan Dorsey sejak ia melepas jabatannya sebagai CEO Twitter pada November 2021.
Dorsey mengaku saat itu ia berencana terus menjadi bagian dari dewan Twitter, hingga sesi rapat pemegang saham dilangsungkan.
Setelah meninggalkan Twitter, pria berusia 45 tahun itu mengaku ingin memusatkan fokusnya dalam mengembangkan Block, sebuah platform keuangan yang sebelumnya juga dikenal dengan nama Square.
Dorsey bahkan menolak untuk kembali menjabat sebagai CEO Twitter, terutama setelah terjadinya upaya akuisisi oleh Elon Musk.
"Setelah hampir 16 tahun memegang peran di perusahaan kami, saya memutuskan bahwa sekarang adalah saatnya bagi saya untuk pergi. Saya telah memutuskan untuk meninggalkan Twitter karena saya percaya perusahaan siap untuk bergerak maju dari para pendirinya," ujar Dorsey.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.