Para penipu ini sering memulai obrolan yang ramah tentang kehidupan, keluarga, dan pekerjaan.
Tujuan adalah mengumpulkan informasi tentang kehidupan target yang nantinya dapat digunakan untuk memanipulasi target.
Penipu biasanya akan mengarang detail tentang kehidupan mereka sehingga membuat "nasib" mereka tampak mirip dengan korban. Biasanya, orang bakal lebih dekat dengan seseorang yang dirasa "senasib" dengannya.
Selanjutnya, scammer alias penipu bakal mendiskusikan soal investasi kripto. Penipu akan membuat klaim tentang keberhasilan investasi kripto mereka sendiri.
Misalnya dengan membagikan tangkapan layar dari akun investasi kripto dengan angka yang fantastis kepada target.
Penipu akan meyakinkan target untuk membuka akun investasi di platform yang sama dengan penipu.
Tentunya platform platform pertukaran atau pasar cryptocurrency palsu dan sudah disiapkan penipu untuk melancarkan aksinya.
Setelah berhasil dibujuk untuk investasi kripto, korban bakal dibuat percaya seolah-olah investasinya itu mendatangkan keuntungan.
Caranya, korban bakal mengunjungi platform investasi palsu tersebut dan melihat bahwa investasinya telah mendatangkan keuntungan besar.
Pada satu titik, korban bakal ingin menarik investasinya. Penipu akan membiarkan korban menarik investasinya sekali atau dua kali untuk meyakinkan korban bahwa investasi sah, dapat dipercaya, dan dapat ditarik kapan saja.
Setelah percaya, korban dibujuk untuk menginvestasikan uang lebih banyak lagi lewat platform itu dan menahan uangnya sampai keuntungan lebih besar lagi.
Penipu bakal mengeksploitasi emosional korban dan memberikan jaminan bahwa investasi tersebut bebas risiko. Sehingga mendorong target untuk untuk mengambil pinjaman, melikuidasi tabungan pensiun, bahkan menggadaikan rumah.
Baca juga: Kim Kardashian Didenda Rp 19 Miliar gara-gara Iklan Kripto di Instagram
Begitu target mencapai batas dan menjadi tidak mau menyetor lebih banyak dana, penipu biasanya bakal memutus hubungan pertemanan, percintaan, hingga komunikasi dengan korban.
Sehingga korban tidak bisa meminta penarikan uang yang sudah diinvestasikannya. Atau skenario lainnya, investasi korban dibuat seolah-olah merugi besar sehingga seluruh uang yang diinvestasikan raib. Padahal, uang yang diinvestasikan korban sudah masuk ke rekening si penipu.
Penipu juga tak jarang memanipulasi korban dengan mengatakan bereka memiliki solusi potensial untuk kembali mendapatkan uang korban yang hilang.