KOMPAS.com - CEO Telegram, Pavel Durov, mencurahkan kekesalan hatinya kepada Apple. Pasalnya, mimpi dan usahanya tampak dihancurkan oleh regulasi yang ditetapkan toko aplikasi Apple App Store.
Keresahan yang dirasakan itu ditulis dan diunggah ke channel Telegram pribadi Durov. Di sana, Durov menulis Apple tidak mengizinkan Telegram menggunakan metode pembayaran dari pihak ketiga, atau di luar yang telah disediakan Apple.
Diketahui, Telegram sedang menguji fitur baru bernama “paid-posts”. Fitur tersebut memungkinkan konten kreator mendapatkan pundi-pundi keuntungan melalui unggahan yang dijual di channel mereka.
Baca juga: Pernyataan Terbaru Pavel Durov soal Kemunculan Iklan di Telegram
Pengguna Telegram harus membayar apabila ingin melihat pesan tertentu di kanal kreator. Lalu, kreator akan menggunakan bot pembayaran dari pihak ketiga, untuk menjual unggahan mereka di Telegram.
Nah, langkah Apple yang tidak mengizinkan aplikasi di platformnya menggunakan layanan pembayaran pihak ketiga inilah yang membuat Durov marah.
Ditambah, Apple juga memungut pajak 30 persen dari kreator yang mendapatkan pemasukan 1 juta dollar AS (Rp 15,6 miliar) per tahun dari pembelian di aplikasi (in-app purchase).
Di sisi lain, jika menggunakan layanan pembayaran third party tadi, kreator konten Telegram bisa menerima pemasukan nyaris 100 persen dari apa yang dibayarkan oleh pelanggan.
"Ini hanyalah contoh lain bagaimana monopoli triliunan dolar AS menyalahgunakan dominasi pasarnya, dengan mengorbankan jutaan pengguna yang mencoba memonetisasi konten mereka sendiri," tulis Durov.
Baca juga: Google Uji Coba Sistem Pembayaran Pihak Ketiga di Indonesia
Apple pun meminta Telegram untuk menonaktifkan layanan pembayaran third party yang digunakan di fitur paid post, karena bertentangan dengan kebijakan App Store, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari BGR, Rabu (2/11/2022).
"Apple memiliki kontrol penuh terhadap ekosistemnya, kamu tidak memiliki alternatif lain selain menon-aktifkan layanan postingan berbayar (paid post) di perangkat iOS,” tambah Durov.
Alhasil, Durov meminta pihak regulator di Uni Eropa, India, dan negara lainnya untuk mulai mengambil tindakan terhadap regulasi yang ditetapkan Apple.
Kendati begitu, CEO Telegram itu konon dilaporkan sedang mengembangkan sebuah alat yang daat digunakan untuk memonetisasi konten di luar ekosistem Apple, yang bernama Fragment.
Platform tersebut memungkinkan pengguna untuk membeli konten-konten di Telegram. Namun, informasi lain mengenai platform ini masih sangat terbatas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.