SELAIN video streaming, layanan mobile yang paling dominan adalah gim (game), yang kerap dianggap sekadar sebagai permainan di kala senggang, kegiatan sia-sia menghabiskan waktu. Game kini justru berkembang menjadi satu bisnis yang menguntungkan.
Apalagi di era yang hampir seluruh platform game berbasis digital yang menggunakan jaringan sebagai akses memperoleh maupun bermain game.
Produsen konsol seperti Sony, Microsoft, hingga Nintendo sudah menyediakan cloud storage untuk menyimpan koleksi game maupun menjadi layanan penyimpanan para pelanggannya.
Para publisher game berbasis komputer kini tidak menyediakan CD untuk mengunduh game di desktop atau laptop, semua gunakan akses internet.
Sementara mobile game sudah lebih dulu melejit, memenuhi ROM dan RAM mobile gadget pengguna. Dan perlu mengunduh agar menjadi aplikasi yang dapat digunakan di perangkat mobile-nya.
Di tataran dunia, pendapatan total mobile gaming mencapai 90 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.300 triliun, tumbuh dari tahun 2019 yang prize pool-nya sebesar 33,3 miliar dollar AS (Rp 499 triliun), sebagian disumbang China yang punya 742 juta gamers.
Jumlah gamers di Indonesia sekitar 100 juta dengan pertumbuhan pendapatan Rp 40 triliun, yang terus meningkat.
Pada 2019 baru mencapai 1,33 miliar dolar AS (Rp 20 triliun), lalu mendaki tahun 2020 sebesar 1,76 miliar dolar AS (Rp 26,4 triliun), tahun lalu tembus 1,96 miliar dolar (Rp 29,4 triliun).
Capaian ini adalah tertinggi di kawasan Asia Tenggara yang pada tataran dunia jadi terbesar ke 16. Sebesar 80 persen dari pendapatan sebesar itu disumbang mobile game. Game berbasis komputer (PC Game) sebesar 17 persen dan game dari konsol paling kecil 3 persen.
Angka ini meski terus naik, belum menggembirakan. Bandingkan dengan Brasil yang jumlah gamers hampir sama, dapat meraih pendapatan 2,69 miliar dolar AS (Rp 40,3 triliun).
Sedang di Asia hanya Jepang, Korea Selatan, dan China yang masuk 10 besar negara dengan pendapatan tinggi dari dunia games.
China teratas, jumlah gamer-nya 742 jutaan, pendapatannya sudah menembus 50,18 miliar dolar AS (Rp 752,7 triliun).
Jepang nomor tiga di bawah Amerika dengan gamers 78,1 juta, pendapatannya 22,01 miliar dolar AS (Rp 300 triliun), disusul Korea Selatan dengan 33,8 juta gamers meraup dolar 8,48 miliar (Rp 127 triliun).
Pengeluaran rata-rata per pengguna di Korea Selatan terbesar, mencapai 250 dollar AS setahun (Rp 3,75 juta), Indonesia baru 19 dollar AS (Rp 285.000) per tahun. Sementara Brasil 26,7 dollar AS (Rp 400.000).
Meningkatkan industri game perlu dorongan pemerintah. Peran aktif operator telekomunikasi yang menjadi tulang punggung lalu-lintas game digital (baik mobile maupun konsol) juga bagian dari ekosistem game.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.