Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

kolom

"Ware Tada Taru Wo Shiru" sebagai Pedoman Pertahanan Tsunami Informasi

Kompas.com - 13/11/2022, 10:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meskipun lelah karena kurang istirahat, namun kecanduan pada gawai mengakibatkan orang terus melakukan hal tersebut. Begitulah ini terjadi berulang secara terus menerus seperti lingkaran setan.

Kita kembali kepada informasi yang penting dan tak penting. Kenyataannya, hal-hal yang dianggap penting sebenarnya tidak penting.

Analoginya mungkin dapat saya ceritakan begini.

Terkadang saat jalan-jalan sore ke mal, ada barang yang dibeli karena berpikiran barang ini penting dan diperlukan. Akan tetapi setelah sampai di rumah, kita tidak segera menggunakan, bahkan setelah beberapa minggu maupun pada bulan berikutnya.

Seperti juga kalau ke toko buku, misalnya, orang membeli satu buku karena menganggap isi buku itu hal penting.

Padahal setelah pulang kerumah, buku hanya ditaruh saja di rak buku tanpa pernah membuka plastik pembungkus apalagi membacanya. Istilah bahasa Jepang untuk kebiasaan menumpuk buku tanpa membaca disebut tsundoku.

Hal sebaliknya bisa terjadi. Sekilas ada benda atau peristiwa atau apapun, kelihatannya tidak penting. Akan tetapi kenyataannya, hal atau peristiwa itu penting.

Dalam bahasa Jepang, ada ungkapan pas untuk itu bunyinya "muyou-no-you". Contoh konkretnya adalah upacara minum teh.

Bagi orang asing, upacara minum teh kelihatannya kegiatan tidak penting. Akan tetapi sebenarnya, ada banyak hal penting bisa disimak pada upacara minum teh.

Salah satunya adalah tentang menghargai waktu. Penyelenggara acara, terutama orang yang membuat teh sudah merelakan waktu untuk membuat teh. Padahal mungkin dia juga mempunyai kesibukan lain.

Sebagai orang yang dijamu tentu harus memberikan respek dengan menikmati suguhan teh menurut tata cara berlaku. Kedua belah pihak wajib menghargai dan saling respek pada ruang dan waktu yang sama.

Dalam kehidupan modern, ada banyak pilihan yang bisa diambil. Satu hal perlu diingat bahwa orang patut berhati-hati memilih. Tujuannya, agar tidak menghabiskan waktu pada sesuatu yang kita anggap penting, namun sebenarnya tidak penting.

Sebagai penutup tulisan, saya ingin mengutip ungkapan Zen agar kita mampu memilih hal yang benar-benar penting, bukan kelihatannya saja penting, namun sebenarnya tidak.

Ungkapan ini terpahat pada tsukubai (wadah batu rendah untuk memcuci tangan di depan ruangan untuk upacara minum teh) di Kuil Ryoanji, Kyoto. Bunyinya "ware tada taru wo shiru".

Artinya, kita harus puas atas apapun yang dipunyai saat ini. Meskipun biasanya rumput tetangga terlihat lebih hijau. Hilangkan rasa ketidakpuasan dalam hidup.

Pada zaman di mana derasnya informasi tidak terbendung lagi, apalagi saat kita sulit menentukan apakah suatu hal itu penting atau tak penting, meniadakan rasa ketidakpuasan merupakan kata kunci yang saya kira layak untuk dipertimbangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com