Gelaran FO di Indonesia sudah sepanjang 460.000 kilometer, termasuk puluhan ribu kilometer Palapa Ring yang digelar di bawah laut yang akan menghubungkan pusat data dengan sistem data di tempat pelanggan.
Dari ratusan ribu panjang FO yang sudah digelar, belum banyak yang mampu menjamah kawasan 3T.
Data IDPro (Asosiasi Penyedia Jasa Data Center) menyebutkan, kebutuhan data center kita sangatlah besar. Namun tahun 2021, kapasitas data center Indonesia baru mencapai 65 MW. Baru pada akhir tahun ini diperkirakan menjadi 115 MW.
Indonesia tertinggal jauh dalam bisnis pusat data dari negara-negara tetangga. Singapura yang penduduknya tak sampai 5 juta punya pusat data berkapasitas 600 MW dan 70 persen penyewanya perusahaan Indonesia yang diperkirakan “memakan” 400-an MW di antaranya.
Keadaan ini ikut merangsang konglomerat tajir Indonesia membangun pusat data. Mereka akan membujuk para penyewa Singapura untuk pulang, yang secara sepintas tampaknya mudah.
Apalagi jumlah pusat data sudah makin banyak sehingga persaingan antar-pusat data makin tajam yang membuat harga sewa makin murah.
Batam dan Cikarang, Bekasi, saat ini menjadi sasaran investor untuk membangun pusat data baru, karena konektivitasnya cukup handal.
Dari sejumlah investor, PT MettaDC Teknologi termasuk yang baru saja membuka pusat data di kawasan Jababeka berkapasitas 30 MW menelan biaya 200 juta dollar AS atau sekitar Rp 3 triliun.
Mengikuti kebutuhan dan keinginan calon penyewa, MettaDC membangun dengan kualifikasi tier 4. Mereka mempekerjakan pegawai hanya sebanyak 20 orang di luar satpam.
Data center lokal bagi penyewa domestik diyakini memberi banyak kemudahan, antara lain biaya yang lebih efisien dibanding Singapura.
Namun Singapura yang sudah keburu membangun 600 MW dan berpotensi kehilangan pelanggan untuk 400-an MW pastinya tidak akan tinggal diam.
Di sisi lain lagi, pertumbuhan kapasitas pusat data yang sekitar 11 persen hingga 13 persen setahun bukan jaminan bahwa semua yang terbangun akan mendapat pelanggan.
Terutama pelanggan pindahan, yang kemungkinan akan minta persyaratan khusus, layanan tier 4 tetapi tarif tier 2, setidaknya tier 3, yang lebih murah.
Di tengah kegairahan pemodal membangun pusat data karena bayangan modal yang cepat kembali, saat ini banyak pusat data yang sudah berdiri tetapi masih tetap kosong karena tidak mampu menarik pelanggan.
Selain soal kepercayaan calon pelanggan, pemilik pusat data tidak dapat meyakinkan calon pelanggan soal pemenuhan persyaratan tier 4, sementara pelanggan tidak mau masuk data center tier di bawahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.