Penipuan ini tidak hanya sangat terorganisir tetapi juga sistematis. Berikut KompasTekno rangkumkan cara penipu biasanya melakukan Pig Butchering, sebagaimana dihimpun dari ProPublika, Kamis (6/10/2022).
Penipu dengan skema Pig Butchering paling sering memulai aksinya dengan membuat identitas online palsu.
Biasanya, mereka membangun persona sebagai orang dengan hidup glamor dan memiliki banyak foto yang memikat.
Begitu memiliki profil online palsu, penipu mulai mengirim pesan ke orang-orang di situs kencan atau jejaring sosial.
Biasanya penipu mungkin menggunakan WhatsApp atau layanan perpesanan lain dan berpura-pura menemukan "nomor yang salah" saat mereka menghubungi target.
Langkah selanjutnya adalah memulai percakapan dengan calon korban untuk mendapatkan kepercayaan mereka.
Para penipu ini sering memulai obrolan yang ramah tentang kehidupan, keluarga, dan pekerjaan. Tujuan adalah mengumpulkan informasi tentang kehidupan target yang nantinya dapat digunakan untuk memanipulasi target.
Penipu biasanya akan mengarang detail tentang kehidupan mereka sehingga membuat "nasib" mereka tampak mirip dengan korban. Biasanya, orang bakal lebih dekat dengan seseorang yang dirasa "senasib" dengannya.
Selanjutnya, scammer alias penipu bakal mendiskusikan soal investasi kripto. Penipu akan membuat klaim tentang keberhasilan investasi kripto mereka sendiri. Misalnya dengan membagikan tangkapan layar dari akun investasi kripto dengan angka yang fantastis kepada target.
Penipu akan meyakinkan target untuk membuka akun investasi di platform yang sama dengan penipu. Tentunya platform platform pertukaran atau pasar cryptocurrency palsu dan sudah disiapkan penipu untuk melancarkan aksinya.
Setelah berhasil dibujuk untuk investasi kripto, korban bakal dibuat percaya seolah-olah investasinya itu mendatangkan keuntungan.
Caranya, korban bakal mengunjungi platform investasi palsu tersebut dan melihat bahwa investasinya telah mendatangkan keuntungan besar.
Pada satu titik, korban bakal ingin menarik investasinya. Penipu akan membiarkan korban menarik investasinya sekali atau dua kali untuk meyakinkan korban bahwa investasi sah, dapat dipercaya, dan dapat ditarik kapan saja.
Setelah percaya, korban dibujuk untuk menginvestasikan uang lebih banyak lagi lewat platform itu dan menahan uangnya sampai keuntungan lebih besar lagi.
Penipu bakal mengeksploitasi emosional korban dan memberikanjaminan bahwa investasi tersebut bebas risiko. Sehingga mendorong target untuk untuk mengambil pinjaman, melikuidasi tabungan pensiun, bahkan menggadaikan rumah.
Baca juga: Kim Kardashian Didenda Rp 19 Miliar gara-gara Iklan Kripto di Instagram