Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Menata Jalan Menjadi Operator Telekomunikasi Modern

Kompas.com - 07/09/2022, 10:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dari ekosistem digital industri telekomunikasi yang melibatkan OTT, payment system, content creator, hingga developer, operator adalah pihak yang paling minim keuntungannya.

Penyedia konektivitas lalu lintas data itu tidak mampu mengembalikan pendapatan yang hilang dari sektor voice dan SMS, yang sebelumnya jadi pemasok pendapatan terbesar. Bahkan hampir seluruh fitur yang tadinya merupakan bagian dari layanan voice dan SMS (seperti telefoni, emoticon) diambil alih OTT.

Perpindahan pola berkomunikasi ke messenger yang kini menghadirkan voice call dan video call, merontokkan berbagai bisnis operator.

Hampir tidak mungkin bertahan dengan skema usang, yang semata-mata mengandalkan pendapatan voice dan SMS lewat cara banting-bantingan tarif.

Cara ini sulit menaikkan ARPU (average revenue per user – pendapatan rata-rata dari tiap pengguna), beda dengan jika mengembangkan layanan digital yang punya potensi meningkatkan ARPU. Namun, ARPU yang diraih masih minim, bertaburannya OTT membuatnya harus dibagi-bagi dengan pihak ketiga.

Itu dialami sebagian besar operator India yang pendapatannya terancam Netflix, Google, Skype, Zoom dan lainnya, dan operator yang layanannya masih konvensional perlahan tumbang, pendapatan hilang signifikan.

Operator seluler sudah mencoba beradaptasi walau berjangka pendek, tetapi di masa adaptasi justru kembali menawarkan tarif-tarif hemat paket data, buntutnya perang tarif.

Kembalikan pendapatan

Kondisi iklim bisnis telekomunikasi yang sebelas-duabelas dengan di Indonesia mendorong operator membangun dua strategi, bekerja sama dengan OTT berprinsip win-win solution.
Atau membangun sendiri layanan seperti yang dilakukan OTT demi memperpanjang napas.

Belakangan Bharti Airtel, operator kedua India, memelopori berbagai aplikasi dan konsisten di sektor game, musik dan film. Sementara Jio yang terbesar, sudah merilis aplikasi serupa WhatsApp, Google Drive, iTunes, Apple Wallet yang disesuaikan dengan kebiasaan konsumennya.

Data kedua operator, 65 persen bisnis berasal dari basis pelanggan (costumer base), modal jurus membangun layanan seperti OTT yang dipercaya akan mengembalikan pendapatan yang menukik.

Peluncuran aplikasi ala OTT yang diawali riset membantu operator meningkatkan loyalitas saat pelanggan mendapatkan paket keseluruhan, selain terciptanya beragam diferensiasi yang memikat calon pelanggan.

Mengelola aplikasi sendiri bahkan mungkin menjaring pelanggan operator lain seperti aplikasi Wynk Music di India yang dirilis Bharti Airtel, dua pertiga penggunanya hasil “membajak” operator pesaing.

Strategi serupa berlaku di Indonesia, meskipun belum seluruh operator melakukan karena sebagian masih berkutat mengurus finansialnya.

Indico, anak perusahaan operator, berperan jadi “dapur” untuk mengakselerasi tumbuhnya produk digital operator induknya.

Sejak berdiri, Indico menjadi holding company bagi tiga kategori bisnis digital, edutech (aplikasi Kuncie), healthtech (aplikasi Fita) dan joint venture mobile game (Majamojo).

Mereka memunculkan dua game Memories: My Story, My Choice (bekerja sama dengan publisher game Bandung, Agate Studio) dan Boxing Star: KO Master.

Mengerti selera

Potensi game versi lokal cukup tinggi, Game Memories: My Story, My Choice diunduh lebih dari sejuta kali.

Ukuran pasar game di Indonesia, menurut Shieny Aprilia, CEO Agate Studio, pada 2020 saja mencapai 1,6 miliar dolar AS.

Berjumlah jutaan gamer, masih terhitung kecil bila dibandingkan dengan Korea yang mencapai 14,4 miliar dolar AS, apalagi China 43 miliar dolar AS.

Operator telko motor mutlak lajunya industri game lokal. Bermodal customer base-nya, mereka dapat melakukan penetrasi lebih luas, faktor vital dalam proses bisnis di industri mobile game.

Kata Shieny penetrasi game lokal di pasar Tanah Air masih teramat kecil, baru 0,4 persen. Namun, “Potensinya cukup tinggi karena developer lokal bisa lebih mengerti selera pemain Indonesia dan mengerti jalur distribusi maupun promosi game,” ujarnya.

Kolaborasi operator dengan publisher game membuka wacana baru mengusung semangat membangkitkan spirit game lokal, seperti di India, pelanggan operator lain potensial menjadi pengguna game-game lokal.

