Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasuna Said Jadi Google Doodle Hari Ini, Wanita Minang Pejuang Kemerdekaan

Kompas.com - 14/09/2022, 07:16 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Dari Haji Rasul, Rasuna banyak belajar tentang perjuangan dan perlawanan. Pemikirannya pun semakin terbuka.

Baca juga: Mengenal Siti Latifah Herawati Diah yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Masuk politik dan memulai perjuangan

Perjalanan politik dan perjuangan Rasuna Said dimulai pada 1926. Saat itu, Rasuna berkecimpung di organisasi Sarekat Rakyat (SR) sebagai sekretaris cabang Maninjau.

Lalu pada 1930, Rasuna juga bergabung dalam Soematra Thawalib dan turut mendirikan Persatuan Muslimin (Permi) di Bukittingi. Karena kecakapannya dalam berpidato dan berdebat, Rasuna ditunjuk untuk memberikan kursus bagi anggota Permi.

Rosihan Anwar dalam buku "Sejarah Kecil Petite Historie Indonesia", menuliskan bahwa Rasuna dijuluki sebagai Singa Minangkabau karena kepiawaiannya berpidato.

Isi pidatonya disebut "galak", sehingga membuat Belanda khawatir akan ketentraman umum di Sumatera Barat, tanah kelahiran Rasuna.

Pada 1935, Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, Raya. Dia dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Majalah Raya dikenal radikal, bahkan menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat.

Baca juga: Mengenal Siti Latifah Herawati Diah yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Selain berpolitik, Rasuna juga berkecimpung di dunia pendidikan, terutama pendirian sekolah. Dia disebut aktif mendirikan Sekolah Thawalib kelas rendah, Sekolah Thawalib Putri, kursus pemberantasan buta huruf, dan kursus putri di Bukittingi.

Tahun 1937, Rasuna juga mendirikan lembaga pendidikan khusus perempuan bernama Perguruan Putri di Medan, Sumatera Utara.

Karena keberaniannya dan pemikirannya yang progresif, Rasuna pernah dijatuhi hukum "speek delict" oleh kolonial Belanda. Dia menjadi perempuan pertama yang dikenai hukuman tersebut karena berbicara menentang Belanda.

Tahun 1932 Rasuna sempat ditangkap Belanda bersama teman seperjuangannya, Rasimah Ismail. Mereka dipenjara di Semarang, Jawa Tengah. Setelah bebas, Rasuna sempat meneruskan pendidikannya di Islamic College.

Baca juga: Rayakan Hari Perempuan Internasional, Google Doodle Dihiasi Wajah Wanita Dunia

Kisah pasca-kemerdekaan

Perjuangan Rasuna berlanjut di era pasca-kemerdekaan Indonesia. Dia banyak terlibat dalam berbagai organisasi.

Misalnya, Rasuna terlibat dalam Panitia Pembentukan Dewan Perwakilan Nagari yang pada 1946 melahirkan Dewan Perwakilan Sumatera. Dia juga bergabung dengan Komite Nasional Indonesia Daerah Sumatera Barat (KNID-SB).

Tahun 1949, Rasuna berhasil duduk di kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Serikat (RIS). Pasca-pembubaran RIS, dia terpilih sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.

Tak sampai di situ, Rasuna juga tampil menjadi orang penting di era Pemerintahan Presiden Seokarno. Karier politik Rasuna kian moncer ketika Bapak Proklamator Indonesia menunjuknya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Rasuna dipercaya menjadi penasihat pemerintah.

Baca juga: Hari Guru Jadi Google Doodle, Ini Sejarah 25 November Jadi Hari Guru Nasional

Di tengah kesibukannya itu, Rasuna masih aktif dalam organisasi Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) sebagai salah satu pimpinan.

Diberi gelar pahlawan nasional

Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai akhir hidupnya.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said wafat pada 2 November 1965 di Jakarta akibat sakit kanker darah.

Atas jasanya, Presiden Soeharto menerbitkan surat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 084/TK/Tahun 1974 dan menobatkan Rasuna sebagai Pahlawan Nasional pada 13 Desember 1974.

Selain diberikan gelar pahlawan nasional, nama Rasuna Said juga dijadikan sebagai nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, serta di daerah asalnya, Padang, Sumatera Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com