Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Video Game Bisa Bantu Tingkatkan Daya Ingat Anak

Kompas.com - 31/10/2022, 19:30 WIB
Caroline Saskia,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perubahan zaman dari waktu ke waktu menuntut setiap orang untuk menggunakan teknologi, tidak terkecuali anak-anak. Tidak sedikit anak-anak sekarang menggunakan serangkaian gadget untuk belajar hingga bermain.

Penggunaan gadget yang intens pada anak-anak mungkin sempat menjadi kekhawatiran sejumlah orang tua, apalagi ketika gadget tersebut digunakan untuk bermain game.

Kendat begitu, "The Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD) Study", sebuah studi jangka panjang tentang perkembangan otak dan kesehatan anak di Amerika Serikat menemukan bahwa ternyata video games dapat meningkatkan daya ingat anak.

Anak-anak yang bermain video game ditemukan memiliki kognitif, kontrol impuls, dan daya ingat yang lebih baik dibanding anak yang tidak bermain game.

“Banyak orang tua saat ini khawatir tentang efek video game pada kesehatan dan perkembangan anak-anak mereka,” ujar asisten profesor psikiatri Universitas of Vermont Bader Chaarani, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari blog Institusi Kesehatan Nasional/The National Institutes of Health (NIH), Senin (31/10/2022).

Baca juga: Berapa Usia Ideal untuk Memberi Gadget Pertama pada Anak?

Adapuh NIH merupakan lembaga yang mendukung studi tersebut. Chaarani menambahkan, penelitian ini cukup penting lantaran video game semakin berkembang di lingkungan anak muda.

“(Dikarenakan) game ini terus berkembang di kalangan anak muda, sangat penting bagi kita (peneliti) untuk lebih memahami dampak positif dan negatif dari game tersebut,” tambah Chaarani.

Studi tersebut melibatkan setidaknya 2.000 anak di AS dan mengumpulkan hasil kognitif, serta gambar otak dari setiap anak. Responden yang terlibat akan dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok yang pertama adalah anak-anak yang tidak bermain game, sedangkan kelompok kedua merupakan anak-anak yang bermain game sekitar tiga jam dalam sehari.

Setelah terbagi menjadi dua kelompok, anak-anak akan mendapatkan dua tugas untuk dilakukan.

Uji perilaku dan daya ingat anak

Sebuah penelitian terbaru menyebutkan, bermain video game tidak selalu buruk untuk anak.PEXELS/ Brett Sayles Sebuah penelitian terbaru menyebutkan, bermain video game tidak selalu buruk untuk anak.

Tugas yang pertama adalah menentukan arah panah yang menunjuk ke kanan dan kiri melalui tombol. Tombol sebelah kanan akan menunjukkan panah ke arah kanan, begitu sebaliknya dengan tombol sebelah kiri.

Hasilnya, anak-anak yang bermain video game memberikan jawaban yang lebih cepat dan akurat dibanding anak-anak yang tidak bermain game.

Tidak hanya itu, perbedaan fungsi otak yang dihasilkan juga berbeda. Anak yang bermain video game memiliki aktivitas otak dan perhatian yang lebih tinggi daripada anak yang tidak bermain game.

Baca juga: Berapa Lama Anak Boleh Main Gadget?

Di saat yang sama, anak yang bermain game menunjukkan aktivitas yang banyak pada otak bagian depan. Hal ini mengindikasikan bahwa otak sedang bekerja keras untuk menuntut lebih banyak kognitif.

Tugas yang kedua lebih ringan dibanding yang pertama. Sebab, para peneliti melakukan pengujian terhadap pemrosesan visual anak yang bermain game dengan tidak bermain game.

Hasil uji ini adalah anak-anak yang aktif bermain game menunjukkan kinerja otak yang lebih efisien saat memroses visual. Artinya, anak lebih cepat tanggap terhadap visual. Hal tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh seringnya terpapar video game dalam perangkat.

Perilaku dan kesehatan mental

Ilustrasi kesehatan mental. DOK. PIXABAY Ilustrasi kesehatan mental.

Beberapa studi sebelumnya menyebut bahwa bermain game, terutama di level adiktif, akan mempengaruhi kesehatan mental anak. Studi ini pun mencoba menguhi hipotesa tersebut.

Hasilnya, anak yang aktif bermain video game 3-4 jam sehari, memang cenderung menunjukkan masalah mental dan perilaku yang lebih tinggi dibanding anak yang tidak bermain game.

Kendati demikian, periset menyebut hasil tersebut tidak siginifikan secara statistik. Artinya, belum bisa disimpulkan dengan pasti apakan masalah kesehatan mental pada anak dapat turut dipicu oleh bermain video game. Mereka menyebut masih harus melakukan penelitian lebih lanjut ketika anak beranjak dewasa.

Baca juga: Psikolog: Orangtua Rugi Jika Larang Anak Pakai Gadget

Terlaps dari hasil positif yang ditemukan dari aktivitas bermain video games, peneliti tidak menyarankan para orang tua membebasan putra-putrinya untuk bermain game, komputer, ponsel atau TV seharian penuh.

Sebab, menurut mereka, hasil penelitian ini kemungkinan besar juga tergantung pada aktivitas spesifik yang dilakukan anak.

Misalnya, anak-anak yang bermain video game bergenre petualangan, teka-teki, olahraga, atau menembak, kemungkinan akan memiliki efek perkembangan neurokognitif yang berbeda. Dalam penelitian ini, periset tidak menilai jenis game yang dimainkan anak-anak.

“Meski kami tidak dapat mengatakan apakah bermain video game secara teratur menyebabkan kinerja neurokognitif yang superior, ini adalah temuan yang menggembirakan. Salah satu yang harus terus kami selidiki pada anak-anak ini adalah saat mereka beralih ke masa remaja dan dewasa muda,” papar Chaarani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com