Ukuran pasar mobile game, menurut laporan PwC, juga masih akan berkembang yang secara global pada 2026 mencapai 336 miliar dolar, jauh lebih besar dibanding industri streaming video.

Sektor e-health punya potensi meledak yang menurut Statista, pada 2023 di Indonesia saja bisa meraih pendapatan 42 juta dolar, berpotensi bertambah 5 juta dolar saban tahun.

Dari data Fita, 90 juta lebih penduduk Indonesia punya masalah berat badan, yang pada 2030 sebanyak 11 juta di antaranya penderita diabetes.

Kabar baiknya, 70 juta penduduk Indonesia tertarik mengubah gaya hidup lebih sehat, kesempatan bagi Fita yang sudah diunduh dua juta lebih pengguna dalam mendorong gaya hidup sehat.

Pendapatan subkategori e-health apps memang paling kecil dibanding subkategori farmasi online, konsultasi dokter online dan perangkat e-health, tetapi secara keseluruhan revenuenya di Indonesia mendaki terus.

Libatkan agen dan pengecer

Sektor lain yang melonjak penggunaannya didorong pandemi Covid-19 adalah edutech atau edtech. Riset Google bersama Temasek and Bain & Company menyebutkan terjadinya ledakan 3 kali lipat lebih di sektor edutech, khususnya pada 2020.

Penggunanya tahun itu sudah 20 juta dan setahun diprediksi tumbuh sekitar 8 persen.

Menurut McKinsey & Company, tambahan 10 juta pekerja dengan gelar lanjutan
dan keterampilan baru, dibutuhkan di Indonesia pada 2030.

Berbagai jenis pekerjaan yang butuh peningkatan keterampilan dan kemampuan terutama bagi masyarakat siap kerja, menjadi potensi bagus di antara jenis aplikasi pendidikan.

Aplikasi yang mewadahi interaksi antara praktisi, pakar dan masyarakat pencari ilmu adalah “sekolah” praktis yang diburu.

Seperti pada aplikasi Kuncie, platform upskilling bagi pencari ilmu dan pengetahuan khusus dengan segmen pekerja maupun mahasiswa, juga datang tepat waktu.

Hadir saat yang pas penting, tetapi hadir di tengah konsumen tidak datang tiba-tiba, tidak cukup hanya mengandalkan asumsi dan intuisi.

Operator perlu kekuatan riset yang dapat mengidentifikasi potensi-potensi bisnis dari aset dan kapabilitasnya.

Misalnya, aset pada relasi distribusi yang selama ini sudah terjalin baik – para agen dan pengecer – jadi garda depan penjualan produk fisik dan pulsa.

Kluster ini potensial, dan digital platform yang dikembangkan operator telko dapat memberi bermanfaat bagi jutaan rekanan.

Operator-operator pintar seluruh dunia sedang melakukan upaya strategis membangun bisnis baru, orientasinya tak hanya membidik pelanggan, juga mitra lain yang berpotensi jadi bagian ekosistem digital.

Operator seperti ini sejatinya sedang menciptakan pundi-pundi baru, yang tidak mau tersisih disrupsi. Enggan terus-menerus bermain untuk sekadar bertahan, mereka berusaha menjadi operator modern. *

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Huawei Pura 70 Ultra Meluncur, Lensa Kamera Bisa Keluar-Masuk

Huawei Pura 70 Ultra Meluncur, Lensa Kamera Bisa Keluar-Masuk

Gadget
Huawei Pura 70, 70 Pro, dan 70 Pro Plus Meluncur, Debut Smartphone Pura Series

Huawei Pura 70, 70 Pro, dan 70 Pro Plus Meluncur, Debut Smartphone Pura Series

Gadget
Penampakan HP Non-Nokia Pertama dari HMD Global, Ada Dua Versi

Penampakan HP Non-Nokia Pertama dari HMD Global, Ada Dua Versi

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Samsung Perkenalkan Memori LPDDR5X Terkencang untuk Ponsel dan AI

Samsung Perkenalkan Memori LPDDR5X Terkencang untuk Ponsel dan AI

Hardware
Penerbit 'GTA 6' PHK 600 Karyawan dan Batalkan Proyek Rp 2,2 Triliun

Penerbit "GTA 6" PHK 600 Karyawan dan Batalkan Proyek Rp 2,2 Triliun

Game
TikTok Notes, Aplikasi Pesaing Instagram Meluncur di Dua Negara

TikTok Notes, Aplikasi Pesaing Instagram Meluncur di Dua Negara

Software
HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

Gadget
Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat 'Ngetwit'

Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat "Ngetwit"

Software
Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

e-Business
8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

e-Business
Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com