Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Pig Butchering" di Indonesia, Berawal dari DM Instagram Berujung Rugi Rp 500-an Juta

Kompas.com - 11/10/2022, 13:00 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Penulis

KOMPAS.com - Seorang perempuan asal Pangalengan, Jawa Barat, berinisial AA (35) menjadi korban penipuan investasi kripto "pig butchering". Fenomena pig butchering scam adalah salah satu skema penipuan investasi kripto dengan mekanisme manipulasi sosial (social engineering) yang saat ini sedang marak dan menjadi sorotan biro investigasi federal AS (FBI).

Istilah pig butchering diambil untuk menggambarkan mekanisme penipuannya, di mana peternak akan menggemukkan babi sebelum disembelih agar menghasilkan daging yang banyak.

Nah, dalam kasus penipuan kripto, penipu digambarkan sebagai "peternak", sedangkan korban direpresentasikan sebagai "babi yang digemukkan" sebelum dieksekusi atau ditarik asetnya sebanyak mungkin.

Baca juga: Kisah AA, Korban Pig Butchering Asal Indonesia yang Rugi Rp 500-an Juta

Setelah ditarik asetnya, korban akan dibiarkan merana lantaran tidak bisa mendapatkan hasil investasi kripto, seperti yang dijanjikan.

Di masa "ternak" alias pendekatan, korban akan dicekoki dengan segala janji manis, seperti mendapatkan untung melimpah dari investasi kripto. Pelaku akan membujuk korban untuk berinvestasi di suatu platform kripto bodong.

Setelah korban berinvestasi cukup banyak, dan tujuan si penipu telah tercapai, investor akan "disembelih" dengan cara mengambil semua aset yang diinvestasikan. Korban pun tidak akan mendapat keuntungan apa pun dari investasi tersebut.

Berawal dari DM IG

Seperti itulah yang terjadi pada AA belum lama ini. Penipuan pig butchering yang dialaminya bermula dari pesan direct message Instagram (DM IG) dari akun yang mengaku sebagai orang Korea Selatan.

Akun tersebut membuat profil yang menunjukkan keglamoran dan gaya hidup mewah. AA pun merespons pesan tersebut, lalu komunikasi keduanya berlanjut ke platform WhatsApp.

Selama pendekatan, AA dan pelaku saling bertukar informasi kegiatan sehari-hari, usaha apa yang digeluti, dan informasi lain. Sebetulnya, AA sempat curiga lantaran akun yang mengaku orang Korea ini menutup kolom komentar di setiap unggahannya. Akun tersebut juga tidak pernah ditandai (tag) di unggahan orang lain, sebagaimana kebanyakan akun "normal".

Akan tetapi, kecurigaan itu sirna lantaran sikap pelaku yang ramah selama pendekatan dengan AA. AA semakin merasa yakin setelah melakukan video call dengan "si orang Korea" itu.

"Awalnya aku juga ragu, cuman aku lihat orangnya di Instagram sama dengan yang melakukan video call," kata AA ketika dihubungi KompasTekno beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kasus Pig Butchering, Penipuan Investasi Kripto yang Rugikan Korban Miliaran Rupiah

Setelah cukup dekat, pelaku juga membagikan kisah pilu yang pernah dialaminya, bagaimana dia melaluinya, hingga bisa meraup kesuksesan dengan berinvestasi kripto. Pada satu titik, pelaku mulai membujuk AA untuk berinvestasi kripto agar sesukses dirinya.

"Dia bilang, 'Mau enggak diajarin investasi kripto biar kamu bisa kayak aku?'. Siapa yang enggak mau, soalnya kalau lihat di Instagram-nya, orang Korea ini hedon (punya gaya hidup mewah)," cerita AA.

AA sempat menolak lantaran suaminya pernah merugi akibat berinvestasi kripto. Namun, pelaku tak gentar membujuk AA untuk membuka akun di platform investasi kripto bodong yang sudah dirancang sedemikian rupa.

"Coba deh, kamu buka dulu ini link bitmartch.net. Coba kamu tap  (ketuk) ini, tap ini, daftarin nomor KTP dan e-mail. Coba aja masukin 200 dollar AS," kata AA mengingat-ingat arahan dari pelaku yang masih terekam jelas di kepalanya.

"Aku tuh ngikutin aja maunya dia. Padahal, itu kondisinya sudah hampir tengah malam waktu itu," kata AA, menceritakan dirinya bak dihipnotis dan mengikuti semua arahan si orang Korea itu.

AA lantas menuruti kemauan pelaku dan memasukkan uang investasi senilai 200 dollar AS (sekitar Rp 3 juta) untuk kali pertama. Saat melakukan transfer, AA diarahkan untuk mengirim uang investasi ke CIMB Niaga atas nama orang Indonesia. Dia pun curiga karena platform itu seharusnya berskala internasional.

"Kata 'si orang Korea', rekening itu adalah perwakilan Bitmartch yang ada di Indonesia. Dan aku bodohnya ngikut aja gitu apa kata dia. Malam itu juga, aku top up 200 dollar AS, cuman sekitar Rp 3 jutaan waktu itu," kenang AA.

Baca juga: Pig Butchering, Modus Penipuan Investasi Kripto Mirip “Tinder Swindler di Netflix

Pelaku mengatakan, AA akan mendapatkan keuntungan 3-8 persen dari setiap transaksi. Walhasil, dia pun tergiur untuk berinvestasi lebih banyak lagi.

"Selama empat hari aku terus diajakin sama dia. Dari 200 dollar AS, total aset punya aku jadi 260 dollar-anlah. Dipikir-pikir di situ siapa sih yang enggak terbuai, cuman modal tap-tap doang, kan lumayan keuntungannya sambil diam (tanpa usaha berarti)," kata AA.

Setelah yakin investasinya membuahkan hasil, AA dipaksa untuk mencairkan sejumlah aset di bitmartch.net.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com