Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penipuan "Pig Butchering Scam" Mengintai di Internet, Begini Cara Menghindarinya

Kompas.com - 11/10/2022, 14:00 WIB
Lely Maulida,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pig Butchering, secara harfiah diartikan sebagai "potong babi". Namun, beda cerita di dunia maya. Pig Butchering adalah skema penipuan terencana yang menargetkan korban melalui rekayasa sosial.

Skema penipuan Pig Butchering memang seperti makna aslinya. Pig Butchering adalah metode yang berasal dari istilah para peternak babi. Peternak menggemukkan babi-babinya sebelum disembelih.

Dalam skema penipuan Pig Butchering, korban "digemukkan" terlebih dahulu dengan keuntungan. Setelah korban terbuai, kemudian ia "disembelih" atau dikuras hartanya.

Praktik penipuan dengan skema ini juga tengah menjadi perhatian dari Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI).

Penipuan dengan skema ini juga terjadi di Indonesia, menimpa seorang perempuan berinisial "AA" (35 tahun) asal Pangalengan, Jawa Tengah.

Baca juga: Kasus Pig Butchering, Penipuan Investasi Kripto yang Rugikan Korban Miliaran Rupiah

Ia menjadi korban Pig Butchering scam pada Agustus lalu. Peristiwa ini dialami AA setelah berkenalan dengan seseorang asal Korea Selatan di Instagram. 

Kisah penipuan AA yang tertipu hingga Rp 500-an juta bisa dibaca melalui tautan berikut ini.

Modus yang dilakukan pelaku penipuan adalah mengajak korban menginvestasikan uang ke platform kripto palsu.

Agar percaya, pelaku melakukan pendekatan kepada korban salah satunya dengan menampilkan citra gaya hidup yang meyakinkan. Pelaku juga melakukan pendekatan secara emosional, bahkan hingga menceritakan kisah sedih agar mendapat simpati korban.

Cara menghindari "pig butchering scam"

Sebagaimana kisah AA di atas, media sosial menjadi medium scammers dalam menjalankan aksinya.

Selain itu, praktik penipuan potong babi juga menggunakan situs dan sarana pendukung yang canggih, seperti platform investasi kripto, bursa saham kripto palsu hingga mata uang yang sukar dipahami orang awam.

Menurut pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, metode rekayasa sosial seperti digunakan dalam skema Pig Butchering sebenarnya sudah terjadi bahkan sebelum adanya internet.

Korban diiming-imingi dengan data palsu, sehingga mereka mudah percaya dan memberikan uang secara sukarela.

"Beberapa kasus yang banyak terjadi adalah penipu mengaku bekerja di offshore dengan penghasilan tinggi dan mencari korban yang lugu dan meminta korbannya melakukan transfer uang kepada adik/saudara penipu dengan janji akan digantikan atau seakan-akan memiliki hubungan romantis," kata Alfons dihubungi KompasTekno.

Ilustrasi Pig Butchering scam yang menargetkan investor kripto.Forbes/ Stephanie Jones Ilustrasi Pig Butchering scam yang menargetkan investor kripto.

"Setelah diberikan janji-janji bohong dan korban sudah cukup diperas, korban akan ditinggalkan begitu saja," imbuh Alfons.

Baca juga: Pig Butchering, Modus Penipuan Investasi Kripto Mirip “Tinder Swindler di Netflix

Seiring dengan penipuan yang kini marak terjadi di platfom digital, Alfons dan Alif Aulia Masfufah, Psikolog klinis dari Yayasan Cintai Diri Indonesia (Love Yourself Indonesia) membagikan sejumlah tips agar bisa mengenali dan menghindari penipuan Pig Butchering scam ini.

Jangan mudah percaya hal-hal di internet

Menurut Alfons, internet adalah dunia yang mudah direkayasa termasuk soal identitas pengguna, baik profil, foto dan informasi apapun. Untuk itu, ia menyarankan agar jangan percaya begitu saja dengan apapun yang tampil di media sosial.

Dalam hal investasi, Alfons menyarankan agar pengguna menggunakan platform yang disediakan oleh lembaga yang terpercaya.

Pasang mode waspada

Menurut Alif Aulia Masfufah, pengguna harus memasang mode waspada ketika berinteraksi di media sosial atau di dunia maya. Terutama ketika orang yang Anda kenal dari internet memberikan tawaran tertentu, termasuk investasi atau hubungan romantis

"Kalau itu berhubungan dengan beberapa kebutuhan dasar seperti uang, agama, makanan, romantis, emosional, itu tetap setting diri kita dalam mode waspada dan rasional," kata Aulia.

Kurangi idealisme

Aulia juga menyankan pengguna agar mengurangi idealismenya tentang hubungan, pasangan hingga kekayaan yang sempurna, seperti digambarkan di media sosial. Pasalnya hal-hal tersebut seringkali tidak logis dan patut dicurigai.

Seain itu, Aulia juga menyarankan agar pengguna tidak percaya dengan proses singkat, termasuk mendapat pundi uang cepat.

Bila Anda termasuk salah seorang yang memiliki kepercayaan tersebut, maka kepribadian itu mmenurut Aulia harus dihilangkan karena berpotensi menjadi target para scammer.

Baca juga: Apa Itu Pig Butchering Scam, Modus Baru Penipuan Kripto yang Disorot FBI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com