Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Intel Asia Ungkap Masa Depan dan Tantangan Komputasi Kuantum

Kompas.com - 11/09/2022, 19:15 WIB
Yudha Pratomo

Editor

KOMPAS.com - Komputer kuantum telah mendapat perhatian sejak beberapa dekade lalu. Komputer kuantum disebut-sebut berpotensi besar dan pada 2026 mendatang pasar komputer kuantum diramalkan akan semakin berkembang.

Secara teori, komputer kuantum sendiri dapat bekerja lebih cepat dari superkomputer. Selain itu, komputer kuantum dapat mengolah data dalam jumlah yang lebih besar, apalagi jika dibandingkan dengan komputer konvensional.

Komputer kuantum sendiri berbeda dengan superkomputer dan komputer konvensional.

Jika superkomputer menggunakan bit biner (0 dan 1) sebagai informasi dasar untuk komputasi, komputer kuantum beroperasi berdasarkan prinsip fisika kuantum dan informasi dasarnya bergantung pada but kuantum atau qubit.

Baca juga: Mengenal Condor Cluster, Superkomputer yang Dirancang dari 1.760 PlayStation 3

Sebagai contoh, komputer konvensional akan memerlukan waktu sekitar 300 triliun tahun untuk memecahkan algoritma enkripsi 2.048-bit RSA saat ini. Sedangkan sebuah komputer kuantum 4.099-qubit hanya memerlukan waktu 10 detik untuk memecahkan ekripsi tersebut.

Indonesia pun sudah mulai memperhatikan penelitian terkait komputer dan komputasi kuantum melalui riset yang dilakukan sejumlah universitas dalam negeri.

Tantangan komputasi kuantum di masa depan

Managing Director Asia Pasific Territority sekaligus VP Sales Marketing & Communications Group Intel, Alexis Crowell, mengungkapan bahwa komputer atau komputasi kuantum memiliki tantangan yang besar untuk komersialisasi.

Alexis mengatakan bahwa dibutuhkan lebih dari satu juta qubit berkualitas tinggi untuk mengkomersialkan komputasi kuantum.

Pada level ini, komputer kuantum dapat dikatakan layak komersial karena dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata yang relevan.

Managing Director Asia Pasific Territority sekaligus VP Sales Marketing & Communications Group Intel, Alexis Crowell,Dok. Intel Managing Director Asia Pasific Territority sekaligus VP Sales Marketing & Communications Group Intel, Alexis Crowell,

"Tantangannya terletak pada kenyataan bahwa qubit sangat rapuh. Mereka memiliki masa hidup yang sangat singkat (dalam hitungan mikrodetik), dan 'noise' terkecil seperti gangguan eksternal dari medan magnet dan variasi suhu dapat menyebabkan hilangnya informasi," kata Alexis.

Alexis melanjutkan, setidaknya ada tiga hal penting yang harus ditangani untuk memajukan pengembangan sistem komputasi kuantum yang kompetitif.

Pertama adalah mengelola qubits dalam temperatur yang lebih tinggi dengan spin qubits.

Sifat qubits yang rapuh mengharuskan mereka beroperasi pada suhu yang sangat dingin, sekitar -273 derajat celcius.

Baca juga: Perbedaan Komponen Hardware, Software, dan Brainware dalam Komputer

Untuk mewujudkan produksi chip kuantum dalam skala besar, Intel sendiri menurut Alexis bekerja sama dengan QuTech, yang menghasilkan teknologi proses spin qubit silikon yang memungkinkan pembuatan lebih dari 10.000 array dengan beberapa spin qubit silikon pada satu wafer dengan yield lebih dari 95 persen.

Spin qubit mirip dengan transistor dan dibangun dengan teknologi 300mm dalam proses fabrikasi yang sama dengan chip semiconductor (CMOS) Intel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com