Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Kembangkan Teknologi Buka Kunci Ponsel Pakai Napas

Kompas.com - 30/09/2022, 09:03 WIB
Lely Maulida,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber GizChina

KOMPAS.com - Sejumlah vendor smartphone menawarkan beragam metode untuk membuka kunci perangkat, mulai dari pemindai sidik jari, pengenal wajah, kata sansi dan lain sebagainya.

Namun, beberapa metode tersebut memiliki kelemahan, termasuk pengenal wajah yang bisa dimanipulasi menggunakan topeng.

Dengan demikian, masih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keamanan ponsel.

Nah, belum lama ini para peneliti di Universitas Kyushu dan Universitas Tokyo, Jepang, mengembangkan metode baru untuk membuka kunci smartphone.

Alih-alih menggunakan tubuh manusia, seperti mata, wajah, atau sidik jari, para peneliti ini justru memakai napas untuk membuka kunci ponsel.

Baca juga: Login WhatsApp Web Harus Scan Wajah atau Sidik Jari, Amankah?

Metode ini menggunakan konsep yang disebut "hidung elektronik". Konsep ini melibatkan sistem sensor penciuman untuk menganalisis bau di udara dan mengidentifikasi komponen bau tersebut.

Dalam industri makanan, konsep ini biasanya digunakan untuk mendeteksi makanan sisa dan menganalisis apakah rasanya enak.

Napas setiap manusia punya ciri khas

Menurut temuan para peneliti, komposisi napas yang diembuskan manusia ternyata sangat kompleks. Bahkan ketika orang makan, komponen napasnya akan berubah. Kendati begitu, berdasarkan penelitian, napas setiap orang memiliki ciri khas yang unik.

Oleh karena itu, para peneliti menilai bahwa napas yang diembuskan manusia bisa dimanfaatkan untuk mengidentifikasi beberapa penyakit termasuk diabetes, atau otentikasi biometrik.

"Bau manusia muncul sebagai kategori baru otentikasi biometrik, yang pada dasarnya menggunakan komposisi kimia unik Anda untuk mengonfirmasi siapa Anda," kata Chaiyanut Jirayupat, penulis utama studi, dikutip KompasTekno dari Scienceblog, Jumat (30/9/2022).

Sebagai bagian dari cara self healing, luangkanlah waktu untuk fokus pada bagian-bagian tubuh berbeda dan apa yang kita rasakan.PEXELS/ALEXANDR PODVALNY Sebagai bagian dari cara self healing, luangkanlah waktu untuk fokus pada bagian-bagian tubuh berbeda dan apa yang kita rasakan.
Peneliti menemukan ada setidaknya 28 senyawa dalam setiap embusan napas. Adapun sensor bau yang digunakan pada penelitian ini memiliki 16 saluran dan setiap salurannya digunakan untuk mengidentifikasi beberapa bau.

Data dari sensor itu kemudian diteruskan ke machine learning untuk dianalisis komposisi kimia dari napas setiap orang. Sehingga dapat menyusun profil yang akan dipakai untuk membedakan setiap individu.

Baca juga: Aplikasi Nafas Ukur Kualitas Udara Jabodetabek Real-Time

Tingkat akurasi pengenal napas ini diklaim mencapai 97,8 persen. Angka ini cukup mendekati tingkat akurasi sistem pemindai sidik jari maupun pengenal wajah.

Dihimpun KompasTekno dari Gizchina, pengenal wajah memiliki tingkat akurasi sampai 99,97 persen, sementara pemindai sidik jari tingkat akurasinya 98,6 persen.

Meski tingkat akurasinya di atas 90 persen, skala penelitian ini masih terbilang kecil, dengan total sampel dari 20 orang. Dengan demikian, studi ini masih perlu dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut sebelum diterapkan ke smartphone.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber GizChina
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com