Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Kominfo Akan Lelang Frekuensi ex-IOH

Kompas.com - 29/08/2022, 14:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kementerian Kominfo akan melelang spektrum frekuensi selebar 5 GHz di rentang 2,1 GHz (2100 MHz) FDD (frequency division duplexing) yang akan kosong pada 3 Januari 2023. Frekuensi yang terletak di 1975 – 1980 MHz berpasangan dengan 2165 – 2170 MHz itu diserahkan pemilik semula, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) sebagai bagian dari proses merger Indosat dan Hutchison Tri (3) beberapa waktu lalu.

Merger keduanya membuat mereka memiliki spektrum frekuensi selebar 142,5 MHz, yang terdiri dari 92,5 MHz milik Indosat dan 50 MHz milik Hutchison Tri Indonesia (3). Angka ini dianggap terlalu lebar hanya untuk melayani 94 juta pelanggan gabungan, sehingga pemerintah mewajibkan IOH mengembalikan 10 MHz (2X5Mhz) di spektrum 2100 MHz untuk dilelang.

Sebagai perbandingan, pemilikan frekuensi operator saat ini paling banyak Telkomsel dengan 147,5 MHz termasuk 50 MHz TDD (time division duplexing) di spektrum 2300 MHz, IOH 132 MHz, XL Axiata 90 MHz, dan Smartfren 62 MHz. Pita selebar 2 X 7,5 MHz di spektrum 450 MHz semula milik Sampurna Telekomunikasi Indonesia sudah dicabut pemerintah karena operator menunggak bayar BHP (biaya hak penggunaan) frekuensi.

Semua operator berniat ikut lelang untuk mendapatkan 2X5 MHz di spektrum 2100 MHz itu, bahkan juga Smartfren yang tidak memiliki frekuensi FDD. Kata Dirut Smartfren, Merza Fachys, “Kita masih ngitung-ngitung cost & benefitnya antara ikutan dan tidak. Mudah2-an bagus hasilnya jadi bisa ikutan.”

Sementara Dirut PT Telkomsel, Hendri Mulya Syam menegaskan, “Kita akan ikutan.” Berapa kira-kira harga lelang 5 MHz (2X) itu? Menurut Hendri, “Kita punya harga referensi yang lama.” Berapa? “Engga ingat”, katanya.

Merza Fahys berharap harganya tidak terlalu mahal. “Kalau lihat hasil lelang terakhir yang jangan lebih, berkisar antara Rp 450 – 500 miliar”.

Sementara catatan hasil lelang spektrum frekuensi 2100 MHz per blok selebar 5 MHz (X2) yang dimenangkan Indosat dan Tri, masing-masing membayar Rp 423,084 miliar pada Oktober 2017. Hanya dua blok tersedia sehingga XL Axiata yang juga ikut lelang tidak menang.

Tahun berat

Lelang frekuensi dilakukan untuk membuka kesempatan Kementerian Komunikasi dan Informatika (kominfo) mendapat PNBP, penerimaan negara bukan pajak. Selain dari jualan frekuensi, PNBP Kominfo juga didapat dari BHP dan pungutan resmi lainnya.

Tahun ini dan tahun depan akan merupakan tahun cukup berat bagi operator seluler yang mau tidak mau harus membeli spektrum untuk modal utama prasarana kerja mereka. Kominfo sedang ancang-ancang untuk melelang sekitar 90-an MHz di spektrum 700 MHz bekas televisi siaran analog yang mengikuti program ASO (analog switch off) yang dipindah ke layanan digital yang hemat frekuensi.

Tahun depan, 2023 juga, pemerintah akan melelang masing-masing pita selebar 1.000 MHz di rentang 26 GHz (26000 MHz) dan 35 GHz yang dibutuhkan operator untuk menggelar layanan generasi kelima (5G). Besaran harga lelang di spektrum ini tampaknya tidak akan mengikuti harga lelang 5 MHz di 2100 MHz, karena berbagai pertimbangan, antara lain tiap operator butuh lebih dari 100 MHz untuk layanan 5G, selain biaya penggelaran 5G juga lebih mahal.

Di sisi lain, disebut FDD karena penggunaan frekuensi yang berbeda antara pengiriman (transmitter) dan penerimaan (receiver), sehingga komunikasi dua arah bisa berlaku bersamaan. Sementara teknologi TDD, pengiriman dan penerimaan dilakukan bergantian dengan menggunakan satu lebar frekuensi yang sama, dengan jeda yang sangat singkat yang membuatnya lebih hemat spektrum.

Dari dua kali lelang frekuensi 2300 MHz TDD, lelang yang dimenangkan Telkomsel untuk pita selebar 30 MHz merupakan yang terbesar, mencapai Rp 1,05 triliun. Telkomsel berkeras untuk memenangi lelang karena TDD berkapasitas besar antara lain dengan sistem penggunaan kembali frekuensi (re use) dengan jarak antara-BTS yang pendek, juga karena TDD hemat frekuensi.

Dari sejumlah lebar pita frekuensi yang digunakan di Indonesia, hampir semua berteknologi FDD, yaitu 450 MHz, 850 MHz, 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHz, sementara spektrum yang dimiliki Smartfren dan juga Telkomsel, 2300 MHz, menggunakan TDD. Telkomsel dan Smartfren memanfaatkan TDD untuk memberi pengalaman layanan internet lebih cepat kepada pelanggan mereka. *

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com